DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………................. ii
DAFTAR ISI ………..................………………………………………………. iii
BAB. I.
PENDAHULUAN ………….................………………………………… 1
I. 1. Latar
Belakang ..........................………………………………….. 1
I. 2. Rumusan
Masalah ....................………………………………….. 1
I. 3. Tujuan ...............…...................……………………………………… 2
I. 4. Manfaat .............................................................................. 2
BAB. II. PEMBAHASAN …........................…………………………………….. 3
II. 1. Sistematika
dan Morfologi Tanaman Markisa ............................... 3
II. 2. Komoditas
Tanaman Markisa di Indonesia .................................... 4
II. 3. Peluang
Pasar ...............................................................………. 5
II. 4. Situasi
Persaingan ........................................................................... 9
BAB. III. PENUTUP ......................……………………………………………… 10
III.
1. Kesimpulan ................……………………………………………. 10
III.
2. Saran ...................……………………………………………….. 11
BAB.
I
PENDAHULUAN
I.
1. Latar belakang
Markisa merupakan tanaman khas Sulawesi Selatan yang
telah popular hingga kemancanegara. Buahnya mengandung berbagai zat gizi yang diperlukan
untuk kesehatan. Di Sulawesi Selatan terdapat 25.399 ha lahan yang potensial
untuk pengembangan markisa, namun baru 4.411 ha yang ditanami dengan produksi
34.226 ton. Upaya untuk meningkatkan produktifitas markisa terus dilakukan
untuk menyediakan bahan baku bagi industri pengolahan markisa yang terus
meningkat setiap tahun.
Saat ini, agribisnis markisa memang sedang
tumbuh. Tren gaya hidup sehat dengan mengkonsumsi sari buah alami berpengaruh
langsung terhadap permintaan buah markisa. Selain memang sudah terbukti
berkhasiat banyak, rasa khasnya yang enak serta harganya yang cukup terjangkau
membuat buah markisa semakin diminati, tidak heran jika nilai jualnya pun jadi
naik.
Selain itu, teknik budidaya tanaman markisa
yang cukup terjangkau dan tergolong
tidak rumit serta tidak membutuhkan lahan yang luas. Maka dari itu, tidak ada
salahnya kita mencoba untuk mengembangkan tanaman markisa. Berikut ini ulasan
tentang prospek agribisnis budidaya tanaman markisa.
I. 2. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas,
yang menjadi
permasalahan dalam makalah ini
yaitu:
- Bagaimana Sistematika dan
Morfologi Tanaman Markisa
- Bagaimana Komoditas Markisa di
Indonesia ?
- Bagaimana peluang pasar buah
markisa ?
- Bagaimana situasi persaingan pasar
buah markisa ?
I. 3. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dalam makalah ini yaitu :
- Untuk mengetahui Sistematika dan
Morfologi Tanaman Markisa
- Untuk mengetahui Komoditas Markisa
di Indonesia
- Untuk mengetahui peluang pasar
buah markisa
- Untuk mengetahui situasi
persaingan pasar buah markisa
I. 4. Manfaat
Dengan makalah ini diharapkan
dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Makalah ini diharapkan
menjadi salah satu bahan informasi bagi masyarakat secara umum.
2. Dapat memberikan informasi ilmiah
bagi petani dan instansi terkait tentang potensi/prospek
agribisnis buah markisa.
BAB.
II
PEMBAHASAN
II.
1. Sistematika dan Morfologi Tanaman Markisa
Markisa
termasuk tanaman semak hidupnya menjalar panjang kurang lebih 10 m. Tanaman markisa
umumnya mempunyai batang kecil, langsing, dan panjang sekali, bentuk persegi, semu,
lunak, halus, warna hijau kecoklatan. Batangnya merambat dengan bantuan sulur
berbentuk pilin (spiral).
Daun tunggal,
lonjong, tersebar, panjang 7-20cm, lebar 5-15cm, tepi rata, ujung runcing,
pangkal membulat, pertulangan menyirip, permukaan licin, tangkal persegi,
panjang 2-6cm, dan berwarna hijau.
Bunga tunggal,
bulat berbentuk mangkok, berkelamin dua(hermafrodit) dan menempel di
ketiak daun, tangkal bergerigi, panjang 3-4cm hijau, mahkota berbentuk
lonjong, permukaannya beralur, warna ungu, benang sari bertangkai, bentuk
tabung, panjang + 6 cm warna ungu, kepala sari silindris, panjang +
6 cm warna putih, putiknya pendek warna kuning dengan kelopak bunga
berbntuk lonjong warna hijau, beraroma khas harum. Semua jenis markisa
(Passiflora) termasuk penyerbuk silang dengan bantuan lebah madu, penyerbukan
sendiri masih dapat berlangsung baik. Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal,
biasanya penyerbukan dilakukan oleh manusia seperti halnya penyerbukan
pada tanaman panili.
Bakal buah
bentuknya sangat unik setelah beberapa minggu berubah seperti bakal buah pada
umumnya, warna hijau ke putih putihan pada saat masih muda dan buah yang sudah
masak/ranum berwarna kekuningan dan beraroma khas harum buah markisa.
Kandungan buah,
biji dan daun pada tanaman ini mengandung substansi yang tidak
stabil, yaitu asam hidrosianat dan laktone. Sementara buah yang masak
mengandung Ca, P, Fe.
II. 2. Komoditas Markisa di Indonesia
Tanaman markisa
bukan tanaman asli Indonesia, tetapi berasal dari Amerika Selatan. Untuk
pertumbuhan yang optimum, tanaman markisa harus ditanam di daerah-daerah
dataran tinggi dengan ketinggian minimum 800 m dpl. Dengan persyaratan
lingkungan tersebut, tidak banyak di daerah Indonesia yang membudidayakan
markisa secara komersial. Beberapa daerah yang membudidayakan tanaman markisa
secara komersial adalah di Propinsi Sulawesi Selatan (Gowa, Sinjai, Tana Toraja
dan Polewali Mamasa), Sumatera Utara (Kabupaten Karo), Sumatera Barat (Solok)
dan Lampung. Selain itu ada juga beberapa daerah yang menghasilkan markisa,
walaupun tidak banyak.
Pada tabel
dibawah ini dapat dilihat perkembangan produksi dan luas areal pertanaman
markisa di Indonesia.
Provinsi
|
Luas Areal (Ha)
|
Produksi (Ton)
|
||||||
1994
|
1995
|
1996
|
1997
|
1994
|
1995
|
1996
|
1997
|
|
Sulawesi
Selatan
|
1.272
|
1.405
|
3.738
|
3.489
|
30.332
|
38.824
|
42.391
|
9.600
|
Sumatera
Barat
|
1.251
|
1.342
|
1.700
|
2.710
|
3.272
|
5.961
|
6.046
|
12.710
|
Sumatera
Utara
|
1.117
|
1.469
|
1.422
|
N.A.
|
7.662
|
15.730
|
16.533
|
N.A.
|
Sumber
: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Tingkat I, Propinsi Sulawesi Selatan, Propinsi Sumatera Barat dan Propinsi
Sumatera Utara.
Sebagian besar tanaman markisa di
Indonesia adalah dari varietas markisa ungu (edulis). Varietas ini sangat
rentan terhadap nematoda, perakarannya dangkal dan musim buahnya pada
bulan-bulan tertentu. Kondisi tersebut merupakan salah satu penyebab rendahnya
produktivitas markisa.
Musim panen
buah markisa pada umumnya dari bulan November sampai dengan bulan April tahun
berikutnya dengan puncaknya pada bulan Desember- Januari, kemudian sesudah
bulan April, praktis tidak ada buah. Namun demikian di Sulawesi Selatan telah
dikembangkan sambung batang antara tanaman markisa varietas edulis sebagai
batang atas dan varietas flavicarpa sebagai batang bawah. Keunggulan dari
sistem penyambungan tersebut adalah bahwa varietas flavicarpa mempunyai
perakaran dalam, batang lebih besar dan tahan terhadap nematoda. Dengan kondisi
tersebut, tanaman markisa dapat berbuah sepanjang tahun, sehingga
produktivitasnya meningkat 20 – 30 ton buah/ha per tahun, sementara itu, jika
hanya dari varietas edulis saja, maka produktivitas hanya 5 – 10 ton buah/ha
per tahun. Dengan teknik penyambungan tersebut diharapkan produksi markisa di Indonesia
akan meningkat dan tersedia sepanjang tahun.
II. 3. Peluang Pasar
Sari buah
markisa termasuk salah satu sari buah tropis yang semakin meningkat
popularitasnya di negara-negara barat karena rasa dan aromanya yang khas. Pada
umumnya sari buah markisa digunakan sebagai bahan campuran dengan sari buah
lainnya. Hanya dikonsumsi buah segar langsung yang masih belum banyak dikenal
oleh konsumen di negara-negara tersebut.
Negara produsen
markisa adalah negara-negara di Amerika Selatan seperti Kolombia, Ekuador,
Brazil, Argentina dan Peru, kemudian ada juga beberapa negara dari benua Afrika
seperti Kenya, Zimbabwe, Burundi dan Afrika Selatan. Sedangkan dari benua Asia
dan Australia, produsen markisa adalah Australia, New Zealand, India,
Indonesia, Malaysia, Thailand dan Philipina. Pemasaran utama dari produk ini
adalah ke Amerika Utara (Amerika Serikat dan Kanada), Eropa (Belanda, Jerman
dan Inggris), Amerika Selatan (Brasil, Chile dan Argentina), Australia dan
beberapa negara Asia (Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Bahrain dan Kuwait).
Pemasaran
markisa pada umumnya dalam bentuk sari buah, baik dalam bentuk single strengh
maupun frozen concentrate, selain itu sejak tahun 1994 dari Sulawesi Selatan
telah diekspor ke Australia dalam bentuk pulp. Sedangkan untuk Sumatera
Selatan, ekspor ke Malaysia dan Singapura dalam bentuk juice. Pemasaran buah
markisa segar belum banyak berkembang karena kondisi kulit buah markisa yang
mudah mengeriput sehingga penampakkannya kurang menarik.
Pasar sari buah
markisa cenderung tidak stabil. Jika pada tahun 1991 harganya mencapai US$
6.000 per ton, maka pada tahun 1992, harga tersebut turun mencapai US$ 2.000
per ton. Hal ini disebabkan karena adanya kelebihan produksi di pasaran. Sejak
itu banyak produsen yang meninggalkan usahanya, sehingga pada tahun 1994, harga
pasaran sari buah meningkat kembali akibat berkurangnya produksi sampai US$
6.000 dan bahkan pada bulan Juli 1995, harga sari buah markisa dari Ekuador
yang dijual di Brasil mencapai US$ 10.500 per ton. Namu demikian, pada tahun-tahun
berikutnya harga sari buah markisa cenderung turun pada tahun 1996, harganya
berkisar antara US$ 4.000 – US$ 5.000 per ton. Dari salah satu eksportir di
Ujung Pandang didapatkan keterangan bahwa harga FOB pulp markisa yang diekspor
ke Australia untuk pengiriman bulan Pebruari 1999 mencapai US$ 1.250 per ton
atau equivalent dengan US$ 5.000 per ton dalam bentuk concentrated juice.
Negara-negara
pengimpor buah dan sari buah antara lain adalah Amerika Serikat, Belanda,
Jerman, Perancis, Inggeris, Brasil, Chilli, Argentina, Jepang, Taiwan, Korea
Selatan, Australia, Arab Saudi, Kuwait dan Bahrain.
Permintaan sari
buah markisa untuk concentrated juice di Amerika Serikat dan Puerto Rico
diperkirakan 1.000 ton per tahun. Untuk negara-negara Eropa permintaan buah
markisa diperkirakan 100 – 150 ton per tahun dan permintaan tersebut cenderung
meningkat pada bulan Desember sedangkan permintaan sari buah markisa belum ada
data. Negara pengekspor sari buah markisa terbesar di Eropa adalah Belanda dan
Jerman. Pasar markisa di negara-negara Asia belum berkembang, namun demikian
untuk Jepang, Taiwan dan Korea Selatan, pasar produk ini mulai berkembang. Arab
Saudi, Kuwait dan Bahrain mengimpor buah markisa dari Kenya dan Australia,
namun data tentang volume impornya tidak tersedia. Harga buah markisa di
Bahrain berkisar antara 2,00 – 2,50 dinar per kg, sedangkan di Arab Saudi
harganya berkisar antara 20,00 – 30,00 riyal per kg. Di Amerika Selatan,
Brasil, Chille dan Argentina merupakan pasar sari buah markisa yang sedang
berkembang. Brasil dari negara pengekspor markisa telah menjadi negara
pengimpor sari buah markisa dengan kebutuhan antara 500 – 1.000 ton per tahun,
dan saat ini Brasil merupakan negara konsumen buah dan sari buah markisa
terbesar di dunia.
Berikut tabel
daftar perkembangan ekspor sari buah (Juice) markisa dari Propinsi Sulawesi
Selatan
Tahun
|
Volume (Ton)
|
Nilai (US$ FOB)
|
1994
|
144.283
|
100.762,90
|
1995
|
198.195
|
186.253,87
|
1996
|
162.915
|
174.198,23
|
1997
|
161.810
|
147.482,29
|
1998
|
139.725
|
115.890,29
|
Sumber : Kanwil Deperindang Sulsel,
1999
Di Indonesia
markisa lebih banyak di konsumsi sebagai sari buah dari pada dimakan dalam
bentuk buah segar. Permintaan konsumen dalam negeri cenderung meningkat setiap
tahunnya, walaupun dalam hal ini belum ada data yang menunjang. Permintaan
ekspor sari buah atau pulp dari luar negeri, khususnya Australia, belum banyak
terpenuhi. Hal ini disebabkan antara lain oleh semakin meningkatnya permintaan
konsumen dalam negeri, adanya bulan-bulan tertentu dimana tidak ada produksi
buah, tanaman markisa hanya dapat ditanam di daerah -daerah tertentu yang
mempunyai ketinggian di atas 800 m dpl dan akibat semakin banyaknya tanaman
yang sudah tua belum diremajakan serta adanya penggantian tanaman markisa
dengan tanaman lain, misalnya diganti dengan tanaman sayuran atau tanaman
jeruk, seperti yang dilakukan di Sumatera Utara.
Dengan kondisi
tersebut, ekspor sari buah markisa khususnya dari Sulawesi Selatan cenderung
berkurang setiap tahunnya. Hal ini seperti yang terlihat pada tabel di atas.
Kondisi tersebut tentunya merupakan peluang yang baik untuk mengembangkan
perkebunan markisa di daerah-daerah sentra produksi seperti di Sulawesi Selatan
(Malino dan Tana Toraja ), Sumatera Utara (Kabupaten Karo), Sumatera Barat
(Solok), Jawa Barat (Cibodas), Bali dan Lampung.
II. 4. Situasi Persaingan
Negara-negara
penghasil utama markisa adalah Brasil, Kolombia, Ekuador, Peru, Australia, New
Zealand, Kenya dan India. Sedangkan Amerika Serikat, Zimbabwe, Afrika Selatan,
Burundi, Malaysia, Thailand dan Filipina juga menghasil markisa.
Brasil,
Kolumbia, Ekuador dan Peru pada umumnya menghasilkan sari buah markisa dari
varietas flavicarpa. Pasar dunia sari buah markisa sebagian besar dikuasai oleh
negara-negara tersebut. Produksi sari buah yang dihasilkan oleh negara-negara
tersebut diperkirakan sekitar 12,000 ton per tahun. Di Brasil luas tanaman
markisa diperkirakan mencapai 40,000 ha dengan produksi 450,000 ton buah
markisa.
Di Afrika
produksi markisa selain di ekspor juga dikonsumsi lokal. Produsen terbesar buah
markisa adalah Kenya yang pada tahun 1994 telah mengekspor 948 ton buah markisa
ke Eropa dan Asia. Lebih dari 95% buah markisa Kenya di ekspor ke Eropa.
Negara-negara pengekspornya adalah Belanda, Inggris, Belanda dan Perancis. Di Kenya,
produksi buah markisa berlangsung sepanjang tahun, tetapi produksi terendah
terjadi pada bulan Juni dan Juli.
Di Negara-negara
Asia, selain Indonesia, Malaysia, Thailand dan Filipina juga membudidayakan
markisa tetapi di negara-negara tersebut, seperti juga di Indonesia pemasaran
markisa lebih banyak untuk konsumen dalam negeri. Di New Zealand, panen buah
markisa terjadi pada bulan Februari sampai dengan Juli dengan puncaknya pada
bulan Maret-April. Sekitar 23 – 30% produksinya dalam bentuk buah segar diekspor
khususnya ke Amerika Selatan sekitar 80% dan Kanada 15% sedangkan sisanya
diekspor ke negara-negara di Pasifik dan Australia.
BAB. III
PENUTUP
III.
1. Kesimpulan
Tanaman markisa
bukan tanaman asli Indonesia, tetapi berasal dari Amerika Selatan. Untuk
pertumbuhan yang optimum, tanaman markisa harus ditanam di daerah-daerah
dataran tinggi dengan ketinggian minimum 800 mdpl.
Beberapa daerah
di Indonesia yang membudidayakan tanaman markisa secara komersial adalah di
Propinsi Sulawesi Selatan (Gowa, Sinjai, Tana Toraja dan Polewali Mamasa),
Sumatera Utara (Kabupaten Karo), Sumatera Barat (Solok) dan Lampung. Selain itu
ada juga beberapa daerah yang menghasilkan markisa, walaupun tidak banyak
Negara produsen
markisa adalah negara-negara di Amerika Selatan seperti Kolombia, Ekuador,
Brazil, Argentina dan Peru, kemudian ada juga beberapa negara dari benua Afrika
seperti Kenya, Zimbabwe, Burundi dan Afrika Selatan. Sedangkan dari benua Asia
dan Australia, produsen markisa adalah Australia, New Zealand, India,
Indonesia, Malaysia, Thailand dan Philipina.
Permintaan sari
buah markisa untuk concentrated juice di Amerika Serikat dan Puerto Rico
diperkirakan 1.000 ton per tahun. Untuk negara-negara Eropa permintaan buah
markisa diperkirakan 100 – 150 ton per tahun dan permintaan tersebut cenderung
meningkat pada bulan Desember
Besarnya
peluang pasar buah markisa baik yang berbentuk buah segar maupun bentuk sari
buah membuat peluang usaha budidaya tanaman markisa sangat besar. Produksi
dalam negeri saat ini hanya mampu memenuhi sebagian kecil kebutuhan dalam
negeri saja.
III.
2. Saran
Penyusun berharap kepada
pembaca untuk menyimak, mempelajari dan menggunakan makalah ” Prospek
Pengembangan Tanaman Markisa “ sebagai
motivasi dan menjadi referensi kepada pembaca dalam melakukan kegiatan usaha
disektor pertanian. Akhirnya penyusun sadari sepenuhnya bahwa makalah yang
kami susun jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar