KATA PENGANTAR
Assalamu
Alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga
kami dapat melaksanakan serta menyusun laporan kegiatan fieldtrip yang
dilaksanakan di Desa Tongko Kec. Baroko Kab. Enrekang. Laporan fieldtrip ini
dibuat sebagai tugas tambahan dan merupakan kewajiban kami sebagai mahasiswa
dalam menyelesaikan proses pembelajaran mata kuliah Budidaya Tanaman
Hortikultura
Sebagai bahan laporan
fieldtrip untuk mata kuliah ini adalah tentang Teknik Budidaya Tanaman Kembang
Kol (Brassica oleracea var. botrytis
L. subvar.cauliflora DC) di Desa Tongko Kec. Baroko Kab. Enrekang
.
Ucapan terimakasih juga kami
hanturkan kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian makalah
ini. Dan kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik
dan saran yang sifatnya konstruktif sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi perkembangan pertanian di Indonesia dan menjadi bahan
referensi bagi pembacanya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………. iii
BAB. I.
PENDAHULUAN …………………………………………… 1
I. 1.
Latar belakang ……………………………………….. 1
I. 2. Rumusan
Masalah ………………………………............. .......... 2
I. 3. Tujuan ............................................................................. 2
I. 4. Manfaat ............................................................................. 2
BAB. II.
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 3
II. 1. Sekilas Tentang Tanaman Kembang Kol ................................ 3
II. 2. Syarat Tumbuh
.................................................................................... 3
II. 3. Teknik Budidaya .................................................................. 4
BAB. III. KEADAAN UMUM LOKASI ………………………………….. ................ 8
III. 1. Letak Geografis ....................................................………… 8
III. 2. Wilayah Administrasi .................…………………....................... 8
III. 3. Ketinggian Tempat ................................................................... 8
III. 4. Kemiringan ........................................................................ 9
III. 5. Keadaan Tanah ...................................................................... 9
III. 6. Iklim ..................................................................................... 9
III. 7. Luas Lahan Pertanian ............................................................... 9
BAB. IV. METODOLOGI KEGIATAN ............................................ 11
IV. 1. Waktu dan Tempat ................................................................... 11
IV. 2. Alat dan Bahan .......................................................................... 11
IV. 3. Alur Kerja ............................................................................. 11
BAB. V.
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 12
V. 1. Keadaan
Petani ........................................................... 12
V. 2. Sistem
Budidaya Tanaman Kembang Kol Petani Setempat ........ 13
V. 3. Pemasaran
Hasil oleh Petani .................................................. 14
BAB. VI. PENUTUP ................................................................................ 16
VI. 1. Kesimpulan ................................................................................ 16
VI. 2. Saran .................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 18
LAMPIRAN (KUISIONER DAN DOKUMENTASI KEGIATAN) .................... 19
- Kuisioner .................................................................................. 19
- Dokumentasi ......................................................................... 20
BAB. I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar belakang
Fieldtrip yang
dilakukan kali ini adalah untuk mengetahui cara budidaya tanaman hortikultura
khususnya budidaya tanaman Bunga kol ( Brassica oleracea var. botrytis L. subvar. cauliflora DC). Dalam pertanian, budidaya merupakan
kegiatan terencana yang meliputi pemeliharaan sumber daya hayati yang
dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat / hasil
panennya. Kegiatan budidaya dapat dianggap sebagai inti dari usaha tani.
Bunga kol (
Brassica oleracea var. botrytis L. subvar. cauliflora DC) adalah jenis
sayuran yang masuk dalam famili Brassicaceae (jenis kol dengan bunga putih
kecil). Masyarakat Indonesia biasa menyebutnya kubis bunga atau blum kol
(berasal dari bahasa Belanda Bloemkool). Tanaman ini berasal dari Mediterania
yang memiliki iklim subtropis, dan dikembangkan oleh Mc.Mohan ahli benih dari
Amerika pada tahun 1866. Bunga kol diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad
XIX yang dibawa oleh orang-orang dari India.
Untuk membudidayakan bunga kol, awalnya hanya bisa
ditanam di daerah yang memiliki temperatur minimum 15.50-180 C dan maksimum 240
C dengan kelembaban optimum antara 80-90%.. Tapi dengan diciptakannya kultivar
baru yang tahan terhadap temperatur tinggi, membuat budidaya bunga kol juga
dapat dilakukan di dataran rendah (0-200 m dpl) serta menengah (200-700 m dpl).
Dalam kegiatan fieldtrip
kali ini, mahasiswa Agronomi
dalam melakukan kegiatan diutamakan pada tanaman holtikultura tentang teknik
budidaya yang baik
dan juga pemasaran tanaman dan hasil tanaman.
I. 2. Rumusan masalah
Dari uraian di atas,
yang menjadi
permasalahan dalam laporan ini yaitu :
- Bagaimana keadaan umum lokasi fieldtrip
tersebut ?
- Bagaimana teknik budidaya tanaman kembang
petani di Lokasi tersebut ?
- Bagaimana teknik pengendalian hama yang
dilakukan petani di Lokasi tersebut
?
- Bagaimana proses pemasaran hasil produksi
petani kembang di Lokasi tersebut
?
I. 3. Tujuan
Adapun
yang menjadi tujuan dari Laporan Fieldtrip ini, yaitu :
- Untuk mengetahui keadaan umum lokasi
tersebut.
- Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman kembang
kol di Lokasi tersebut
- Untuk mengetahui teknik pengendalian hama
yang dilakukan petani di lokasi tersebut.
- Untuk mengetahui proses pemasaran hasil
produksi tanaman kembang kol dilokasi
tersebut
I. 4. Manfaat
Laporan ini diharapkan
dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
- Menjadi salah satu bahan informasi bagi
masyarakat secara umum.
- Dapat memberikan informasi ilmiah
bagi petani dan instansi terkait tentang Budidaya Tanaman Kol.
BAB. II
TINJAUAN
PUSTAKA
II. 1. Sekilas Tentang Tanaman Kembang
Kol
Bunga kol ( Brassica oleracea var. botrytis
L. subvar. cauliflora DC) adalah jenis sayuran yang masuk dalam famili
Brassicaceae (jenis kol dengan bunga putih kecil). Masyarakat Indonesia biasa
menyebutnya kubis bunga atau blum kol (berasal dari bahasa Belanda Bloemkool).
Tanaman ini berasal dari Mediterania yang memiliki iklim subtropis, dan
dikembangkan oleh Mc.Mohan ahli benih dari Amerika pada tahun 1866. Bunga kol
diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad XIX yang dibawa oleh orang-orang dari
India.
II.
2. Syarat Tumbuh
Untuk membudidayakan bunga kol, awalnya hanya bisa
ditanam di daerah yang memiliki temperatur minimum 15.50-180 C dan maksimum 240
C dengan kelembaban optimum antara 80-90%.. Tapi dengan diciptakannya kultivar
baru yang tahan terhadap temperatur tinggi, membuat budidaya bunga kol juga
dapat dilakukan di dataran rendah (0-200 m dpl) serta menengah (200-700 m dpl).
Bunga kol lebih menyukai tanah lempung daripada tanah
yang liat, tapi bisa toleran pada tanah berpasir atau liat berpasir. Tanah
harus subur, gembur serta mengandung banyak bahan organik. Unsur hara mikro
yang ada pada tanah tidak boleh kekurangan magnesium (Mg), molibdenum (Mo) dan
Boron (Bo). Jika kurang, maka harus dicukupi dari pupuk.
II.
3. Teknik Budidaya
Untuk
dapat membudidayakan kembang kol/bunga kol dengan baik dan memperoleh hasil
yang maksimal, berikut kami tampilkan beberapa cara menanam kembang kol yang
baik berikut ini :
A. Persemaian
Untuk menyemai bunga kol dapat dilakukan di dalam bumbung
yang terbuat dari daun pisang atau kertas plastik berdiameter 4-5 cm dengan
tinggi 5 cm atau menggunakan polybag berukuran 7×10 cm. Media yang digunakan
adalah pupuk kandang dan campuran tanah halus dengan perbandingan 2:1. Sebelum
digunakan, media harus disterilkan dengan cara mengukus media semai pada suhu
55-100˚C selama 30-60 menit. Dapat pula dengan menyiramkan larutan formalin 40%
kemudian ditutup plastik selama 24 jam untuk selanjutnya diangin-anginkan.
Selama persemaian harus dilakukan penyiraman dua kali
sehari, naungan persemaian dibuka setiap pagi dan sore, menyiangi gulma di
sekitar tanaman, dan memberikan larutan urea dengan konsentrasi 0,5 gr per
liter serta menyemprotkan pestisida ½ dosis.
B. Persiapan Lahan
Awal langkah persiapan lahan dilakukan dengan membuat
bedengan selebar 80-100 cm dengan tinggi 35 cm, dan jarak antar bedeng 40 cm.
Cara pembuatan Bedengan, yakni dengan membersihkan lahan dari tanaman liar dan
sisa-sisa akar kemudian dicangkul sedalam 40-50 cm. Selain membuat bedengan
juga dilakukanlah pengapuran lahan jika pH tanah lebih rendah dari 5,5. Dosis
pengapuran antara 1-2 ton/ha dalam bentuk kalsit atau dolomit.
Kapur dimasukkan ke dalam tanah pada saat pembuatan
bedengan. Selama pembuatan bedengan itu pula dilakukan pemupukan dengan dosis pupuk
kandang berkisar antara 12,5-17,5 ton/ha, serta pupuk dasar berupa ZA, Urea,
SP-36 dan KCl dengan dosis masing-masing 250 kg yang disebar me rata dan
dicampur dengan tanah di bedengan.
C. Penanaman
Waktu tanam dapat dilakukan pada pagi atau sore hari.
Sementara untuk bibit yang akan ditanam, harus memiliki 3-4 helai daun atau
kira-kira berumur 1 bulan, dengan jarak tanam 50×50 cm untuk kultivar dengan
tajuk melebar dan 45×65 cm untuk kultivar dengan tajuk tegak.. Saat penanaman,
lakukan dengan hati-hati dan jangan sampai merusakkan akar atau daun.
D. Pemeliharaan
Untuk langkah-langkah pemeliharaan terdiri atas berbagai
aktifitas diantaranya adalah :
- Penyulaman
Untuk tanaman bunga kol yang rusak ( tidak sehat ) atau
yang mati harus diganti dengan tanaman baru atau yang lazim disebut penyulaman.
Penyulaman dilakukan sampai tanaman berumur 2 MST.
- Penyiangan
Penyiangan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak
merusak akar tanaman. Penyiangan dihentikan pada akhir fase vegetatif.
- perempelan
Untuk tunas yang keluar dari cabang, harus dilakukan
perempelan sedini mungkin agar ukuran dan kualitas massa bunga dapat terbentuk
optimal. Setelah massa bunga terbentuk, agar massa bunga ternaungi dari cahaya
matahari, maka daun-daun tua diikat. Penaungan berfungsi untuk mempertahankan
warna bunga agar tetap putih.
- pemupukan
Pemberian pupuk susulan sebanyak 3 kali dilakukan selama
masa pertumbuhan :
* Pertama,
diberikan 7-10 HST yang terdiri dari SP-36 150 kg/ha, Urea 75 kg/ha, ZA 150 kg/ha, dan KCl 75 kg/ha
* Kedua,
diberikan 20 HST yang terdiri dari Urea 75 kg/ha, ZA 150 kg/ha SP-36 75 kg/ha, dan KCl 150 kg/ha.
* Ketiga,
diberikan 30-35 HST yang terdiri dari Urea 100 kg/ ha, ZA 150 kg/ha dan KCl 150 kg/ha. Jika perlu
diberikan juga pupuk daun dengan
kadar N dan K tinggi.
E. Pengairan dan Penyiraman
Agar tumbuh dengan baik, tanaman bunga kol harus diairi
pada pagi dan sore hari, 1 terutama pada saat tanaman berada pada fase pertumbuhan
awal dan pembentukan bunga.
F.
Pengendalian HPT
Untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman (HPT)
kembang kol, dilakukan lewat rotasi tanaman dengan tanaman selain famili
kubis-kubisan. Sedang untuk pengendalian biologis dengan cara mengaplikasikan
organisme yang menjadi musuh bagi hama serta mengaplikasikan pestisida biologis
atau kimiawi.
Cara lain untuk mengendalikan penyakit adalah dengan
menggunakan bibit bebas patogen dan penyakit, serta merendam benih ke dalam air
panas (50˚ C) atau di dalam fungisida / bakterisida selama 15 menit. Disamping
itu juga lewat sanitasi kebun, menanam kultivar tahan penyakit, rotasi tanaman,
pembersihan patogen pada media persemaian, tidak menggunakan tanaman yang rusak
karena serangan hama, pemberian kapur pertanian pada lahan ber-pH asam dan
membuang tanaman berpenyakit. Bila perlu, lakukan penyemprotan pestisida 2
minggu sekali untuk mencegah serangan hama dan penyakit.
G.
Panen
Bunga kol dapat dipanen pada umur 55-100 hari setelah
masa tanam, tergantung dari kultivar yang ditanam. Panen dapat dilakukan pada
pagi atau sore hari. Setelah dilakukan pemanenan, kegiatan berlanjut dengan
melakukan penyortiran dan menyimpan di storage.
BAB. III
KEADAAN
UMUM LOKASI
III. 1. Letak Geografis
Wilayah
Kecamatan Baroko Kab. Enrekang secara geografis terletak antara 130 180
360 LU dan 300 5000 LS dan diantara 130
180 360 BT.
Kecamatan
Baroko Kab. Enrekang berbatasan dengan :
- Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten
Tanah Toraja
- Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan
Curio
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan
Alla
- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan
Alla
III. 2. Wilayah Administrasi
Secara
administrasi luas wilayah Kec.Baroko adalah 41,08 Km2, yang terdiri
dari 5 Desa/Kelurahan definitif.
Jumlah
Desa/Kelurahan dan luas wilayah berdasarkan luas statistic Kecamatan Baroko
adalah sebagai berikut :
1. Desa Baroko, luas wilayah 9,40 Km2
2. Desa Tongko, luas wilayah 9,41 Km2
3. Desa Benteng Alla, luas wilayah 6,56 Km2
4. Desa Patongloang, luas wilayah 6,26 Km2
5. Desa Benteng Alla Utara, luas wilayah 11,14
Km2
III. 3. Ketinggian Tempat
Desa
Tongko Kecamatan Baroko sebagai lokasi pelaksanaan fieldtrip berada pada
ketinggian 1100 – 1400 mdpl, sehingga sangat cocok untuk membudidayakan tanaman
hortikultura.
III. 4. Kemiringan
Keadaan
topografi Desa Tongko Kec. Baroko, yaitu medan yang dilalui bergelombang,
berbukit dan bergunung serta lebah yang sangat curam. Sehingga terdapat
perbedaan kemiringan tempat, sebagai berikut :
- Kemiringan antara 2-14 %, sebanyak 1125 Ha
- Kemiringan antara 15-40 %, sebanyak 1793 Ha
- Kemiringan antara 41 % keatas, sebanyak 556
Ha
III. 5. Keadaan Tanah
Jenis
tanah yang ada di Desa Tongko Kec. Baroko terbagi kedalam 2 golongan, yaitu
jenis tanah Mediteran dan Potsolik dengan pH tanah 5,4 – 6,2.
III. 6. Iklim
Berdasarkan
data curah hujan station 3390 yang berada di Kecamatan Alla.
Kecamatan Baroko pada umumnya dan Desa Tongko pada khususnya berada pada tipe
C2, yaitu :
- Bulan basah 6 -7 bulan
- Bulan kering 4 – 5 bulan
III. 7. Luas Lahan Pertanian
Luas
lahan pertanian Kec. Baroko secara umum hingga tahun 2010 adalah seluas 4151 Ha
yang terdiri dari lahan basah/sawah dan lahan kering.
a. Lahan basah :
- Sawah :
255 Ha
- Kolam :
-
b. Lahan kering :
- Pekarangan : 137 Ha
- Tegalan : 1458 Ha
- Perkebunan : 1442 Ha
- Padang
rumput : 122 Ha
- Hutan : 258 Ha
Khusus
untuk wilayah Desa Tongko Kec. Baroko, luas lahan menurut fungsi dan
ekosistemnya dapat dibagi, sebagai berikut :
- Total luas lahan : 941 Ha
- Pekarangan :
37 Ha
- Tegalan :
559 Ha
- Perkebunan :
301 Ha
- Padang rumput : 36 Ha
- Hutan :
31 Ha
- Sawah :
5 Ha
Luas
lahan menurut komoditi yang diusahakan, umumnya ditanami tanaman sebagai
berikut :
a. Sawah :
5 Ha
b. Tegalan
- Palawija : 5 Ha
- Sayuran : 491 Ha
- Lain-lain : 32 Ha
c. Perkebunan
- Kakao : 17 Ha
- Kopi : 300 Ha
- Cengkeh : 6 Ha
- Vanili : -
- Lain-lain : 7 Ha.
BAB. IV
METODOLOGI KEGIATAN
IV. 1. Waktu dan Tempat
A. Waktu :
Waktu
pelaksanaan kegiatan fieldtrip ini selama 3 hari dari tanggal 30 Mei s/d 01
Juni 2014. Pengambilan data / wawancara terhadap responden ( petani )
dilaksanakan pada tanggal 31 Mei 2014, pukul 09.00 WITA.
B. Tempat
Tempat
pelaksanaan kegiatan fieldtrip ini di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kab.
Enrekang Prov. Sulawesi – selatan.
IV. 2. Alat dan Bahan
A. Alat :
- Pulpen :
untuk mencatat hasil wawancara
- Buku dan
Kuisioner : untuk mencatat hasil
wawancara
- Kamera : untuk dokumentasi
B. Bahan : -
IV. 3. Alur Kerja
Siapkan alat dan bahan
Berkenalan dengan responden ( petani
)
Berkunjung ke lahan petani
Mulai wawancara
Catat hasil wawancara
Dokumentasi setiap kegiatan
Buat laporan
kegiatan
BAB. V
HASIL DAN PEMBAHASAN
V. 1. Keadaan Petani
Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang terkenal dengan
bermacam – macam komoditas yang dibudidayakan, terutama tanaman hortikultura. Seperti Kol/Kubis, Kembang Kol, bawang merah,
bawang prei, sawi,
Wortel, Kentang, Kacang-kacangan,
dll. Tepatnya
hari sabtu, tanggal 31
Mei 2014 pukul. 09.00 pagi WITA, kami melakukan wawancara dengan salah satu petani yang
ada di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang yang bernama
Bapak Safar. Umur beliau + 39 tahun. Salah satu
petani yang menanam komoditas Kembang
Kol. Dari menanam komoditas tersebut, hasil produksi kemudian dijual sebagai mata
pencaharian utama pak safar.
Selain menjadi
petani, bapak Safar juga seorang pegawai
honorer di wilayahnya.
Dulunya beliau
berprofesi sebagai petani kopi tetapi
kebun kopi yang dimilikinya sudah tidak produktif lagi dan terserang berbagai
hama/penyakit. Hal tersebut dikarenakan umur tanaman kopinya sudah tua tanpa
adanya peremajaan tanaman. Akhirnya, lahan yang tadinya ditanami tanaman kopi
kemudian diganti menjadi tanaman hortikultura salah satunya adalah tanaman kembang
kol. Bapak safar sudah lama membudidayakan tanaman kol namun pengetahuan akan
teknik budidaya tanaman kembang kol masih kurang, ditambah lagi keadaan
perekonomian bapak safar jauh dari kata sejahtera sehingga modal menjadi
halangan utama dalam melakukan usaha budidaya tanaman kembang kol.
Dalam melakukan aktivitas pertanian Bapak Saktiar mempunyai
kepercayaan atau adat istiadat yaitu didasarkan pada tanggal dan tahun tertentu.
Perkiraan cuaca
juga menjadi kepercayaan dalam menentukan komoditas apa yang akan ditanam.
Masyarakat Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang mempunyai kebiasaan bergotong royong dan penuh
kebersamaan yang sifatnya berbagi pengalaman antara satu petani
dengan petani lainnya.
Petani di desa tersebut umunya sangat sulit mendapatkan pinjaman modal dari
Bank sehingga masyarakat disana kesulitan setiap kali akan memulai usaha
taninya. Satu-satunya cara yang ditempuh masyarakat disana untuk mendapatkan
modal usaha yaitu melalui tengkulak.
V. 2. Sistem Budidaya Tanaman
Kembang Kol Petani Setempat
Sistem
budidaya yang dilakukan oleh bapak Safar adalah monokultur, yaitu menanam satu
jenis komoditi pada satu lahan tanpa ada jenis komoditi lain. Berbeda dengan kebanyakan
masyarakat disana yang sistem budidayanya tumpang sari, dimana tanaman kol
ditumpangsarikan dengan tanaman bawang.
Jenis
lahan yang digarap oleh bapak Saktiar adalah tegalan dengan luas lahan 15 Are. Lahan
tersebut merupakan warisan dari orang tuanya yang kemudian beliau kelolah
sendiri bersama istri dan kedua anaknya.
Dalam
melakukan kegiatan budidaya beliau menggunakan cara –car
yang sangat sederhana yaitu dengan
hanya menggunakan cangkul untuk olah tanah. Begitu juga dengan pemberian pupuk, pemberian pupuk
tanaman monokultur ini setiap 6
bulan sekali tiap panen
dan hanya menggunakan satu jenis pupuk setiap kali tanam. Jika kekurangan modal hanya
menggunakan pupuk Urea atau Za saja, namun jika modalnya cukup maka akan
ditambahkan pupuk majemuk berupa NPK Ponska seadaanya. Petani selain
menggunakan pupuk juga menggunakan insektisida
dan fungisida yang diberikan minimal setiap 15 hari sekali.
Dalam budidaya tanaman dan pengolahan lahan tentunya
tidak lupa dengan penggunaan pupuk sebagai bahan yang dapat membantu penyuburan
tanah maupun tanaman. Dalam budidaya tanaman ini, petani menggunakan pupuk kandang yang berasal dari
kotoran ternak, baik berupa padatan (feces) yang bercampur sisa makanan,
ataupun air kencing (urine) dan pestisida kimia. Untuk pupuk kandang petani memanfaatkan kotoran ternak
sebagai pupuk organik. Kotoran
ternak tersebut tanpa diolah menjadi kompos namun langsung diaplikasikan
sebagai pupuk organik.
V. 3. Pemasaran Hasil oleh Petani
Tanaman Kol yang ditanam
oleh Bapak Safar ini memiliki
jangkauan pemasaran yang cukup luas, merambah hingga pulau Kalimantan. Namun, skala budidaya yang relatif
masih kecil membuat permintaan ke daerah lain tidak mampu dipenuhi.
Disamping itu, faktor penghambat lain pada saat
musim panen untuk jenis komoditi kembang
kol ini, hasil panen Bapak safar
langsung
diminta oleh tengkulak
atau pedagang pengumpul sehingga dari aspek pemasarannya pun sempit
yaitu cukup pada tengkulak
atau pedagang pengumpul saja yang oleh pihak tengkulak atau pedagang pengumpul hasil panen
tersebut dipasarkan kepada pedagang
besar untuk dijual ke daerah lain yang harga jualnya ialah hampir 100 % mengambil
harga awal yang diberikan oleh Bapak Safar.
Hal ini terjadi
karena menurutnya, beliau belum
mampu memasarkan hasil panennya sendiri dikarenakan kurang keterampilan
pemasaran yang jauh dari jangkauannya. Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa pada saat musim panen beliau memang
benar-benar membutuhkan uang segera sehingga pemikiran untuk
memasarkan hasil panennya sendiri juga tampak dirasanya sangat sulit.
Beliau sangat
mengharapkan peran serta pemerintah agar memperhatikan usaha budidayanya,
karena potensi yang dimiliki Desa Tongko Kec. Baroko pada umunya sangat besar
untuk membudidaya tanaman hortikultura.
BAB. VI
PENUTUP
VI. 1. Kesimpulan
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa jenis tanaman yang dibudidayakan oleh Bapak Safar
di Desa Tongko Kec. Baroko Kab. Enrekang seluas 15 are.
. Dalam melakukan aktivitas pertanian Bapak Safar mempunyai kepercayaan
atau adat istiadat yaitu didasarkan pada tanggal dan tahun tertentu. Selain itu,
perkiraan cuaca juga
ditentukan oleh hasil musyawarah warga setempat dan menjadi
kepercayaan dalam menentukan komoditas apa yang akan ditanam.
Teknik
budidaya yang dilakukan bapak Safar tergolong masih jauh dari teknologi
pertanian yang sudah ada, hal tersebut terlihat dari penggunaan alat dalam
mengolah tanah yaitu masih menggunakan cangkul. Selain itu, pengetahuan tentang
sistem budidaya tanaman kol masih minim. Sistem yang diterapkan tidak sesuai
dengan sistem/cara-cara yang sudah ada yang lebih maju.
Pemasaran
hasil juga masih mejadi kendala terbesar dalam melakukan usaha budidaya tanaman
kol di Desa tersebut. Masyarakat di desa tersebut pada umumnya menjual hasil
produksinya kepada para tengkulak atau pedagang pengumpul sehingga harga yang
diterima sangat rendah.
Faktor
modal juga menjadi kendala terberat dalam melakukan usaha tani di desa
tersebut. Tidak adanya pihak apalis ataupun pihak perbankan yang mau
meminjamkan modal kepada petani sehingga para petani memijam modal kepada
tengkulak yang bunganya sangat tinggi.
VI. 2. Saran
Dari hasil kegiatan wawancara yang
dilakukan kepada salah satu petani Kol di desa tersebut yaitu bapak Safar, maka
diperoleh beberapa fakta terkait masalah – masalah yang dialami petani selama
melakukan usaha budidaya tanaman Kembang Kol. Dari masalah tersebut kami
mencoba memberikan saran ataupun solusi, antara lain :
a. Pengetahuan akan teknik budidaya tanaman kembang
kol masih kurang, sehingga diharapkan agar mampu menambah pengetahuannya
tentang teknik budidaya tanaman kembang kol. Baik melalui pelatihan – pelatihan
yang diselenggarkan pemerintah/swasta maupun usaha sendiri untuk memperoleh
informasi yang lebih banyak tentang teknik budidaya tanaman kembang kol.
b. Kekurangan modal setiap kali akan memulai
usaha tani. Hal tersebut dapat diantisipasi
lebih awal dengan cara menabung setiap kali panen sebelumnya. Pihak dari pemerintah juga diharapkan
berperan lebih banyak dalam
memecahkan permasalahan ini.
c. Pasar hasil usaha tani masih relatif lebih
pendek artinya jangkauannya masih
pendek. Masyarakat petani Kembang Kol di Desa tersebut hanya menjual hasil usaha taninya kepada para
tengkulak atau pedangang pengumpul dimana
harganya sangat rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya peran pemerintah dalam mengakses pasar
hortikultura yang lebih besar sehingga
harga ditingkat petani jauh lebih besar.
Selain itu, peran masyarakat sendiri dalam mencari informasi pasar yang lebih besar sehingga dalam melakukan usaha tani tidak mengalami kerugian.
DAFTAR
PUSTAKA
- Anonymous. 2010. Data BPP Baroko Kecamatan
Baroko Kab. Enrekang. Enrekang.
- Arief, Arifin. 1990. Hortikultura. Andy
Offset. Yogyakarta.
- Rahmat Rukmana, Ir. 1994. Budidaya Kubis
Bunga dan Brokoli. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
- Williams, C.N., J.O. Uzo, & W.T.H.
Peregrine. 1993. Produksi Sayuran di Daerah Tropika.
Gajah Mada University Press. Diterjemahkan oleh Ronoprawiro, S. & Tjitrosoepomo, G.
Search
Google :
- http://obatpertanian.com/cara-menanam-kembang-kol-yang-baik-dan-benar.html. Di
akses pada tanggal 16 Juni 2014, pukul : 14.15 WITA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar