bintang jatuh

Minggu, 29 Juni 2014

Laporan Fieldtrip ( Budidaya Tanaman Kembang Kol )



KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat melaksanakan serta menyusun laporan kegiatan fieldtrip yang dilaksanakan di Desa Tongko Kec. Baroko Kab. Enrekang. Laporan fieldtrip ini dibuat sebagai tugas tambahan dan merupakan kewajiban kami sebagai mahasiswa dalam menyelesaikan proses pembelajaran mata kuliah Budidaya Tanaman Hortikultura
Sebagai bahan laporan fieldtrip untuk mata kuliah ini adalah tentang Teknik Budidaya Tanaman Kembang Kol (Brassica oleracea var. botrytis L. subvar.cauliflora DC) di Desa Tongko Kec. Baroko Kab. Enrekang .
Ucapan terimakasih juga kami hanturkan kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian makalah ini. Dan kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan pertanian di Indonesia dan menjadi bahan referensi bagi pembacanya.




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR                         …………………………………………………           ii
DAFTAR ISI                               ……………………………………………………….          iii
BAB. I.  PENDAHULUAN                         ……………………………………………           1
I.      1.  Latar belakang                            ………………………………………..           1
I.      2.  Rumusan Masalah        ……………………………….............   ..........           2
I.    3.   Tujuan                        .............................................................................           2
I.    4.   Manfaat                      .............................................................................           2
BAB. II.  TINJAUAN PUSTAKA                     ..............................................................           3
II.   1.  Sekilas Tentang Tanaman Kembang Kol           ................................           3
II.   2.  Syarat Tumbuh  ....................................................................................           3
II.   3.  Teknik Budidaya                    ..................................................................           4
BAB. III. KEADAAN UMUM LOKASI   ………………………………….. ................           8
III.  1.  Letak Geografis                    ....................................................…………           8
III.  2.  Wilayah Administrasi          .................………………….......................          8
III.  3.  Ketinggian Tempat               ...................................................................           8
III.  4.   Kemiringan                     ........................................................................           9
III.  5.   Keadaan Tanah                ......................................................................           9
III.  6.   Iklim                   .....................................................................................           9
III.  7.   Luas Lahan Pertanian            ...............................................................           9
BAB. IV. METODOLOGI KEGIATAN                              ............................................         11
IV. 1.  Waktu dan Tempat                ...................................................................         11
IV. 2.  Alat dan Bahan              ..........................................................................         11
IV. 3.   Alur Kerja                    .............................................................................         11
BAB. V. HASIL DAN PEMBAHASAN               .........................................................         12
           V.  1.   Keadaan Petani                           ...........................................................         12
           V.  2.   Sistem Budidaya Tanaman Kembang Kol Petani Setempat   ........         13
           V.  3.   Pemasaran Hasil oleh Petani             ..................................................         14
BAB. VI. PENUTUP                     ................................................................................         16
           VI. 1.   Kesimpulan            ................................................................................         16
           VI. 2.   Saran                   ..................................................................................         17
DAFTAR PUSTAKA                               .......................................................................         18
LAMPIRAN (KUISIONER DAN DOKUMENTASI KEGIATAN)          ....................         19
           -     Kuisioner                   ..................................................................................         19
           -     Dokumentasi                      .........................................................................         20



BAB. I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar belakang
Fieldtrip yang dilakukan kali ini adalah untuk mengetahui cara budidaya tanaman hortikultura khususnya budidaya tanaman Bunga kol ( Brassica oleracea var. botrytis L. subvar. cauliflora DC). Dalam pertanian, budidaya merupakan kegiatan terencana yang meliputi pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat / hasil panennya. Kegiatan budidaya dapat dianggap sebagai inti dari usaha tani.
Bunga kol ( Brassica oleracea var. botrytis L. subvar. cauliflora DC) adalah jenis sayuran yang masuk dalam famili Brassicaceae (jenis kol dengan bunga putih kecil). Masyarakat Indonesia biasa menyebutnya kubis bunga atau blum kol (berasal dari bahasa Belanda Bloemkool). Tanaman ini berasal dari Mediterania yang memiliki iklim subtropis, dan dikembangkan oleh Mc.Mohan ahli benih dari Amerika pada tahun 1866. Bunga kol diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad XIX yang dibawa oleh orang-orang dari India.
Untuk membudidayakan bunga kol, awalnya hanya bisa ditanam di daerah yang memiliki temperatur minimum 15.50-180 C dan maksimum 240 C dengan kelembaban optimum antara 80-90%.. Tapi dengan diciptakannya kultivar baru yang tahan terhadap temperatur tinggi, membuat budidaya bunga kol juga dapat dilakukan di dataran rendah (0-200 m dpl) serta menengah (200-700 m dpl).
Dalam kegiatan fieldtrip kali ini, mahasiswa Agronomi dalam melakukan kegiatan diutamakan pada tanaman holtikultura tentang teknik budidaya yang baik dan juga pemasaran tanaman dan hasil tanaman.

I. 2. Rumusan masalah
Dari uraian di atas, yang menjadi permasalahan dalam laporan ini yaitu :
-     Bagaimana keadaan umum lokasi fieldtrip tersebut ?
-     Bagaimana teknik budidaya tanaman kembang petani di Lokasi tersebut ?
-     Bagaimana teknik pengendalian hama yang dilakukan petani di Lokasi             tersebut ?
-     Bagaimana proses pemasaran hasil produksi petani kembang di Lokasi             tersebut ?
I. 3. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari Laporan Fieldtrip ini, yaitu :
-     Untuk mengetahui keadaan umum lokasi tersebut.
-     Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman kembang kol di Lokasi tersebut
-     Untuk mengetahui teknik pengendalian hama yang dilakukan petani di lokasi             tersebut.
-     Untuk mengetahui proses pemasaran hasil produksi tanaman kembang kol      dilokasi tersebut
I. 4. Manfaat
Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
-     Menjadi salah satu bahan informasi bagi masyarakat secara umum.
-     Dapat memberikan informasi ilmiah bagi petani dan instansi terkait tentang       Budidaya Tanaman Kol.

BAB. II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. Sekilas Tentang Tanaman Kembang Kol
Bunga kol ( Brassica oleracea var. botrytis L. subvar. cauliflora DC) adalah jenis sayuran yang masuk dalam famili Brassicaceae (jenis kol dengan bunga putih kecil). Masyarakat Indonesia biasa menyebutnya kubis bunga atau blum kol (berasal dari bahasa Belanda Bloemkool). Tanaman ini berasal dari Mediterania yang memiliki iklim subtropis, dan dikembangkan oleh Mc.Mohan ahli benih dari Amerika pada tahun 1866. Bunga kol diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad XIX yang dibawa oleh orang-orang dari India.
II. 2. Syarat Tumbuh
Untuk membudidayakan bunga kol, awalnya hanya bisa ditanam di daerah yang memiliki temperatur minimum 15.50-180 C dan maksimum 240 C dengan kelembaban optimum antara 80-90%.. Tapi dengan diciptakannya kultivar baru yang tahan terhadap temperatur tinggi, membuat budidaya bunga kol juga dapat dilakukan di dataran rendah (0-200 m dpl) serta menengah (200-700 m dpl).
Bunga kol lebih menyukai tanah lempung daripada tanah yang liat, tapi bisa toleran pada tanah berpasir atau liat berpasir. Tanah harus subur, gembur serta mengandung banyak bahan organik. Unsur hara mikro yang ada pada tanah tidak boleh kekurangan magnesium (Mg), molibdenum (Mo) dan Boron (Bo). Jika kurang, maka harus dicukupi dari pupuk.
II. 3. Teknik Budidaya
Untuk dapat membudidayakan kembang kol/bunga kol dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal, berikut kami tampilkan beberapa cara menanam kembang kol yang baik berikut ini :
A.  Persemaian
Untuk menyemai bunga kol dapat dilakukan di dalam bumbung yang terbuat dari daun pisang atau kertas plastik berdiameter 4-5 cm dengan tinggi 5 cm atau menggunakan polybag berukuran 7×10 cm. Media yang digunakan adalah pupuk kandang dan campuran tanah halus dengan perbandingan 2:1. Sebelum digunakan, media harus disterilkan dengan cara mengukus media semai pada suhu 55-100˚C selama 30-60 menit. Dapat pula dengan menyiramkan larutan formalin 40% kemudian ditutup plastik selama 24 jam untuk selanjutnya diangin-anginkan.
Selama persemaian harus dilakukan penyiraman dua kali sehari, naungan persemaian dibuka setiap pagi dan sore, menyiangi gulma di sekitar tanaman, dan memberikan larutan urea dengan konsentrasi 0,5 gr per liter serta menyemprotkan pestisida ½ dosis.
B.  Persiapan Lahan
Awal langkah persiapan lahan dilakukan dengan membuat bedengan selebar 80-100 cm dengan tinggi 35 cm, dan jarak antar bedeng 40 cm. Cara pembuatan Bedengan, yakni dengan membersihkan lahan dari tanaman liar dan sisa-sisa akar kemudian dicangkul sedalam 40-50 cm. Selain membuat bedengan juga dilakukanlah pengapuran lahan jika pH tanah lebih rendah dari 5,5. Dosis pengapuran antara 1-2 ton/ha dalam bentuk kalsit atau dolomit.
Kapur dimasukkan ke dalam tanah pada saat pembuatan bedengan. Selama pembuatan bedengan itu pula dilakukan pemupukan dengan dosis pupuk kandang berkisar antara 12,5-17,5 ton/ha, serta pupuk dasar berupa ZA, Urea, SP-36 dan KCl dengan dosis masing-masing 250 kg yang disebar me rata dan dicampur dengan tanah di bedengan.
C.  Penanaman
Waktu tanam dapat dilakukan pada pagi atau sore hari. Sementara untuk bibit yang akan ditanam, harus memiliki 3-4 helai daun atau kira-kira berumur 1 bulan, dengan jarak tanam 50×50 cm untuk kultivar dengan tajuk melebar dan 45×65 cm untuk kultivar dengan tajuk tegak.. Saat penanaman, lakukan dengan hati-hati dan jangan sampai merusakkan akar atau daun.
D.  Pemeliharaan
Untuk langkah-langkah pemeliharaan terdiri atas berbagai aktifitas diantaranya adalah :
-     Penyulaman
Untuk tanaman bunga kol yang rusak ( tidak sehat ) atau yang mati harus diganti dengan tanaman baru atau yang lazim disebut penyulaman. Penyulaman dilakukan sampai tanaman berumur 2 MST.
-     Penyiangan
Penyiangan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak akar tanaman. Penyiangan dihentikan pada akhir fase vegetatif.
-     perempelan
Untuk tunas yang keluar dari cabang, harus dilakukan perempelan sedini mungkin agar ukuran dan kualitas massa bunga dapat terbentuk optimal. Setelah massa bunga terbentuk, agar massa bunga ternaungi dari cahaya matahari, maka daun-daun tua diikat. Penaungan berfungsi untuk mempertahankan warna bunga agar tetap putih.
-     pemupukan
Pemberian pupuk susulan sebanyak 3 kali dilakukan selama masa pertumbuhan :
*     Pertama, diberikan 7-10 HST yang terdiri dari SP-36 150 kg/ha, Urea 75 kg/ha, ZA 150 kg/ha, dan KCl 75 kg/ha
*     Kedua, diberikan 20 HST yang terdiri dari Urea 75 kg/ha, ZA 150 kg/ha SP-36 75 kg/ha,  dan KCl 150 kg/ha.
*     Ketiga, diberikan 30-35 HST yang terdiri dari Urea 100 kg/ ha, ZA 150     kg/ha dan KCl 150 kg/ha. Jika perlu diberikan juga pupuk daun  dengan kadar N dan K tinggi.
E. Pengairan dan Penyiraman
Agar tumbuh dengan baik, tanaman bunga kol harus diairi pada pagi dan sore hari, 1 terutama pada saat tanaman berada pada fase pertumbuhan awal dan pembentukan bunga.
F. Pengendalian HPT
Untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman (HPT) kembang kol, dilakukan lewat rotasi tanaman dengan tanaman selain famili kubis-kubisan. Sedang untuk pengendalian biologis dengan cara mengaplikasikan organisme yang menjadi musuh bagi hama serta mengaplikasikan pestisida biologis atau kimiawi.
Cara lain untuk mengendalikan penyakit adalah dengan menggunakan bibit bebas patogen dan penyakit, serta merendam benih ke dalam air panas (50˚ C) atau di dalam fungisida / bakterisida selama 15 menit. Disamping itu juga lewat sanitasi kebun, menanam kultivar tahan penyakit, rotasi tanaman, pembersihan patogen pada media persemaian, tidak menggunakan tanaman yang rusak karena serangan hama, pemberian kapur pertanian pada lahan ber-pH asam dan membuang tanaman berpenyakit. Bila perlu, lakukan penyemprotan pestisida 2 minggu sekali untuk mencegah serangan hama dan penyakit.
G. Panen
Bunga kol dapat dipanen pada umur 55-100 hari setelah masa tanam, tergantung dari kultivar yang ditanam. Panen dapat dilakukan pada pagi atau sore hari. Setelah dilakukan pemanenan, kegiatan berlanjut dengan melakukan penyortiran dan menyimpan di storage.


BAB. III
KEADAAN UMUM LOKASI
III. 1. Letak Geografis
Wilayah Kecamatan Baroko Kab. Enrekang secara geografis terletak antara 130 180 360 LU dan 300 5000 LS dan diantara 130 180 360 BT.
Kecamatan Baroko Kab. Enrekang berbatasan dengan :
-     Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tanah Toraja
-     Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Curio
-     Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Alla
-     Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Alla
III. 2. Wilayah Administrasi
Secara administrasi luas wilayah Kec.Baroko adalah 41,08 Km2, yang terdiri dari 5 Desa/Kelurahan definitif.
Jumlah Desa/Kelurahan dan luas wilayah berdasarkan luas statistic Kecamatan Baroko adalah sebagai berikut :
1.   Desa Baroko, luas wilayah 9,40 Km2
2.   Desa Tongko, luas wilayah 9,41 Km2
3.   Desa Benteng Alla, luas wilayah 6,56 Km2
4.   Desa Patongloang, luas wilayah 6,26 Km2
5.   Desa Benteng Alla Utara, luas wilayah 11,14 Km2
III. 3. Ketinggian Tempat
Desa Tongko Kecamatan Baroko sebagai lokasi pelaksanaan fieldtrip berada pada ketinggian 1100 – 1400 mdpl, sehingga sangat cocok untuk membudidayakan tanaman hortikultura.
III. 4. Kemiringan
Keadaan topografi Desa Tongko Kec. Baroko, yaitu medan yang dilalui bergelombang, berbukit dan bergunung serta lebah yang sangat curam. Sehingga terdapat perbedaan kemiringan tempat, sebagai berikut :
-     Kemiringan antara 2-14 %, sebanyak 1125 Ha
-     Kemiringan antara 15-40 %, sebanyak 1793 Ha
-     Kemiringan antara 41 % keatas, sebanyak 556 Ha
III. 5. Keadaan Tanah
Jenis tanah yang ada di Desa Tongko Kec. Baroko terbagi kedalam 2 golongan, yaitu jenis tanah Mediteran dan Potsolik dengan pH tanah 5,4 – 6,2.
III. 6. Iklim
Berdasarkan data curah hujan station 3390 yang berada di Kecamatan Alla. Kecamatan Baroko pada umumnya dan Desa Tongko pada khususnya berada pada tipe C2, yaitu :
-     Bulan basah 6 -7 bulan
-     Bulan kering 4 – 5 bulan
III. 7. Luas Lahan Pertanian
Luas lahan pertanian Kec. Baroko secara umum hingga tahun 2010 adalah seluas 4151 Ha yang terdiri dari lahan basah/sawah dan lahan kering.
a.   Lahan basah :
-     Sawah        : 255 Ha
-     Kolam          : -
b.   Lahan kering :
      -     Pekarangan     : 137 Ha
      -     Tegalan            : 1458 Ha
      -     Perkebunan     : 1442 Ha
      -     Padang rumput : 122 Ha
      -     Hutan                : 258 Ha
Khusus untuk wilayah Desa Tongko Kec. Baroko, luas lahan menurut fungsi dan ekosistemnya dapat dibagi, sebagai berikut :
-     Total luas lahan    : 941 Ha
-     Pekarangan           : 37 Ha
-     Tegalan                  : 559 Ha
-     Perkebunan           : 301 Ha
-     Padang rumput     : 36 Ha
-     Hutan                      : 31 Ha
-     Sawah                    : 5 Ha
Luas lahan menurut komoditi yang diusahakan, umumnya ditanami tanaman sebagai berikut :
a.   Sawah              : 5 Ha
b.   Tegalan
      -     Palawija      : 5 Ha
      -     Sayuran      : 491 Ha
      -     Lain-lain     : 32 Ha
c.   Perkebunan
      -     Kakao          : 17 Ha
      -     Kopi             : 300 Ha
      -     Cengkeh    : 6 Ha
      -     Vanili           : -
      -     Lain-lain     : 7 Ha.


BAB. IV
METODOLOGI KEGIATAN
IV. 1. Waktu dan Tempat
A. Waktu :
Waktu pelaksanaan kegiatan fieldtrip ini selama 3 hari dari tanggal 30 Mei s/d 01 Juni 2014. Pengambilan data / wawancara terhadap responden ( petani ) dilaksanakan pada tanggal 31 Mei 2014, pukul 09.00 WITA.
B. Tempat
Tempat pelaksanaan kegiatan fieldtrip ini di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kab. Enrekang Prov. Sulawesi – selatan.
IV. 2. Alat dan Bahan
A. Alat :
-  Pulpen                             : untuk mencatat hasil wawancara
- Buku dan Kuisioner       : untuk mencatat hasil wawancara
- Kamera                             : untuk dokumentasi
B. Bahan : -
IV. 3. Alur Kerja
Siapkan alat dan bahan
Berkenalan dengan responden ( petani )
Berkunjung ke lahan petani
Mulai wawancara
Catat hasil wawancara
Dokumentasi setiap kegiatan
Buat laporan kegiatan


BAB. V
HASIL DAN PEMBAHASAN
V. 1. Keadaan Petani
   Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang terkenal dengan bermacam – macam komoditas yang dibudidayakan, terutama tanaman hortikultura. Seperti Kol/Kubis, Kembang Kol, bawang merah, bawang prei, sawi, Wortel, Kentang, Kacang-kacangan, dll. Tepatnya hari sabtu, tanggal 31 Mei 2014 pukul. 09.00 pagi WITA, kami melakukan wawancara dengan salah satu petani yang ada di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang yang bernama Bapak Safar. Umur beliau + 39 tahun. Salah satu petani yang menanam komoditas Kembang Kol. Dari menanam komoditas tersebut, hasil produksi kemudian dijual sebagai mata pencaharian utama pak safar. Selain menjadi petani, bapak Safar juga seorang pegawai honorer di wilayahnya.
Dulunya beliau berprofesi sebagai petani kopi tetapi kebun kopi yang dimilikinya sudah tidak produktif lagi dan terserang berbagai hama/penyakit. Hal tersebut dikarenakan umur tanaman kopinya sudah tua tanpa adanya peremajaan tanaman. Akhirnya, lahan yang tadinya ditanami tanaman kopi kemudian diganti menjadi tanaman hortikultura salah satunya adalah tanaman kembang kol. Bapak safar sudah lama membudidayakan tanaman kol namun pengetahuan akan teknik budidaya tanaman kembang kol masih kurang, ditambah lagi keadaan perekonomian bapak safar jauh dari kata sejahtera sehingga modal menjadi halangan utama dalam melakukan usaha budidaya tanaman kembang kol.
Dalam melakukan aktivitas pertanian  Bapak Saktiar mempunyai kepercayaan atau adat istiadat yaitu didasarkan pada tanggal dan tahun tertentu. Perkiraan cuaca juga menjadi kepercayaan dalam menentukan komoditas apa yang akan ditanam. Masyarakat Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang mempunyai kebiasaan bergotong royong dan penuh kebersamaan yang sifatnya berbagi pengalaman antara satu petani dengan petani lainnya. Petani di desa tersebut umunya sangat sulit mendapatkan pinjaman modal dari Bank sehingga masyarakat disana kesulitan setiap kali akan memulai usaha taninya. Satu-satunya cara yang ditempuh masyarakat disana untuk mendapatkan modal usaha yaitu melalui tengkulak.
V. 2. Sistem Budidaya Tanaman Kembang Kol Petani Setempat
Sistem budidaya yang dilakukan oleh bapak Safar adalah monokultur, yaitu menanam satu jenis komoditi pada satu lahan tanpa ada jenis komoditi lain. Berbeda dengan kebanyakan masyarakat disana yang sistem budidayanya tumpang sari, dimana tanaman kol ditumpangsarikan dengan tanaman bawang.
Jenis lahan yang digarap oleh bapak Saktiar adalah tegalan dengan luas lahan 15 Are. Lahan tersebut merupakan warisan dari orang tuanya yang kemudian beliau kelolah sendiri bersama istri dan kedua anaknya.
Dalam melakukan kegiatan budidaya beliau menggunakan cara –car yang sangat sederhana yaitu dengan hanya menggunakan cangkul untuk olah tanah. Begitu juga dengan pemberian pupuk, pemberian pupuk tanaman monokultur ini setiap 6 bulan sekali tiap panen dan hanya menggunakan satu jenis pupuk setiap kali tanam. Jika kekurangan modal hanya menggunakan pupuk Urea atau Za saja, namun jika modalnya cukup maka akan ditambahkan pupuk majemuk berupa NPK Ponska seadaanya. Petani selain menggunakan pupuk juga menggunakan insektisida dan fungisida yang diberikan minimal setiap 15 hari sekali.
Dalam budidaya tanaman dan pengolahan lahan tentunya tidak lupa dengan penggunaan pupuk sebagai bahan yang dapat membantu penyuburan tanah maupun tanaman. Dalam budidaya tanaman ini, petani menggunakan pupuk kandang yang berasal dari kotoran ternak, baik berupa padatan (feces) yang bercampur sisa makanan, ataupun air kencing (urine) dan pestisida kimia. Untuk pupuk kandang petani memanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk organik. Kotoran ternak tersebut tanpa diolah menjadi kompos namun langsung diaplikasikan sebagai pupuk organik.
V. 3. Pemasaran Hasil oleh Petani
   Tanaman Kol yang ditanam oleh Bapak Safar ini memiliki jangkauan pemasaran yang cukup luas, merambah hingga pulau Kalimantan. Namun, skala budidaya yang relatif masih kecil membuat permintaan ke daerah lain tidak mampu dipenuhi.
   Disamping itu, faktor penghambat lain pada saat musim panen untuk jenis komoditi kembang kol ini, hasil panen Bapak safar langsung diminta oleh tengkulak atau pedagang pengumpul sehingga dari aspek pemasarannya pun sempit yaitu cukup pada tengkulak atau pedagang pengumpul saja yang oleh pihak tengkulak atau pedagang pengumpul hasil panen tersebut dipasarkan kepada pedagang besar untuk dijual ke daerah lain yang harga jualnya ialah hampir 100 % mengambil harga awal yang diberikan oleh Bapak Safar.
   Hal ini terjadi karena menurutnya, beliau belum mampu memasarkan hasil panennya sendiri dikarenakan kurang keterampilan pemasaran yang jauh dari jangkauannya. Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa pada saat musim panen beliau memang benar-benar membutuhkan uang segera sehingga pemikiran untuk memasarkan hasil panennya sendiri juga tampak dirasanya sangat sulit.
Beliau sangat mengharapkan peran serta pemerintah agar memperhatikan usaha budidayanya, karena potensi yang dimiliki Desa Tongko Kec. Baroko pada umunya sangat besar untuk membudidaya tanaman hortikultura.


BAB. VI
PENUTUP
VI. 1. Kesimpulan
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa jenis tanaman yang dibudidayakan oleh Bapak Safar di Desa Tongko Kec. Baroko Kab. Enrekang seluas 15 are.
. Dalam melakukan aktivitas pertanian Bapak Safar mempunyai kepercayaan atau adat istiadat yaitu didasarkan pada tanggal dan tahun tertentu. Selain itu, perkiraan cuaca juga ditentukan oleh hasil musyawarah warga setempat dan menjadi kepercayaan dalam menentukan komoditas apa yang akan ditanam.
Teknik budidaya yang dilakukan bapak Safar tergolong masih jauh dari teknologi pertanian yang sudah ada, hal tersebut terlihat dari penggunaan alat dalam mengolah tanah yaitu masih menggunakan cangkul. Selain itu, pengetahuan tentang sistem budidaya tanaman kol masih minim. Sistem yang diterapkan tidak sesuai dengan sistem/cara-cara yang sudah ada yang lebih maju.
Pemasaran hasil juga masih mejadi kendala terbesar dalam melakukan usaha budidaya tanaman kol di Desa tersebut. Masyarakat di desa tersebut pada umumnya menjual hasil produksinya kepada para tengkulak atau pedagang pengumpul sehingga harga yang diterima sangat rendah.
Faktor modal juga menjadi kendala terberat dalam melakukan usaha tani di desa tersebut. Tidak adanya pihak apalis ataupun pihak perbankan yang mau meminjamkan modal kepada petani sehingga para petani memijam modal kepada tengkulak yang bunganya sangat tinggi.
VI. 2. Saran
  Dari hasil kegiatan wawancara yang dilakukan kepada salah satu petani Kol di desa tersebut yaitu bapak Safar, maka diperoleh beberapa fakta terkait masalah – masalah yang dialami petani selama melakukan usaha budidaya tanaman Kembang Kol. Dari masalah tersebut kami mencoba memberikan saran ataupun solusi, antara lain :
a.    Pengetahuan akan teknik budidaya tanaman kembang kol masih kurang, sehingga diharapkan agar mampu menambah pengetahuannya tentang teknik budidaya tanaman kembang kol. Baik melalui pelatihan – pelatihan yang diselenggarkan pemerintah/swasta maupun usaha sendiri untuk memperoleh informasi yang lebih banyak tentang teknik budidaya tanaman kembang kol.
b.    Kekurangan modal setiap kali akan memulai usaha tani. Hal tersebut dapat   diantisipasi lebih awal dengan cara menabung setiap kali panen sebelumnya. Pihak dari pemerintah juga diharapkan berperan lebih banyak dalam memecahkan permasalahan ini.
c.     Pasar hasil usaha tani masih relatif lebih pendek artinya jangkauannya masih pendek. Masyarakat petani Kembang Kol di Desa tersebut hanya menjual hasil usaha taninya kepada para tengkulak atau pedangang pengumpul dimana harganya sangat rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya peran pemerintah dalam mengakses pasar   hortikultura yang lebih besar sehingga harga ditingkat petani jauh lebih besar. Selain itu, peran masyarakat sendiri dalam mencari informasi pasar yang lebih besar  sehingga dalam melakukan usaha tani tidak mengalami kerugian.

DAFTAR PUSTAKA
-     Anonymous. 2010. Data BPP Baroko Kecamatan Baroko Kab. Enrekang.  Enrekang.
-     Arief, Arifin. 1990. Hortikultura. Andy Offset. Yogyakarta.
-     Rahmat Rukmana, Ir. 1994. Budidaya Kubis Bunga dan Brokoli. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
-     Williams, C.N., J.O. Uzo, & W.T.H. Peregrine. 1993. Produksi Sayuran di Daerah       Tropika. Gajah Mada University Press. Diterjemahkan oleh Ronoprawiro, S. & Tjitrosoepomo, G.
Search Google :
-     http://obatpertanian.com/cara-menanam-kembang-kol-yang-baik-dan-benar.html. Di akses pada tanggal 16 Juni 2014, pukul : 14.15 WITA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar