DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………… iii
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………………. 1
I.
1. Latar Belakang ……………………………………………………………… 1
I.
2. Tujuan ………………………………………………………………………. 1
I.
3. Manfaat ………………………………………………………………….. 2
BAB II. PEMBAHASAN ………………………………………………………………… 3
II.1. Pengertian
Konflik Sosial ……………………………………………… 3
II.2. Faktor-Faktor Penyebab Konflik Sosial ……………………………….. 4
II.3. Bentuk-Bentuk Konflik ………………………………………………….. 5
II.4. Dampak Yang Muncul Akibat Konflik Sosial ………………………… 7
II.
5. Bentuk Pengendalian Konflik Sosial ………………………………….. 9
BAB III. PENUTUP …………………………………………………………………… 11
III.1. Kesimpulan ………………………………………………………………. 11
III.2.
Saran …………………….…………………………………………………. 11
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….. 12
BAB
I
PENDAHULUAN
I. 1.
Latar Belakang
Kita sebagai makhluk sosial yang melakukan interaksi dengan masyarakat
yang ada di sekitar kita pasti pernah mengalami suatu pertentangan atau
perbedaan dengan orang – orang yang ada di sekitar kita. Pertentangan ini yang
nantinya akan menjadi sebuah konflik yang jika dibiarkan akan menjadi suatu
masalah yang akan membesar. Dengan demikian,
konflik dapat diartikan sebagai suatu proses sosial antara satu orang
atau lebih yang mana salah seorang di antaranya berusaha menyingkirkan pihak
lain.
Seperti yang dikatakan salah satu teori dari Karl Marx yang melihat
masyarakat manusia sebagai sebuah proses perkembangan yang akan menyudahi
konflik melalui konflik. Kalau kita melihat dari teori tersebut, bisa kita
simpulkan bahwa sebagai masyarakat tidak bisa menghindari adanya konflik yang
pastinya akan terjadi di kehidupan kita. Contoh kecil dari konflik yaitu dari
lingkungan keluarga, terkadang kita mengalami perbedaan pendapat dengan salah
satu anggota keluarga, yang nantinya pasti akan menjadi sebuah konflik.
Ada empat bentuk konflik yaitu konflik tujuan, konflik peranan, konflik
nilai dan konflik kebijakan. Konflik juga tidak begitu saja muncul tapi konflik
mempunyai sumber – sumber yang menjadi patokan atau pemicu munculnya konflik
antar individu maupun antar kelompok sosial.
I. 2.
Tujuan
Makalah ini dibuat bertujuan untuk :
a.
Menjelaskan
pengertian konflik social.
b.
Mengidentifikasi
faktor-faktor penyebab konflik social.
c.
Menganalisis
dampak yang muncul karena konflik social
d.
Mengidentifikasikan
bentuk pengendalian sosial.
I. 3. Manfaat
Dengan makalah ini diharapkan
dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Makalah ini diharapkan
menjadi salah satu bahan informasi bagi masyarakat secara umum.
b. Dapat
memberikan informasi ilmiah
bagi masyarakat dan instansi
terkait tentang Konflik Sosial di Masyarakat.
BAB
II
PEMBAHASAN
II. 1. Pengertian Konflik Sosial
Konflik berasal dari kata kerja latin
configure, yang berarti saling memukul. Yang dimaksud dengan konflik sosial
adalah salah satu bentuk interaksi sosial antara satu pihak dengan pihak lain
di dalam masyarakat yang ditandai dengan adanya sikap saling mengancam,
menekan, hingga saling menghancurkan. Konflik sosial sesungguhnya merupakan
suatu proses bertemunya dua pihak atau lebih yang mempunnyai kepentingan yang
relative sama terhadap hal yang sifatnya terbatas. Dengan demikian, terjadilah
persaingan hingga menimbulkan suatu benturan-benturan fisik baik dalam skala
kecil maupun dalam skala besar.
Dalam
sudut pandang lain, Konflik dapat diartikan sebagai suatu kondisi di mana terjadi
ketidaksamaan persepsi, pandangan, perspektif antara satu pihak dengan lainnya
yang kemudian masing-masing pihak berusaha untuk membenarkan pendapatnya dengan
cara menyingkirkan pihak lawannya. Menurut Soejono Soekanto, untuk
menyingkirkan pihak lawan maka digunakanlah ancaman dan/ atau kekerasan.
Konflik
dapat terjadi karena masing-masing indivdu memiliki sifat dan karakter yang
berbeda. Ditambah lagi dengan tujuan dan kepentingan mereka yang tidak sama pula.
Ketidaksamaan antarindividu itulah yang kemudian membuatnya merasa terancam
dengan keberadaan individu lainnya. Individu-individu tersebut lalu berupaya
dengan menggunakan berbagai cara untuk menyingkirkan pihak yang menjadi
lawannya.
Konflik
lebih sering terjadi dalam hubungan sosial bukan personal/intim. Ini bisa
terjadi karena masing-masing pihak dalam hubungan personal menekankan
perasaan-perasaan yang bisa mempertajam perbedaan.
II. 2. Faktor-Faktor Penyebab
Konflik Sosial
a. Perbedaan
Antarindividu.
Contoh
konflik yang dapat terjadi ketika seorang anak ingin melanjutkan sekolahnya ke
sekolah musik, sementara orang tuanya menginginkan anaknya kuliah ekonomi. Hal
ini wajar terjadi karena adanya perbedaan antarindividu. Jika antarindividu
yang masih dalam satu keluarga saja terlibat konflik, apalagi antarindividu
dengan individu lainnya yang sama sekali tidak ada hubungan darah.
b. Perbedaan Kebudayaan
Perbedaan
kebudayaan dapat memicu terjadinya konflik. Contohnya perbedaan kebudayaan
antara orang Eropa yang datang ke benua Amerika dan orang Indian yang merupakan
penduduk asli menyebabkan konflik sampai menelan korban jiwa. Semakin lama
semakin banyak orang Eropa yang hijrah ke Amerika sehingga penduduk asli
Amerika kemudian ditempatkan dalam suatu perkampungan khusus. Akhirnya terjadi
dominasi orang Eropa kulit putih terhadap orang Indian.
c. Perbedaan Kepentingan.
Perbedaan
kepentingan antarindividu maupun kelompok juga dapat memicu konflik. Setiap
orang atau kelompok tentu memiliki kebutuhan maupun kepentingan. Sedangkan
orang lain atau kelompok lain pun memiliki kepentingan dan kebutuhan sendiri.
Perbedaan tersebut kemudian terbentuk dan menjadi konflik. Contohnya, pengusaha
memiliki kepentingan untuk memperolaeh laba usaha yang besar. Mereka lalu
melakukan upaya guna memperbesar laba seperti menekan biaya yang dipakai untuk
menggaji buruh. Sementara itu, para buruh memiliki kepentingan atau kebutuhan
untuk hidup sejahtera melalui gaji yang besar. Perbedaan kepentingan seperti
ini bisa mendatangkan konflik sosial di masyarakat.
d. Perubahan Sosial.
Perubahan
sosial di masyarakat mengakibatkan timbunya konflik. Contoh, berkembangnya
perkotaan menyebabkan lahan perumahan dan pertanian menjadi sempit. Hal ini
bisa mendatangkan konflik antaranggota keluarga akibat memperebutkan tanah
warisan. Contoh lain, perubahan pandangan terhadap nilai perkawinan bisa
mendatangkan konflik antar generasi muda dengan genersi tua.
II. 3. Bentuk - Bentuk Konflik
Dilihat dari faktor yang terlibat
di dalamnya :
a. Konflik Pribadi.
Konflik
pribadi terjadi antara satu individu dengan idividu lainnya. Hal-hal yang
menjadi penyebab konflik ini biasanya adalah hal-hal yang bersifat pribadi.
Kendati demikian, konflik pribadi pun bisa berujung rana hukum. Contohnya,
perebutan harta warisan antara kakak dan adik. Setelah merasa tidak dapat
menyelesaikan secara damai, keduanya sepakat untuk membawa masalah tersebut ke pengadilan
b. Konflik Antar Kelompok.
Konflik
antarkelompok terjadi antara kelompok satu dengan kelompok lainnya. Contohnya
yaitu tawuran antar pelajar. Kelompok pelajar A tidak terima dengan perlakuan
anggota kelompok pelajar B. Perbedaan pendapat itu kemudian menjadi konflik
yang diwarnai bentrokan fisik.
c. Konflik Antar Etnis.
Indonesia
yang memiliki macam-macam etnis tentunya memiliki adat istiadat dan budaya yang
berbeda. Terkadang, pandangan etnis tertentu terhadap suatu hal bertolak
belakang degan pendapat kelompok etnis lainnya. Kalau sudah begini, maka
konflik pun bisa terjadi. Beberapa waktu lalu di Indonesia terjadi konflik
antaretnis seperti yang terjadi di Kalimantan.
d. Konflik Antar Negara.
Konflik
antarnegara bisa terjadi apabila muncul dominasi suatu negara atas Negara
lainnya. Pada awal kemerdekaan Indonesia, terjadi konflik antar Indonesia
dengan Belanda. Penyababnya adalah Belanda masih menganggap Indonesia sebagai
wilayah jajahannya. Belanda masih ingin mendominasi Indonesia.
Dilihat dari faktor latar
belakang terjadinya :
a. Konflik Politik.
Banyak
sekali konflik berlatar belakang politik yang terjadi di Indonesia. Masalah
internal partai politik pun bisa meluas dan menjadi konflik politik berskala
nasional yang memakan banyak korban jiwa. Yang paling besar tentu saja konflik
yang terjadi pasca-pembrontakan G30S/PKI 1965. Konflik sosial tersebut
merupakan konflik yang paling traumatik karena memakan korban ratusan ribu atau
bahkan jutaan korban.
b. Konflik Ekonomi.
Naiknya
harga-harga, kurangnya lapangan pekerjaan, serta kesenjangan pendapat antara
orang kaya dengan orang miskin merupakan hal-hal yang menyebabkan terjadinya
konflik bernuansa ekonomi di dalam masyarakat.
c. Konflik Budaya.
Bebeberapa
waktu lalu terjadi perdebatan tentang batasan pornografi dalam Undang-Undang
Anti pornografi. Ini disebabkan oleh perbedaan kebudayaan dalam memandang suatu
hasil kesenian. Bisaanya perbedaan ini terjadi antara golongan tua dengan
golongan muda.
d. Konflik Agama.
Konflik
agama adalah konflik yang di latar belakangi oleh agama. Perbedaan tata cara
beribadat, pandangan, dan lainnya bisa menyebabkan konflik bahkan dalam
internal agama sekalipun. Konflik ini juga bisa dicampuri dengan masalah
etnisitas, sehingga terjadi kerusuhan seperti yang terjadi di Poso dan Ambon.
II. 4. Dampak yang Muncul Akibat
Konflik Sosial
a. Dampak
Negatif :
- Konflik
menimbulkan prasangka antar pihak yang berkonflik
- Mengakibatkan
kehilangan harta benda sampai dengan nyawa orang
- Renggangnya
hubungan yang semula berjalan lancar.
b. Dampak
Positif :
- Meningkatkan solidaritas kelompok (In Group
Solidarity)
Sebuah
kelompok memiliki pihak lain yang diidentifikasikan sebagai musuh bersama.
Dengan ini setiap anggota kelompok tersebut akan bekerja sama untuk
menyingkirkan pihak yang diidentifikasikan sebagai musuh bersama tadi.
Contohnya, pada tahun 1998 Orde Baru merupakan musuh bersama para mahasiswa
yang menginginkan adanya reformasi. Mereka bersatu dalam kelompok angkatan ’98
yang berusaha melengserkan Soeharto dari jabatan Presiden.
-
Menciptakan
Integrasi yang harmonis
Integrasi yang dimaksud adalah yang
terjadi setelah konflik berakhir. Contohnya seperti konflik di Aceh antara GAM
dengan Republik Indonesia. Pihak Gerakan Aceh Merdeka ingin memisahkan diri
dari Republik Indonesia. Konflik pun terjadi bertahun - tahun tanpa adanya
kesepakatan damai. Baru setelah Aceh dilanda tsunami, tercapai kesepakatan
damai antara RI dan GAM. Akhirnya GAM memutuskan untuk kembali menjadi bagian
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
-
Memperkuat
identitas pihak yang berkonflik
Dengan adanya konflik, pihak - pihak
yang terlibat semakin memahami identitasnya, baik sebagai individu maupun sebagai
anggota dari sebuah kelompok. Sebagai contoh, ketika terjadi perbedaan
pandangan perihal pelaksanaan proklamasi, mereka yang berusia muda
mengidentifikasikan diri sebagai kelompok muda yang menginginkan kemerdekaan diproklamasikan
secepatnya dan tanpa bantuan dari Jepang.
-
Menciptakan
kelompok baru
Ketika terjadi perang Dingin antara
Amerika Serikat dengan Uni Soviet berdiri sebuah kelompok yang bertekad tidak
mau terlibat dalam pertikaian dua Negara tersebut. Kelompok inilah yang menjadi
Gerakan Non-Blok. Dalam hal ini, konflik yang terjadi malah mengakibatkan
munculnya kelompok baru.
-
Membawa
Wawasan
Konflik juga bisa membawa wawasan
kedua belah pihak yang bertikai. Contohnya pemboman Hiroshima dan Nagasaki
telah membuka mata pihak yang bertikai bahkan dunia internasional akan bahaya
bom atom.
II.
5. Bentuk Pengendalian Konflik Sosial
a. Dilihat
dari keberadaan pihak ketiga sebagai penengah :
1. Konsiliasi
Di dalam bentuk pengendalian ini, konflik
dikendalikan melalui sebuah lembaga. Tidak sembarang lembaga dapat berperan
dalam konsiliasi. Lembaga yang dimaksud haruslah memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
-
Diakui
oleh kedua belah pihak
-
Keputusannya
bersifat mengikat dan memaksa bagi pihak-pihak yang berkonflik.
-
Bersih
dan berwibawa
Jadi, kedua belah phak yang
berkonflik merasa berkewajiban untuk menaati apa yang telah diputuskan oleh
lembaga tersebut.
2. Mediasi
Serupa
dengan Konsiliasi, mediasi pun menunjuk pihak ketiga sebagai penengah. Hanya
saja yang membedakan adalah dalam mediasi ini pihak yang berkonflik tidak harus
melaksanakan apa yang dikatakan oleh sang mediator. Jadi, dalam hal ini
mediator hanya memberikan saran, pendapat, dan pandangan mengenai bagaimana
konflik dapat diselesaikan.
3. Arbitrasi
Dalam
pengendalian arbitrasi dapat dicontohkan seperti di dalam setiap pertandingan
sepak bola, selalu ada seorang wasit yang keputusannya harus dipatuhi oleh
seluruh pemain dari kedua tim yang bermain. Begitu pula dalam pengendalian
konflik dengan cara arbitrasi. Ada pihak ketiga yang bertindak sebagai wasit.
Setiap keputusannya harus ditaati oleh pihak yang berkonflik.
b. Dilihat dari yang berinisiatif
menyelenggarakan upaya pengendalian konflik :
1. Paksaan.
Cara
paksaan maksudnya pihak yang kuat memaksa pihak yang lemah untuk mengakhiri
konflik. Dalam hal ini, pihak yang memaksa mengakhiri konflik akan menjadi
pihak pemenang. Pihak yang dipaksa untuk mengakhiri konflik akan dianggap
sebagai pihak yang kalah. Ini terjadi pada perjanjian Jepang dengan pihak
sekutu setelah Jepang kalah dalam Perang Dua. Kedua. Jepang menyetujui untuk tidak
memiliki Angkatan Perang padahal ini sangat merugikan bagi Jepang.
2. Sukarela.
Sebuah
konflik yang berkepanjangan pastilah membawa dampak yang negatif. Kedua belah
pihak yang berkonflik terkadang merasa jenuh dan ingin segera mengakhiri
konflik. Mereka kemudian sepakat untuk mengadakan pertemuan untuk bernegosiasi
membicarakan upaya menyelesaikan konflik. Hasil negosiasi tersebutlah yag
ditaati oleh kedua belah pihak sehingga terjadi perdamaian.
BAB III
PENUTUP
III.
1. Kesimpulan
a. Realisasi Antara Konflik Sosial Secara Teoritis Dengan
Fakta di Masyarakat
Semua
lapisan masyarakat di dunia pernah mengalami konflik. Secara teortis konflik
sosial sebenarnya membawa manfaat yang baik bagi masyarakat hanya saja cara dan
jalannya kebanyakan mengarah ke dampak negatif. Sehingga di masyarakat banyak
terjadi kerusuhan di mana-mana. Konflik sosial juga membawa dampak positif
walaupun pada kenyataannya yang terjadi dimasyarakat kebanyakan dampak negatif.
b. Manfaat
Mempelajari Konflik Sosial Masyarakat
Manfaat
kita mempelajari konflik sosial yaitu kita dapat mengetahui pengertian,
faktor-faktor penyebab, dampak yang muncul dan caranya mengendalikan konflik
sosial tersebut. Dalam mempelajari konflik sosial kita juga dapat mengetahui
kalau kita harus saling menghargai sesama dan tidak egois kepada orang lain
sehingga konflik sosial bisa diminimalisir.
III. 2. Saran
Sebaiknya kita sebagai bangsa dan negara yang
beragama dan juga bernegara hukum, seharusnya kita berusaha menghindari adanya
konflik sosial di antara masyarakat, agar Negara kita ini bisa menjadi
Negara yang penuh dengan kedamaian, kerukunan dan bebas dari segala jenis konflik
dan pertentangan.
DAFTAR
PUSTAKA
-
http://blog.komputerbutut.com/campuran/menyelesaikan-permasalahan-konflik-sosial.php
Tidak ada komentar:
Posting Komentar