KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyusun Laporan ini yang merupakan hasil kegiatan fieldtrip di Desa Tongko
Kec. Baroko Kab. Enrekang, untuk mata kuliah Budidaya Tanaman Hotikultura
sebagai tugas tambahan dan merupakan kewajiban kami sebagai mahasiswa dalam
menyelesaikan proses pembelajaran mata kuliah tersebut.
Adapun judul yang kami
angkat pada kesempatan kali ini adalah Teknik Budidaya Tanaman Kol ( Brassica
oleracea ) . Sebagai bahan referensi kami untuk menyelesaikan Laporan
Fieldrip Budidaya Tanaman Hortikultura.
Ucapan terimakasih juga kami
hanturkan kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian makalah
ini. Dan kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik
dan saran yang sifatnya konstruktif sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi perkembangan pertanian di Indonesia dan menjadi bahan
referensi bagi pembacanya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………. iii
BAB. I.
PENDAHULUAN …………………………………………… 1
I. 1.
Latar belakang ……………………………………….. 1
I. 2. Rumusan
Masalah ………………………………............. .......... 2
I. 3. Tujuan .......................................................................... 2
I. 4. Manfaat ............................................................................. 2
BAB. II. KEADAAN UMUM LOKASI ………………………………….. ................ 3
II. 1. Letak Geografis ....................................................………… 3
II. 2. Wilayah
Administrasi .................…………………....................... 4
II. 3. Ketinggian Tempat ................................................................... 4
II. 4. Kemiringan ........................................................................ 4
II. 5. Keadaan Tanah ...................................................................... 4
II. 6. Iklim ..................................................................................... 4
II. 7. Luas Lahan Pertanian ............................................................... 4
BAB. III.
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 6
III. 1. Klasifikasi Tanaman ............................................................... 6
III. 2. Manfaat Tanaman
............................................... ............... 9
III. 3. Syarat Pertumbuhan .................................................................. 9
III. 4. Pedoman Teknis Budidaya ........................................................ 10
III. 5. Analisis Ekonomi Budidaya Tanaman ........................................... 23
III. 6. Standar Produksi .............................................................. 24
BAB. IV. METODOLOGI KEGIATAN ............................................ 26
IV. 1. Waktu dan Tempat ................................................................... 26
IV. 2. Alat dan Bahan .......................................................................... 26
IV. 3. Alur Kerja ............................................................................. 26
BAB. V.
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 27
V. 1. Latar
Belakang Petani ........................................................... 27
V. 2. Sistem
Budidaya Tanaman Kol Petani Setempat ...................... 28
V. 3. Pemasaran
Hasil oleh Petani .................................................. 29
BAB. VI. PENUTUP ................................................................................ 31
VI. 1. Kesimpulan ................................................................................ 31
VI. 2. Saran .................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 34
LAMPIRAN (KUISIONER DAN DOKUMENTASI KEGIATAN) .................... 35
- Kuisioner .................................................................................. 35
- Dokumentasi ......................................................................... 36
BAB. I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar belakang
Fieldtrip adalah sebuah perjalanan lapangan atau ekskursi, yang
dikenal sebagai perjalanan sekolah. Pengertian lainnya adalah perjalanan oleh
sekelompok orang ke tempat yang jauh dari lingkungan yang normal mereka. Tujuan
perjalanan biasanya pengamatan untuk penelitian pendidikan, non-eksperimental
atau untuk menyediakan mahasiswa dengan pengalaman luar kegiatan sehari-hari.
Field trip yang
dilakukan kali ini adalah untuk mengetahui cara budidaya tanaman hortikultura
khususnya budidaya tanaman kol ( Brassica oleracea ). Dalam pertanian, budidaya
merupakan kegiatan terencana yang meliputi pemeliharaan sumber daya
hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil
manfaat / hasil panennya. Kegiatan budidaya dapat dianggap sebagai inti
dari usaha tani.
Usaha budidaya tanaman mengandalkan
pada penggunaan tanah atau media lainnya di suatu lahan untuk
membesarkan tanaman dan lalu memanen bagiannya yang bernilai ekonomi.
Bagian ini dapat berupa biji, buah / bulir, daun, bunga, batang, tunas
serta semua bagian lain yang bernilai ekonomi. Kegiatan budidaya tanaman yang
dilakukan dengan media tanah dikenal pula sebagai bercocok tanam.
Dalam kegiatan fieldtrip
kali ini, mahasiswa Agronomi
dalam melakukan kegiatan diutamakan pada tanaman holtikultura tentang teknik
budidaya yang baik
dan juga pemasaran tanaman dan hasil tanaman. Field trip ini bertempat
di Desa Tongko Kec. Baroko Kab.
Enrekang
Disana banyak terdapat sentra pertanian terutama tanaman
hortikultura seperti sayuran
dan buah. Setelah
mengenal
beberapa tanaman yang ada
di lokasi akhirnya penulis berkesimpulan akan
meneliti teknik budidaya tanaman kol yang ada dilokasi tersebut, sebagai bahan
kegiatan fieldtrip untuk mata kuliah Budidaya Tanaman Hortikultura.
I. 2. Rumusan masalah
Dari uraian di atas,
yang menjadi
permasalahan dalam laporan ini yaitu :
- Bagaimana keadaan umum lokasi fieldtrip
tersebut ?
- Bagaimana teknik budidaya tanaman kol
petani di Lokasi tersebut ?
- Bagaimana teknik pengendalian hama yang
dilakukan petani di Lokasi tersebut
?
- Bagaimana proses pemasaran hasil produksi
petani kol di Lokasi tersebut ?
I. 3. Tujuan
Adapun
yang menjadi tujuan dari Laporan Fieldtrip ini, yaitu :
- Untuk mengetahui keadaan umum lokasi
tersebut.
- Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman
kol di Lokasi tersebut
- Untuk mengetahui teknik pengendalian hama
yang dilakukan petani di lokasi tersebut.
- Untuk mengetahui proses pemasaran hasil
produksi tanaman kol dilokasi tersebut
I. 4. Manfaat
Laporan ini diharapkan
dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
- Menjadi salah satu bahan informasi bagi
masyarakat secara umum.
- Dapat memberikan informasi ilmiah
bagi petani dan instansi terkait tentang Budidaya Tanaman Kol.
BAB. II
KEADAAN
UMUM LOKASI
II. 1. Letak Geografis
Wilayah
Kecamatan Baroko Kab. Enrekang secara geografis terletak antara 130 180
360 LU dan 300 5000 LS dan diantara 130
180 360 BT.
Kecamatan
Baroko Kab. Enrekang berbatasan dengan :
- Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten
Tanah Toraja
- Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan
Curio
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan
Alla
- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan
Alla
II. 2. Wilayah Administrasi
Secara
administrasi luas wilayah Kec.Baroko adalah 41,08 Km2, yang terdiri
dari 5 Desa/Kelurahan definitif.
Jumlah
Desa/Kelurahan dan luas wilayah berdasarkan luas statistic Kecamatan Baroko
adalah sebagai berikut :
1. Desa Baroko, luas wilayah 9,40 Km2
2. Desa Tongko, luas wilayah 9,41 Km2
3. Desa Benteng Alla, luas wilayah 6,56 Km2
4. Desa Patongloang, luas wilayah 6,26 Km2
5. Desa Benteng Alla Utara, luas wilayah 11,14
Km2
II. 3. Ketinggian Tempat
Desa
Tongko Kecamatan Baroko sebagai lokasi pelaksanaan fieldtrip berada pada
ketinggian 1100 – 1400 mdpl, sehingga sangat cocok untuk membudidayakan tanaman
hortikultura.
II. 4. Kemiringan
Keadaan
topografi Desa Tongko Kec. Baroko, yaitu medan yang dilalui bergelombang,
berbukit dan bergunung serta lebah yang sangat curam. Sehingga terdapat
perbedaan kemiringan tempat, sebagai berikut :
- Kemiringan antara 2-14 %, sebanyak 1125 Ha
- Kemiringan antara 15-40 %, sebanyak 1793 Ha
- Kemiringan antara 41 % keatas, sebanyak 556
Ha
II. 5. Keadaan Tanah
Jenis
tanah yang ada di Desa Tongko Kec. Baroko terbagi kedalam 2 golongan, yaitu
jenis tanah Mediteran dan Potsolik dengan pH tanah 5,4 – 6,2.
II. 6. Iklim
Berdasarkan
data curah hujan station 3390 yang berada di Kecamatan Alla.
Kecamatan Baroko pada umumnya dan Desa Tongko pada khususnya berada pada tipe
C2, yaitu :
- Bulan basah 6 -7 bulan
- Bulan kering 4 – 5 bulan
II. 7. Luas Lahan Pertanian
Luas
lahan pertanian Kec. Baroko secara umum hingga tahun 2010 adalah seluas 4151 Ha
yang terdiri dari lahan basah/sawah dan lahan kering.
a. Lahan basah :
- Sawah :
255 Ha
- Kolam :
-
b. Lahan kering :
- Pekarangan : 137 Ha
- Tegalan : 1458 Ha
- Perkebunan : 1442 Ha
- Padang
rumput : 122 Ha
- Hutan : 258 Ha
Khusus
untuk wilayah Desa Tongko Kec. Baroko, luas lahan menurut fungsi dan
ekosistemnya dapat dibagi, sebagai berikut :
- Total luas lahan : 941 Ha
- Pekarangan :
37 Ha
- Tegalan :
559 Ha
- Perkebunan :
301 Ha
- Padang rumput : 36 Ha
- Hutan :
31 Ha
- Sawah :
5 Ha
Luas
lahan menurut komoditi yang diusahakan, umumnya ditanami tanaman sebagai
berikut :
a. Sawah :
5 Ha
b. Tegalan
- Palawija : 5 Ha
- Sayuran : 491 Ha
- Lain-lain : 32 Ha
c. Perkebunan
- Kakao : 17 Ha
- Kopi : 300 Ha
- Cengkeh : 6 Ha
- Vanili : -
- Lain-lain : 7 Ha.
BAB. III
TINJAUAN PUSTAKA
III. 1. Klasifikasi Tanaman
Berdasarkan
klasifikasinya, kol/kubis termasuk dalam :
a). Divisi : Spermatophyta
b). Sub Divisi : Angiospermae
c). Kelas : Dicotyledonae
d). Famili : Cruciferae
e). Genus : Brassica
f). Spesies : Brassica oleracea
Dari
klasifikasi ini turunlah varietas-varietas tanaman kol yang dibudidayakan,
berikut ini merupakan kol varietas unggul :
1. Kubis putih (B.o. var. capitata L. f.alba
DC.)
a. Kubis kepala bulat : krop bulat dan
kompak, ukuran daun kecil sampai sedang,
mempunyai daun luar berwarna hijau muda, memiliki teras atau hati kecil dan mempunyai
batang pendek. Beberapa varietas unggul kubis
putih kepala bulat :
-
Globe Master : umur panen 75 hari, produksi 2-2,5 kg/tanaman.
- Emerald Cross Hybrid : umur panen 45 hari,
produksi 1,2 kg/tanaman
- Copenhagen Market : umur panen 72 hari,
produksi 1,8-2 kg/tanaman
- K-K Cros : umur panen 58 hari, produksi 1,6
kg/tanaman
- Green Cup : umur panen 73 hari, produksi 1,5
kg/tanaman
- Ecarliana : umur panen 60 hari, produksi 1
kg/tanaman
b. Kubis kepala bulat runcing : Krop kubis
berbentuk bulat dengan ujung bagian
atas meruncing sehingga nampak berbentuk elips. Contoh varietas komersial :
-
Early Jersey Wakefield : umur panen 63 hari, produksi 1 kg/tanaman
-
Green point : umur panen 50 hari, produksi 1 kg/tanaman
c.
Kubis kepala bulat datar: Krop kubis berbentuk bulat, bagian atasnya mendatar dan nampak gepeng (baca
"kol gepeng", krop kurang kompak dan
berongga, ukuran sedang sampai besar dan memiliki daun luar yang melengkung ke arah dalam
menutupi kepala. Beberapa jenis komersial
adalah :
- Premium
Flat Dutch : umur panen 100 hari, produksi 4,5 kg/tanaman.
- Early
Flat Dutch : umur panen 83 hari, produksi 2,4-2,7 kg/tanaman.
- O-S
Cross : umur panen 80 hari, produksi 2 kg/tanaman.
- Surehead
: umur panen 93 hari, produksi 3-4,5 kg/tanaman.
- Kubis 632 Spring Light : umur panen 65 hari,
produksi 1,8 kg / tanaman.
- Kubis 633 Summer Autumn: umur panen 60 hari,
produksi 2 kg / tanaman.
- Kubis 634 Good Season: umur panen 45 hari,
produksi 1,8 kg / tanaman.
- Kubis 635 Summer Summit: umur panen 50 hari,
produksi 2 kg / tanaman.
- Kubis 636 Tropical Delight: umur panen 50-55 hari, produksi 2 kg / tanaman.
- Kubis 636 Tropical Delight: umur panen 50-55 hari, produksi 2 kg / tanaman.
- Kubis 637 Summit: umur panen 50 hari,
produksi 1,5 kg/tanaman.
2. Kubis
merah (B.o. var. capitata L. f. rubra.)
Krop
berbentuk bulat kompak berwarna merah keunguan dan permukaan luar daun tertutup
lapisan. Beberapa varietas yang mempunyai nilai ekonomi :
- Ruby perfection: warna krop merah cerah,
umur panen 80 hari, produksi 1,6
kg/tanaman.
- Mammoth Red Rock: warna krop merah tua
keunguan dan keras, umur panen 100
hari, produksi 3,4 kg/tanaman.
- Rubby ball: warna krop merah tua, umur
panen 65 hari, produksi 1,5 kg/tanaman.
- Res Acre: warna krop merah tua, umur panen 76 hari, produksi 1,8 kg/tanaman.
- Res Acre: warna krop merah tua, umur panen 76 hari, produksi 1,8 kg/tanaman.
3. Kubis Savoy
(B.o. var. sabauda L.)
Ciri-ciri
memiliki daun keriting berbentuk babad/perut daging sapi, berwarna hijau, krop
berbentuk bermacam-macam, bulat dan kerucut. Kubis ini biasa disebut kubis
keriting/kubis babat. Contoh beberapa varietas komersial :
- Perfection Drumhead: umur panen 90 hari,
produksi 2,7-3,2 kg/tanaman.
- Vorbote: produksi 1-2 kg/tanaman.
- Savoy King Hybrid: umur panen 80 hari,
produksi 1,8 kg/tanaman.
- Savoy Ace: umur panen 80 hari, produksi 1,6
kg/tanaman.
- Langedijk Early Yellow: produksi 1,5-2
kg/tanaman.
- Langedijk Storage Yellow: produksi 2-3
kg/tanaman.
Selain
jenis kubis diatas masih terdapat jenis lain yang cukup komersial yaitu kubis
brussel (B.o. var. gemmivera DC.).
III. 2. Manfaat Tanaman
Sebagai
bahan pangan untuk keperluan masakan seperti sup, sayur lodeh, pecel, lotek dan
lain-lain atau dimakan langsung (lalapan) bersama menu lain. Manfaat lain dapat
dibuat produk makanan instan seperti mie, makanan ringan dan makanan cepat saji
lainnya.
Di
bidang kesehatan, dapat digunakan sebagai pencegah dan obat sariawan, penyakit
beri-beri, penyakit Xerophthalmia, radang syaraf, lemahnya otot-otot, luka-luka
pada tepi mulut, dermatitis bibir menjadi merah dan radang lidah, kandungan
niacin dapat mencegah penyakit palagra dan pembentuk tulang dan gigi.
III. 3. Syarat Pertumbuhan
A. Iklim
1.
Pengaruh angin dirasakan pada evaporasi lahan dan evapotranspirasi tanaman.
Laju angin yang tinggi dalam waktu lama (kontinyu) mengakibatkan keseimbangan
kandungan air antara tanah dan udara terganggu, tanah kering dan keras,
penguraian bahan-bahan organik terhambat, unsur hara berkurang dan menimbulkan
racun akibat tidak ada oksidasi gas-gas beracun di dalam tanah.
2.
Disebutkan jumlah curah hujan 80% dari jumlah normal (30 cm) memberikan hasil
rata-rata 12% dibawah rata-rata normal.
3. Stadia pembibitan memerlukan intensitas
cahaya lemah sehingga memerlukan naungan untuk mencegah cahaya matahari
langsung yang membahayakan pertumbuhan bibit. Sedangkan pada stadia pertumbuhan
diperlukan intensitas cahaya yang kuat, sehingga tidak membutuhkan naungan.
4.
Tanaman kubis dapat hidup pada suhu udara 10-24 derajat C dengan suhu optimum
17 derajat C. Untuk waktu singkat, kebanyakan varietas kubis tahan dingin
(minus 6-10 derajatC), tetapi untuk waktu lama, kubis akan rusak kecuali kubis
berdaun kecil (<3> 9), merupakan racun bagi akar-akar tanaman.
5.
Kandungan air tanah yang baik adalah pada kandungan air tersedia, yaitu pF
antara 2,5 - 4. Dengan demikian lahan tanaman kol memerlukan pengairan yang
cukup baik (irigasi maupun drainase).
B. Ketinggian
Tempat
Tanaman
kubis dapat tumbuh optimal pada ketinggian 200-2000 m dpl. Untuk varietas
dataran tinggi, dapat tumbuh baik pada ketinggian 1000-2000 m dpl.
III. 4. Pedoman Teknis Budidaya
A. Pembibitan
1. Persyaratan
Benih
Benih
yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a). Benih utuh,
artinya tidak luka atau tidak cacat.
b). Benih harus
bebas hama dan penyakit.
c).
Benih harus murni, artinya tidak tercampur dengan biji-biji atau benih lain serta bersih dari
kotoran.
d). Benih
diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat.
e). Mempunyai
daya kecambah 80%.
f). Benih yang
baik akan tenggelam bila direndam dalam air.
2. Penyiapan
Benih
Penyiapan benih
bertujuan untuk mempercepat perkecambahan benih dan meningkatkan daya tahan
tanaman terhadap serangan penyakit. Cara-cara penyiapan adalah sebagai berikut
:
- Sterilisasi benih, dengan merendam benih
dalam larutan fungisida dengan
dosis yang dianjurkan atau dengan merendam benih dalam air panas 55 derajat C selama 15-30 menit.
- Penyeleksian benih, dengan merendam biji
dalam air, dimana benih yang baik
akan tenggelam.
- Rendam benih selama ± 12 jam atau sampai
benih terlihat pecah agar benih cepat
berkecambah.
Kebutuhan
benih per hektar tergantung varietas dan jarak tanam, umumnya dibutuhkan 300
gram/ha. Benih harus disemai dan dibumbun sebelum dipindahkan ke lapangan.
Penyemaian dapat dilakukan di bedengan atau langsung di bumbung (koker).
Bumbung dapat dibuat dari daun pisang, kertas makanan berplastik atau polybag
kecil.
3. Teknik
Penyemaian Benih
Hal
yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi persemaian antara lain :
- Tanah tidak mengandung hama dan penyakit atau
faktor-faktor lain yang
merugikan;
- Lokasi mendapat penyinaran cahaya matahari
cukup; dan
- Dekat dengan sumber air bersih.
Penyemaian
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
- Penyemaian di bedengan
Sebelum
bedengan dibuat, lahan diolah sedalam 30 cm lalu dibuat bedengan selebar
110-120 cm memanjang dari arah utara ke selatan. Tambahkan ayakan pupuk kandang
halus dan campurkan dengan tanah dengan perbandingan 1:2 atau 1:1. Bedengan
dinaungi dengan naungan plastik, jerami atau daun-daunan setinggi 1,25-1,50 m
di sisi timur dan 0,8-1,0 m di sisi Barat. Penyemaian dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu disebar merata di atas bedengan atau disebar di dalam barisan
sedalam 0,2-1,0 cm. Cara pertama memerlukan benih yang lebih sedikit daripada
cara kedua. Sekitar 2 minggu setelah semai, bibit dipindahkan ke dalam bumbung.
Bumbung dapat dibuat dari daun pisang atau kertas berplastik dengan ukuran
diameter 4-5 cm dan tinggi 5 cm atau berupa polibag 7x10 cm yang memiliki dua
lubang kecil di kedua sisi bagian bawahnya. Bumbung diisi media campuran ayakan
pupuk kandang matang dan tanah halus dengan perbandingan 1:2 atau 1:1.
Keuntungannya adalah hemat waktu, permukaan petak semaian sempit dan jumlah
benih persatuan luas banyak. Sedangkan kelemahannya adalah penggunaan benih
banyak, penyiangan gulma sukar, memerlukan tenaga kerja terampil terutama saat
pemindahan bibit ke lahan.
- Penyemaian di bumbung (koker atau polybag)
Dengan cara
ini, satu per satu benih dimasukkan ke dalam bumbung yang dibuat dengan cara
seperti di atas. Bumbung dapat terbuat dari daun pisang atau daun kelapa dengan
ukuran diameter dan tinggi 5 cm atau dengan polybag kecil yang berukuran 7-8 cm
x 10 cm. Media penyemaian adalah campuran tanah halus dengan pupuk kandang
(2:1) sebanyak 90%. Sebaiknya media semai disterilkan dahulu dengan mengkukus
media semai pada suhu udara 55-100 derajat C selama 30-60 menit atau dengan
menyiramkan larutan formalin 4%, ditutup lembar plastik (24 jam), lalu
diangin-anginkan. Cara lain dengan mencampurkan media semai dengan zat fumigan
Basamid-G (40-60 gram/m2) sedalam 10-15 cm, disiram air sampai basah dan
ditutup dengan lembaran plastik (5 hari), lalu plastik dibuka, dan lahan
diangin-anginkan (10-15 hari).
- Kombinasi cara pertama dan kedua
Pertama benih
disebar di petak persemain, setelah berumur 4-5 hari (berdaun 3-4 helai),
dipindahkan ke dalam bumbung.
- Penanaman langsung.
Yaitu dengan
menanam benih langsung ke lahan. Kelebihannya adalah waktu, biaya dan tenaga
lebih hemat, tetapi kelemahannya adalah perawatan yang lebih intensif.
Lahan
persemaian dapat diganti dengan kotak persemaian dan dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
a. Buat medium terdiri dari tanah, pasir dan
pupuk kandang (1:1:1).
b. Buat kotak persemaian kayu (50-60 cm x 30-40
cm x 15-20 cm) dan lubangi dasar
kotak untuk drainase.
c. Masukkan medium kedalam kotak dengan tebalan
10-15 cm.
4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian.
- Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi
dan sore hari tergantung cuaca.
- Pengatur naungan persemaian dibuka setiap
pagi hingga pukul 10.00 dan sore mulai
pukul 15.00. Diluar waktu diatas, cahaya matahari terlalu panas dan kurang menguntungkan bagi bibit.
- Penyiangan dilakukan terhadap tanaman lain
yang dianggap mengganggu pertumbuhan
bibit, dilakukan dengan mencabuti rumput
- rumput / gulma lainnya yang tumbuh disela - sela tanaman pokok.
- Dilakukan pemupukan larutan urea dengan
konsentrasi 0,5 gram/liter dan
penyemprotan pestisida ½ dosis jika diperlukan.
- Hama yang menyerang biji yang belum tumbuh
dan tanaman muda adalah semut,
siput, bekicot, ulat tritip, ulat pucuk, molusca dan cendawan. Sedangkan, penyakit adalah penyakit layu.
Pencegahan dan pemberantasan digunakan Insektisida dan
fungisida seperti Furadan 3 G,
Antrocol, Dithane, Hostathion dan lain-lain.
5. Pemindahan Bibit
Pemindahan
dilakukan bila bibit telah mempunyai perakaran yang kuat. Bibit dari benih/biji
siap ditanam setelah berumur 6 minggu atau telah berdaun 5-6 helai, sedangkan
bibit dari stek dapat dipindahkan setelah berumur 28 hari.
Pemindahan
bibit dilakukan dengan cara sebagai berikut :
- Sistem cabut, bibit dicabut dengan
hati-hati agar tidak merusak akar. Bila
disemai pada polybag, pengambilan bibit dilakukan dengan cara membalikkan polybag dengan batang bibit dijepit antara telunjuk dan jari tengah, kemudian
polybag ditepuk - tepuk perlahan hingga bibit keluar. Bila bibit
disemai pada bumbung daun pisang atau
daun kelapa, bibit dapat ditanam bersama bumbungnya.
- Sistem putaran, caranya tanah disiram dan
bibit dengan diambil beserta tanahnya
2,5-3 cm dari batang dengan kedalaman 5 cm.
B. Pengolahan
Media Tanam
1.
Persiapan Lahan
Sebaiknya
bukan lahan bekas ditanami tanaman famili Cruciferae lainnya. Dilakukan
pengukuran pH dan analisa tanah tentang kandungan bahan organiknya untuk
mengetahui kecocokan lahan ditanami kol/kubis.
Tanah
digemburkan dan dibalik dengan dicangkul atau dibajak sedalam 40-50 cm, dibersihkan
dari sisa-sisa tanaman dan diberi pupuk dasar. Setelah itu, dibiarkan terkena
sinar matahari selama 1-2 minggu untuk memberi kesempatan oksidasi gas-gas
beracun dan membunuh sumber-sumber patogen.
2.
Pembuatan Bedengan
Bedengan
dibuat dengan arah Timur-Barat, lebar 80-100 cm, tinggi 35 cm dan panjang
tergantung keadaan lahan. Lebar parit antar bedengan ± 40 cm (parit pembuangan
air PPA 60 cm) dengan kedalaman 30 cm (PPA 60 cm).
3.
Pengapuran
Fungsi
untuk menaikkan pH tanah dan mencegah kekurangan unsur hara makro maupun mikro.
Dosis pengapuran bergantung kisaran angka pH-nya, umumnya antara 1-2 ton kapur
per hektar. Jenis kapur yag digunakan antara lain: Captan (calcit) dan Dolomit.
4.
Pemupukan
Bedengan
siap tanam diberi pupuk dasar yang banyak mengandung unsur Nitrogen dan Kalium,
yaitu Za, Urea, TSP dan KCl masing-masing 250 kg, serta Borax atau Borate 10-20
kg/ha. Pemberian pupuk kandang dilakukan sebanyak 0,5 kg per tanaman.
C.
Teknik Penanaman
1.
Penentuan Pola Tanam
Penentuan
pola tanam tanaman sangat bergantung kesuburan tanah dan varietas tanaman
dengan jarak tanam 50 x 50 cm. Pola penanaman ada dua yaitu larikan dan teratur
seperti pola bujur sangkar; pola segi tiga sama sisi; pola segi empat dan pola
barisan (barisan tunggal dan barisan ganda). Pola segi tiga sama sisi dan bujur
sangkar tergolong baik karena didapatkan jumlah tanaman lebih banyak.
2.
Pembuatan Lubang Tanam
Lubang
tanam dibuat sesuai dengan jarak tanam sedalam cangkul atau dengan ukuran garis
tengan 20-25 cm sedalam 10-15 cm.
3.
Cara Penanaman
- Waktu tanam yang baik yaitu pada pagi hari
antara pukul 06.00-10.00 atau sore hari
antara pukul 15.00-17.00, karena pengaruh sinar matahari dan temperatur tidak terlalu tinggi.
- Pilih
bibit yang segar dan sehat (tidak terserang penyakit ataupun hama).
- Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang
atau, ditanam bersama dengan
bumbungnya, bila disemai pada polybag plastik maka dikeluarkan terlebih dahulu dengan cara membalikkan polybag dengan batang
bibit dijepit antara telunjuk dan jari tengah, kemudian
polybag ditepuk-tepuk secara perlahan hingga bibit keluar dari polybag.
- Bila
disemai dalam bedengan diambil dengan solet (sistem putaran), caranya
menggambil bibit beserta tanahnya sekitar 2,5-3 cm dari batang sedalam 5 cm.
- Bibit
segera ditanam pada lubang dengan memberi tanah halus sedikit - demi sedikit dan tekan tanah perlahan
agar benih berdiri tegak.
- Siram
bibit dengan air sampai basah benar.
4.
Pemeliharaan Tanaman
- Penjarangan
dan Penyulaman
Penjarangan
dilakukan saat pemindahan bibit ke lahan, yaitu saat bibit berumur 6 minggu
atau telah berdaun 5-6 helai (semaian biji) atau berumur 28 hari (semaian
stek). Bila bibit disemai pada bumbung maka penjarangan tidak dilakukan.
Sedangkan penyulaman hampir tidak dilakukan karena umur tanaman yang pendek
(2-3 bulan).
- Penyiangan
Penyiangan
dilakukan bersama dengan penggemburan tanah sebelum pemupukan atau bila
terdapat tumbuhan lain yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyiangan
dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam karena dapat merusak sistem
perakaran tanaman, bahkan pada akhir penanaman sebaiknya tidak dilakukan.
- Pembubunan
Pembumbunan
dilakukan bersama penyiangan dengan mengangkat tanah yang ada pada saluran
antar bedengan ke arah bedengan berfungsi untuk menjaga kedalaman parit dan
ketinggian bedeng dan meningkatkan kegemburan tanah.
- Perempelan
Perempelan
cabang/tunas-tunas samping dilakukan seawal mungkin untuk menjaga tanaman induk
agar pertumbuhan sesuai harapan, sehingga zat makanan terkonsentrasi pada
pembentukan bunga seoptimal mungkin.
- Pemupukan
Pemupukan
susulan I dilakukan dengan urea 1gram per tanaman melingkari tanaman dengan
jarak 3 cm disaat tanaman kelihatan hidup untuk mendorong pertumbuhan.
Pemupukan kedua dilakukan pada umur 10-14 hari dengan dosis 3-5 gram, dengan
jarak 7-8 cm. Pemupukan ketiga dilakukan pada umur 3-4 minggu dengan dosis 5
gram pada jarak 7-8 cm. Bila pertumbuhan belum optimal dapat dilakukan
pemupukan lagi pada umur 8 minggu.
- Pengairan dan Penyiraman
Waktu
pemberian air sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari. Pada musim kemarau,
pengairan perlu dilakukan 1-2 hari sekali, terutama pada fase awal pertumbuhan
dan pembentukan bunga.
- Waktu Penyemprotan Pestisida
Untuk
pencegahan, penyemprotan dilakukan sebelum hama menyerang tanaman atau secara
rutin 1-2 minggu sekali dengan dosis ringan. Untuk penanggulangan, penyemprotan
dilakukan sedini mungkin dengan dosis tepat, agar hama dapat segera
ditanggulangi. Jenis dan dosis pestisida yang digunakan dalam menanggulangi
hama sangat beragam tergantung dengan hama yang dikendalikan dan tingkat populasi
hama tersebut.
- Pemeliharaan Lain
Hal-hal
yang penting dalam merawat tanaman adalah :
1.
Menghindari pelukaan pada tanaman karena luka pada tanaman merupakan salah satu jalan yang efektif
dalam penularan penyakit dan sangat
disukai oleh hama.
2.
Dalam pemupukan, pupuk tidak boleh mengenai tanaman dan harus selalu diikuti dengan penyiraman.
5.
Hama dan Penyakit
a.
Hama
- Ulat Plutella (Plutella xylostella L.)
- Ulat croci (Crocidolomia binotalis Zeller)
- Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn)
- Kutu daun (Aphis brassicae)
- Ulat daun
- Bangsa siput
- Cengkerik dan gangsir
- Orong-orong.
b.
Penyakit
- Busuk hitam (Xanthomonas campestris Dows.)
- Busuk lunak (Erwinia carotovora Holland.)
- Akar bengkak atau akar pekuk (Plasmodiophora
brassicae Wor.)
- Bercak hitam (Alternaria sp.)
- Busuk lunak berair
- Semai roboh (dumping off)
- Penyakit Fisiologis
6.
Panen
a.
Ciri dan Umur Panen
Umur
masak petik atau panen tanaman kubis tergantung pada varietasnya, berumur
pendek (genjah) dan berumur panjang (dalam).
- Premium Flat Dutch : umur panen 100 hari,
produksi 4,5 kg / tanaman.
- Early Flat Dutch : umur panen 83 hari, produksi
2,4 - 2,7 kg / tanaman
- O-S Cross : umur panen 80 hari, produksi 2
kg / tanaman.
- Surehead : umur panen 93 hari, produksi
3-4,5 kg / tanaman.
- Globe Master : umur panen 75 hari, produksi
2-2,5 kg / tanaman.
- Emerald Cross Hybrid : umur panen 45 hari,
produksi 1.2 kg / tanaman.
- Copenhagen Market : umur panen 72 hari,
produksi 1.8 - 2 kg / tanaman.
- K-K Cros : umur panen 58 hari, produksi 1,6
kg / tanaman.
- Green Cup : umur panen 73 hari, produksi
1,5 kg / tanaman
- Ecarliana : umur panen 60 hari, produksi 1
kg/tanaman.
Ciri-ciri
kemasakan kubis adalah sebagai berikut :
- Krop kubis mengeras dengan cara menekan
krop kubis.
- Daun berwarna hijau mengkilap.
- Daun paling luar sudah layu.
- Besar krop kubis telah terlihat maksimal.
b.
Cara Panen
Pemetikan
yang kurang baik akan menimbulkan kerusakan mekanis yang menyebabkan krop kubis
terinfeksi patogen sehingga mudah pembusukan. Langkah-langkah dalam memetik
kubis :
- Pilih kubis yang telah tua dan siap
dipetik.
- Petik kubis dengan menggunakan pisau yang
tajam dan bersih. Pemotongan dilakukan
pada bagian pangkal batang kubis.
- Urutan pemetikan adalah dimulai dengan
kubis yang sehat baru kemudian
dilakukan pemetika pada kubis yang telah terkena infeksi patogen.
c.
Prakiraan Produksi
Produksi
kubis bergantung dengan varietas. Secara umum per tanaman menghasilkan 0,75 - 4
Kg, daerah tadah hujan dengan pemeliharaan semi intensif 25-35 ton per hektar
dan dengan pemeliharan intensif 85 ton per hektar.
7.
Pascapanen
a.
Pengumpulan
Setelah
dipetik, kubis dikumpulkan pada tempat yang teduh dan tidak terkena sinar
matahari langsung agar laju respirasi berkurang sehingga didapatkan kubis yang
tinggi kwalitas dan kwantitasnya. Pengumpulan dilakukan dengan hati-hati dan
jangan ditumpuk dan dilempar-lempar.
b.
Penyortiran dan Penggolongan
Penyortiran
untuk memisahkan krop kubis baik dan bermutu dari yang kurang baik atau rusak,
seperti retak, lecet dan kerusakan lainnya.
Penggolongan
bertujuan untuk mengolongkan krop ke dalam mutu kelas I, kelas II dan
seterusnya berdasarkan jumlah daun pembungkus krop, keseragaman bentuk,
keseragaman ukuran, kepadatan krop, kadar kotoran maksimum, kecacatan kubis
maksimum dan panjang batang kubis maksimum.
- Jumlah daun pembungkus: mutu I=4 helai;
mutu II=4 helai.
- Homoginetas bentuk: mutu I=seragam; mutu
II=seragam.
- Homogenitas ukuran: mutu I=seragam; mutu
II=seragam.
- Kepadatan krop: mutu I=padat; mutu
II=kurang padat.
- Kadar kotoran maksimum: mutu I=2,5%; mutu
II=2,5%.
- Kubis cacat maksimum: mutu I=5%; mutu
II=10%.
- Panjang batang kubis maksimum: mutu I=2,5
cm; mutu II=2,5 cm.
c.
Penyimpanan
Penyimpanan
kubis harus memperhatikan varietas kubis, suhu, kelembaban dan kadar air. Pada
suhu 32-35 derajat F dan kelembaban udara 92 – 95 %, kubis dapat disimpan 4-6
bulan (kubis kadar air tinggi) dan 12 bulan (kubis kadar air rendah) dengan
kehilangan berat sebesar 10 %.
d.
Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan
dilakukan dengan plastik polyethylene dan dalam pengangkutan kemasan perlu
dimasukkan ke dalam kotak atau peti kayu (field boxes) dengan kapasitas 25 - 30
kg/peti.
III. 5. Analisis Ekonomi Budidaya
Tanaman
A.
Gambaran Peluang Agribisnis
Melihat
banyaknya manfaat kubis dalam kesehatan bagi masyarakat, dan ditunjang harga
yang murah, maka potensi pasar untuk kubis sangat terbuka. Peluang pasar
komoditi ini tidak hanya terbatas didalam negeri, namun juga telah menjangkau
ke beberapa negara lain seperti taiwan, Malaysia, Hongkong, Singapura, Jepang,
Jerman dan lain-lain. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan volume ekspor
kubis dari 16.107 ton dengan nilai US$ 218.000 pada tahun 1987 hingga mencapai
28.625 ton (US$3.867.028) pada tahun 1991 (Biro Pusat Statistik, 1991).
Melihat
kenyataan diatas, dapat diperkirakan bahwa akan terjadi peningkatan permintaan
terhadap komoditi ini dari tahun ke tahun, apalagi jika melihat kenyataan
peningkatan jumlah penduduk dunia, sehingga peluang pasar komoditi ini masih
sangat besar.
Tetapi
kondisi perekonomian seperti sekarang ini membuat pengembangan komoditi ini
terganggu bahkan menurun. Hal ini terjadi karena meningkatnya biaya produksi
akibat meningkatnya harga pupuk dan pestisida dan terjadinya over produksi yang
tidak diikuti dengan upaya untuk mempertahankan kondisi komoditi untuk sasaran
ekspor.
Dari
analisis budidaya tampak jelas keuntungan yang diraih sangat besar (1994), pada
kondisi sekarang terjadi penurunan keuntungan yang cukup besar (bandingkan data
tahun 1994 dengan perkiraan 1999). Kondisi ini membuat banyak petani
meninggalkan komoditi ini. Tetapi pada kondisi normal komoditi ini sangan
komersial.
III. 6. Standar Produksi
A. Ruang
Lingkup
Standar
ini meliputi syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara
pengemasan kol/kubis.
B.
Diskripsi
Standar
mutu kubis/kol tercantum pada Standar Nasional Indonesia SNI 01-317-19921.
C. Klasifikasi
dan Standar Mutu
- Jumlah daun pembungkus: mutu I=4 helai; mutu
II=4 helai.
- Keseragaman bentuk: mutu I=seragam; mutu
II=seragam.
- Keseragaman ukuran: mutu I=seragam; mutu
II=seragam.
- Kepadatan: mutu I=padat; mutu II=kurang padat
.
- Warna: mutu I=hijau ; mutu II=agak kuning.
- Kadar kotoran maksimum: mutu I=2,5 %; mutu
II=2,5 %.
- Kadar cacat maksimum: mutu I=5,0 %; mutu
II=10,0 %.
- Panjang batang kubis maksimum: mutu I=2,5 %;
mutu II=2,5 %.
D.
Pengambilan Contoh
Pengambilan
contoh satu partai/lot maksimumn 1000 kemasan. Contoh diambil secara acak dari
jumlah kemasan dalam 1 (satu) partai/lot seperti berikut ini.
- Untuk jumlah kemasan dalam partai 1 sampai
100, jumlah contoh 5.
- Untuk jumlah kemasan dalam partai 101 sampai
300, jumlah contoh 7.
- Untuk jumlah kemasan dalam partai 301 sampai
500, jumlah contoh 9.
- Untuk jumlah kemasan dalam partai 501 sampai
1000, jumlah contoh 10.
E.
Pengemasan
Kubis
disajikan dalam bentuk untuh dan segar dikemas dalam keranjang bambu yang
berpengyangga dengan berat netto 10 kg, 5 kg atau 20 kg, atau kotak karton
dengan berat netto 10-20 kg.
Pengemasan
produk biasanya dilakukan dengan polyetiline yang diberi lubang-lubang kecil.
Kemasan krop ini kemudian dimasukkan ke dalam doos karton atau keranjang
plastik.
BAB. IV
METODOLOGI KEGIATAN
IV. 1. Waktu dan Tempat
A. Waktu :
Waktu
pelaksanaan kegiatan fieldtrip ini selama 3 hari dari tanggal 30 Mei s/d 01
Juni 2014. Pengambilan data / wawancara terhadap responden ( petani )
dilaksanakan pada tanggal 31 Mei 2014, pukul 09.00 WITA.
B. Tempat
Tempat
pelaksanaan kegiatan fieldtrip ini di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kab.
Enrekang Prov. Sulawesi – selatan.
IV. 2. Alat dan Bahan
A. Alat :
- Pulpen :
untuk mencatat hasil wawancara
- Buku dan
Kuisioner : untuk mencatat hasil
wawancara
- Kamera : untuk dokumentasi
B. Bahan : -
IV. 3. Alur Kerja
Siapkan alat dan bahan
Berkenalan dengan responden ( petani
)
Berkunjung ke lahan petani
Mulai wawancara
Catat hasil wawancara
Dokumentasi setiap kegiatan
Buat laporan
kegiatan
BAB. V
HASIL DAN PEMBAHASAN
V. 1. Latar Belakang Petani
Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang terkenal dengan
bermacam – macam komoditas yang dibudidayakan, terutama tanaman hortikultura. Seperti Kol/Kubis, bawang
merah, bawang prei, sawi,
Wortel, Kentang, Kacang-kacangan,
dll. Tepatnya
hari sabtu, tanggal 31
Mei 2014 pukul. 09.00 pagi WITA, kami melakukan wawancara dengan salah satu petani yang
ada di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang yang bernama
Bapak Saktiar. Umur beliau + 47 tahun. Salah satu
petani yang menanam komoditas Kol.
Dari menanam
komoditas tersebut, hasil produksi kemudian
dijual sebagai mata pencaharian utama pak Saktiar. Selain menjadi
petani, bapak Saktiar juga seorang pedagang. Dulunya beliau berprofesi sebagai petani
kopi tetapi kebun kopi
yang dimilikinya sudah tidak produktif lagi dan terserang berbagai
hama/penyakit. Hal tersebut dikarenakan umur tanaman kopinya sudah tua tanpa
adanya peremajaan tanaman.
Akhirnya,
lahan yang tadinya ditanami tanaman kopi kemudian diganti menjadi tanaman
hortikultura salah satunya adalah tanaman kol. Bapak Saktiar baru 2 tahun
terakhir membudidayakan tanaman kol sehingga pengetahuan akan teknik budidaya
tanaman kol masih kurang, ditambah lagi beliau belum menjadi anggota kelompok
tani yang ada di Desanya.
Dalam melakukan aktivitas pertanian Bapak Saktiar mempunyai
kepercayaan atau adat istiadat yaitu didasarkan pada tanggal dan tahun
tertentu. Jika paada waktu tanggal muda menanam komoditas pertanian atau yang
dikenal dengan sebutan “ Bumi Ke atas” maka tanaman akan cepat tumbuh. Selain
itu, perkiraan cuaca juga menjadi kepercayaan dalam menentukan komoditas apa
yang akan ditanam. Masyarakat Desa
Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang mempunyai kebiasaan bergotong royong dan penuh
kebersamaan yang sifatnya berbagi pengalaman antara satu petani
dengan petani lainnya.
Petani di Desa tersebut umunya sangat sulit mendapatkan pinjaman modal dari
Bank sehingga masyarakat disana kesulitan setiap kali akan memulai usaha
taninya. Satu-satunya cara yang ditempuh masyarakat disana untuk mendapatkan
modal usaha yaitu melalui tengkulak.
V. 2. Sistem Budidaya Tanaman Kol
Petani Setempat
Sistem
budidaya yang dilakukan oleh bapak Saktiar adalah monokultur, yaitu menanam
satu jenis komoditi pada satu lahan tanpa ada jenis komoditi lain. Berbeda
dengan kebanyakan masyarakat disana yang sistem budidayanya tumpang sari,
dimana tanaman kol ditumpangsarikan dengan tanaman bawang.
Jenis
lahan yang digarap oleh bapak Saktiar adalah tegalan dengan luas lahan 1,00
hektar. Lahan tersebut terpetak - petak, 0,50 hektar sudah ditanami Kol, 0,20
hektar rencananya akan ditanami Cabe, 0,25 hektar rencananya akan ditanami
tomat dan sisanya rencananya akan ditanami daun bawang. Namun, tanaman yang ada
baru tanaman kol.
Cara
pengolahannya
sangat sederhana yaitu dengan
hanya menggunakan cangkul untuk olah tanah. Begitu juga dengan pemberian pupuk, pemberian pupuk
tanaman monokultur ini setiap 6
bulan sekali tiap panen
dan hanya menggunakan satu jenis pupuk setiap kali tanam. Jika kekurangan modal hanya menggunakan
pupuk Urea atau Za saja, namun jika modalnya cukup maka akan ditambahkan pupuk
majemuk berupa NPK Ponska seadaanya. Petani selain menggunakan pupuk juga menggunakan insektisida dan fungisida yang
diberikan minimal setiap 15 hari sekali.
Dalam budidaya tanaman dan pengolahan lahan tentunya
tidak lupa dengan penggunaan pupuk sebagai bahan yang dapat membantu penyuburan
tanah maupun tanaman. Dalam budidaya tanaman ini, petani menggunakan pupuk kandang yang berasal dari
kotoran ternak, baik berupa padatan (feces) yang bercampur sisa makanan,
ataupun air kencing (urine) dan pestisida kimia. Untuk pupuk kandang petani memanfaatkan kotoran ternak
sebagai pupuk organik. Kotoran
ternak tersebut tanpa diolah menjadi kompos namun langsung diaplikasikan
sebagai pupuk organik.
V. 3. Pemasaran Hasil oleh Petani
Tanaman Kol yang ditanam
oleh Bapak Saktiar ini memiliki
jangkauan pemasaran yang cukup luas, merambah hingga pulau Kalimantan. Namun, skala budidaya yang relatif
masih kecil membuat permintaan ke daerah lain tidak mapu dipenuhi.
Disamping itu, faktor penghambat lain pada saat
musim panen untuk jenis komoditi kol
ini, hasil panen Bapak Saktiar langsung
diminta oleh tengkulak
atau pedagang pengumpul sehingga dari aspek pemasarannya pun sempit
yaitu cukup pada tengkulak
atau pedagang pengumpul saja yang oleh pihak tengkulak atau pedagang pengumpul hasil panen
tersebut dipasarkan kepada pedagang
besar untuk dijual ke daerah lain yang harga jualnya ialah hampir 100 % mengambil
harga awal yang diberikan oleh Bapak Saktiar.
Hal ini terjadi
karena menurutnya, beliau belum
mampu memasarkan hasil panennya sendiri dikarenakan kurang keterampilan
pemasaran yang jauh dari jangkauannya. Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa pada saat musim panen beliau memang
benar-benar membutuhkan uang segera sehingga pemikiran untuk
memasarkan hasil panennya sendiri juga tampak dirasanya sangat sulit.
Beliau sangat
mengharapkan peran serta pemerintah agar memperhatikan usaha budidayanya,
karena potensi yang dimiliki Desa Tongko Kec. Baroko pada umunya sangat besar
untuk membudidaya tanaman hortikultura.
BAB. VI
PENUTUP
VI. 1. Kesimpulan
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa jenis tanaman yang dibudidayakan oleh Bapak Saktiar di Desa Tongko Kec. Baroko Kab.
Enrekang seluas 1,00
hektar. Lahan tersebut terpetak - petak, 0,50 hektar sudah ditanami Kol, 0,20
hektar rencananya akan ditanami Cabe, 0,25 hektar rencananya akan ditanami
tomat dan sisanya rencananya akan ditanami daun bawang. Namun, tanaman yang ada
baru tanaman kol.
. Dalam melakukan aktivitas pertanian Bapak
Mujiono mempunyai kepercayaan atau adat
istiadat yaitu didasarkan pada tanggal dan tahun tertentu. Jika pada waktu
tanggal muda menanam komoditas pertanian atau yang dikenal dengan sebutan “Bumi
Ke atas” maka tanaman akan cepat tumbuh. Selain itu, perkiraan cuaca juga ditentukan oleh hasil musyawarah
warga setempat dan menjadi kepercayaan dalam menentukan komoditas apa yang
akan ditanam.
Teknik
budidaya yang dilakukan bapak Saktiar tergolong masih jauh dari teknologi
pertanian yang sudah ada, hal tersebut terlihat dari penggunaan alat dalam
mengolah tanah yaitu masih menggunakan cangkul. Selain itu, pengetahuan tentang
sistem budidaya tanaman kol masih minim. Sistem yang diterapkan tidak sesuai
dengan sistem/cara-cara yang sudah ada yang lebih maju.
Pemasaran
hasil juga masih mejadi kendala terbesar dalam melakukan usaha budidaya tanaman
kol di Desa tersebut. Masyarakat di desa tersebut pada umumnya menjual hasil
produksinya kepada para tengkulak atau pedagang pengumpul sehingga harga yang
diterima sangat rendah.
Faktor
modal juga menjadi kendala terberat dalam melakukan usaha tani di desa
tersebut. Tidak adanya pihak apalis ataupun pihak perbankan yang mau
meminjamkan modal kepada petani sehingga para petani memijam modal kepada
tengkulak yang bunganya sangat tinggi.
VI. 2. Saran
Dari hasil kegiatan wawancara yang
dilakukan kepada salah satu petani Kol di desa tersebut yaitu bapak Saktiar,
maka diperoleh beberapa fakta terkait masalah – masalah yang dialami petani
selama melakukan usaha budidaya tanaman ko. Dari masalah tersebut kami mencoba
memberikan saran ataupun solusi, antara lain :
a. Pengetahuan akan teknik budidaya tanaman kol
masih kurang, sehingga diharapkan
agar mampu menambah pengetahuannya tentang teknik budidaya tanaman kol. Baik melalui pelatihan – pelatihan yang diselenggarkan pemerintah/swasta
maupun usaha sendiri untuk memperoleh
informasi yang lebih banyak tentang teknik budidaya tanaman kol.
b. Kekurangan modal setiap kali akan memulai
usaha tani. Hal tersebut dapat diantisipasi
lebih awal dengan cara menabung setiap kali panen sebelumnya. Pihak dari pemerintah juga diharapkan
berperan lebih banyak dalam
memecahkan permasalahan ini.
c. Pasar hasil usaha tani masih relatif lebih
pendek artinya jangkauannya masih
pendek. Masyarakat petani Kol di Desa tersebut hanya menjual hasil usaha taninya kepada para
tengkulak atau pedangang pengumpul dimana
harganya sangat rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya peran pemerintah dalam mengakses
pasar hortikultura yang lebih besar
sehingga harga ditingkat petani jauh lebih besar. Selain itu, peran masyarakat sendiri dalam mencari informasi
pasar yang lebih besar sehingga
dalam melakukan usaha tani tidak mengalami kerugian.
DAFTAR
PUSTAKA
- Anonymous. 2010. Data BPP Baroko Kecamatan
Baroko Kab. Enrekang. Enrekang.
- Anonymous. 1993. Sayur Komersial. Penebar
Swadaya. Jakarta.
- Arief, Arifin. 1990. Hortikultura. Andy
Offset. Yogyakarta.
- Cahyono, Bambang. 1995. Cara Meningkatkan
Budidaya Kubis. D), Pustaka Nusatama.
Yogyakarta.
- Pracaya. 1981. Kol Alis Kubis. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Search
Google :
- http://horti-fresh.blogspot.com/2013/11/laporan-field-trip-ke-balitsa.html.
diakses pada tanggal 03 Juni 2014 pukul. 22.30
WITA
- lugito-center.blogspot.com/.../agenda-kegiatan-field-trip-di-parung.html.
Di akses pada tanggal 03 Juni 2014 pukul.
23.00 WITA
DOKUMENTASI KEGIATAN
Foto
1. Persemaian benih tanaman kol bapak Saktiar di Desa Tongko Kec. Baroko Kab. Enrekang.
|
Foto
2. Persiapan lahan sebelum dilakukan penanaman di lahan milik bapak Saktiar
|
Foto
3. Kegiatan penanaman kol/kubis di Desa Tongko Kec. Baroko Kab. Enrekang
|
Foto
4. Proses wawancara terhadap salah seorang petani kol di Desa Tongko Kec. Baroko Kab.
Enrekang bernama bapak Saktiar
|
Foto
5. Keadaan pertanaman kol yang ditumpang sari dengan tanaman daun bawang di Desa Tongko Kec.
Baroko Kab. Enrekang
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar