BUDIDAYA
TANAMAN PADI
I.
1. Morfologi dan Keragaman Tanaman Padi
Padi (bahasa latin:
Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman
budidaya terpenting dalam peradaban.
Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan
untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama yang biasa
disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari India atau Indocina
dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia
sekitar 1500 SM.
Produksi padi
dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia,
setelah jagung
dan gandum.
Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk
dunia. Hasil dari pengolahan padi dinamakan
beras.
A.
Ciri-ciri tanaman padi
Padi termasuk
dalam suku padi-padian atau poaceae.
Terna semusim, berakar serabut, batang sangat pendek,struktur serupa batang
terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang daun sempurna dengan
pelepah tegak,daun berbentuk lanset,warna hijau muda hingga hijau tua, berurat
daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang, bagian bunga
tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret yang terletak pada satu
spikelet yang duduk pada panikula, tipe buah bulir atau kariopsis yang tidak
dapat dibedakan mana buah dan bijinya, bentuk hampir bulat hingga
lonjong,ukuran 3mm hingga 15mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa
sehari-hari disebut sekam, struktur dominan padi yang biasa dikonsumsi yaitu
jenis enduspermium.
B.
Reproduksi
Setiap bunga
padi memiliki enam kepala sari (anther) dan kepala putik (stigma) bercabang dua
berbentuk sikat botol. Kedua organ seksual ini umumnya siap bereproduksi dalam
waktu yang bersamaan, kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemma
jika telah masak. Dari segi reproduksi, padi merupakan tanaman yang melakukan
penyerbukan sendiri,karena 95% atau
lebih serbuk sari membuahi sel telur tanaman yang sama. Setelah pembuahan
terjadi, zigot dan inti polar yang telah dibuahi segera membelah diri. Zigot
berkembang membentuk embrio dan inti polar menjadi endosperm. Pada akhir
perkembangan,sebagian besar bulir padi mengadung pati dibagian endosperm. Bagi
tanaman muda,pati dimanfaatkan sebagai sumber gizi.
C.
Genetika dan Pemuliaan
Satu set genom padi terdiri atas 12 kromosom.
Karena padi adalah tanaman diploid,
maka setiap sel
padi memiliki 12 pasang kromosom (kecuali sel seksual).
Padi merupakan organisme model dalam kajian genetika tumbuhan karena dua alasan:
kepentingannya bagi umat manusia dan ukuran kromosom yang relatif kecil, yaitu
1.6~2.3 × 108 pasangan basa (base pairs, bp)[2]. Sebagai tanaman
model, genom padi telah disekuensing,
seperti juga genom manusia.
Perbaikan
genetik padi telah berlangsung sejak manusia membudidayakan padi. Dari hasil
tindakan ini orang mengenal berbagai macam ras lokal,
seperti 'Rajalele' dari Klaten
atau 'Pandanwangi' dari Cianjur
di Indonesia atau 'Basmati Rice' dari India utara. Orang juga berhasil
mengembangkan padi lahan kering (padi gogo) yang tidak memerlukan
penggenangan atau padi rawa yang mampu beradaptasi terhadap kedalaman
air rawa yang berubah-ubah. Di negara lain dikembangkan pula berbagai tipe
padi.
Pemuliaan padi secara sistematis baru
dilakukan sejak didirikannya IRRI
di Filipina
sebagai bagian dari gerakan modernisasi pertanian dunia yang dijuluki sebagai Revolusi Hijau.
Sejak saat itu muncullah berbagai kultivar padi dengan daya hasil tinggi untuk
memenuhi kebutuhan pangan dunia. Dua kultivar padi modern pertama adalah 'IR5'
dan 'IR8' (di Indonesia diadaptasi menjadi 'PB5' dan 'PB8'). Walaupun hasilnya
tinggi tetapi banyak petani menolak karena rasanya tidak enak (pera). Selain
itu, terjadi wabah hama
wereng coklat pada tahun 1970-an.
Ribuan
persilangan kemudian dirancang untuk menghasilkan kultivar dengan potensi hasil
tinggi dan tahan terhadap berbagai hama dan penyakit
padi. Pada tahun 1984 pemerintah Indonesia pernah meraih penghargaan dari PBB (FAO) karena berhasil meningkatkan
produksi padi hingga dalam waktu 20 tahun dapat berubah dari pengimpor padi
terbesar dunia menjadi negara swasembada beras. Prestasi ini tidak dapat
dilanjutkan dan baru kembali pulih sejak tahun 2007.
Hadirnya bioteknologi
dan rekayasa genetika pada tahun 1980-an memungkinkan
perbaikan kualitas nasi. Sejumlah tim peneliti di Swiss mengembangkan padi
transgenik yang mampu memproduksi toksin bagi hama pemakan bulir padi dengan
harapan menurunkan penggunaan pestisida. IRRI, bekerja sama dengan beberapa
lembaga lain, merakit "Padi emas"
(Golden Rice) yang dapat menghasilkan provitamin A
pada berasnya, yang diarahkan bagi pengentasan defisiensi vitamin A di berbagai negara berkembang. Suatu tim peneliti dari Jepang juga mengembangkan padi yang menghasilkan
toksin bagi bakteri
kolera[3].
Diharapkan beras yang dihasilkan padi ini dapat menjadi alternatif imunisasi
kolera, terutama di negara-negara berkembang.
Sejak tahun
1970-an telah diusahakan pengembangan padi hibrida,
yang memiliki potensi hasil lebih tinggi. Karena biaya pembuatannya tinggi,
kultivar jenis ini dijual dengan harga lebih mahal daripada kultivar padi yang
dirakit dengan metode lain.
Selain
perbaikan potensi hasil, sasaran pemuliaan padi mencakup pula tanaman yang
lebih tahan terhadap berbagai organisme pengganggu
tanaman (OPT) dan
tekanan (stres) abiotik (seperti kekeringan, salinitas, dan tanah masam).
Pemuliaan yang diarahkan pada peningkatan kualitas nasi juga dilakukan,
misalnya dengan perancangan kultivar mengandung karoten (provitamin A).
D.
Keanekaragaman Genetik
Hingga sekarang
ada dua spesies
padi yang dibudidayakan manusia secara massal: Oryza sativa yang berasal
dari Asia
dan O. glaberrima yang berasal dari Afrika Barat.
Pada awal
mulanya O. sativa dianggap terdiri dari dua subspesies,
indica dan japonica (sinonim sinica). Padi japonica
umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah, lemmanya memiliki
"ekor" atau "bulu" (Ing.
awn), bijinya cenderung membulat, dan nasinya lengket. Padi indica,
sebaliknya, berumur lebih pendek, postur lebih kecil, lemmanya tidak ber-"bulu"
atau hanya pendek saja dan bulir cenderung oval sampai lonjong. Walaupun kedua
anggota subspesies ini dapat saling membuahi, persentase keberhasilannya tidak
tinggi. Contoh terkenal dari hasil persilangan ini adalah kultivar
'IR8', yang merupakan hasil seleksi dari persilangan japonica (kultivar
'Deegeowoogen' dari Formosa)
dengan indica (kultivar 'Peta' dari Indonesia).
Selain kedua varietas ini, dikenal varietas minor javanica yang memiliki
sifat antara dari kedua tipe utama di atas. Varietas javanica hanya
ditemukan di Pulau Jawa.
Kajian dengan
bantuan teknik biologi molekular sekarang menunjukkan bahwa selain
dua subspesies O. sativa yang utama, indica dan japonica,
terdapat pula subspesies minor tetapi bersifat adaptif tempatan, seperti aus
(padi gogo dari Bangladesh), royada (padi pasang-surut/rawa dari Bangladesh),
ashina (padi pasang-surut dari India), dan aromatic (padi wangi
dari Asia Selatan dan Iran,
termasuk padi basmati yang terkenal). Pengelompokan ini dilakukan menggunakan penanda
RFLP
dibantu dengan isozim.
Kajian menggunakan penanda genetik SSR terhadap genom inti sel
dan dua lokus
pada genom kloroplas menunjukkan bahwa pembedaan indica
dan japonica adalah mantap, tetapi japonica ternyata terbagi
menjadi tiga kelompok khas: temperate japonica ("japonica
daerah sejuk" dari Cina, Korea, dan Jepang), tropical japonica ("japonica
daerah tropika" dari Nusantara),
dan aromatic.
Berdasarkan
bukti-bukti evolusi molekular diperkirakan kelompok besar indica dan japonica
terpisah sejak 440.000 tahun yang lalu dari suatu populasi spesies moyang O.
rufipogon. Domestikasi
padi terjadi dititik tempat yang berbeda terhadap dua kelompok yang sudah
terpisah ini. Berdasarkan bukti arkeologi padi mulai dibudidayakan (didomestikasi)
10.000 hingga 5.000 tahun sebelum masehi.
E. Keanekaragaman
Budidaya
a. Padi gogo
Di
beberapa daerah tadah hujan orang mengembangkan padi gogo. Suatu tipe padi
lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah. Di Lombok dikembangkan sistem padi
gogo rancah yang memberikan penggenangan dalam selang waktu tertentu sehingga
hasil padi meningkat. Biasanya di daerah yang hanya bisa bercocok tanam padi gogo
menggunakan model Tumpang Sari. Sistem Tumpang sari yaitu dalam sekali tanam
tidak hanya menanam padi akan tetapi juga tanaman lain dalam satu lahan. Padi
gogo biasanya ditumpang sari dengan jagung atau Ketela Pohon.
b. Padi rawa
Padi
rawa atau padi pasang surut tumbuh liar atau dibudidayakan di daerah rawa-rawa.
Selain di Kalimantan, padi tipe ini ditemukan di lembah Sungai Gangga. Padi
rawa mampu membentuk batang yang panjang sehingga dapat mengikuti perubahan
kedalaman air yang ekstrim musiman.
F. Keanekaragaman tipe beras/nasi
a. Padi pera
Padi
pera adalah padi dengan kadar amilosa
pada pati
lebih dari 20% pada berasnya.
Butiran nasinya jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi pera adalah
padi pulen. Sebagian besar orang Indonesia menyukai nasi jenis ini dan berbagai
jenis beras yang dijual di pasar Indonesia tergolong padi pulen. Penggolongan
ini terutama dilihat dari konsistensi nasinya.
b. Ketan
Ketan
(sticky rice), baik yang putih maupun merah/hitam, sudah dikenal sejak
dulu. Padi ketan memiliki kadar amilosa di bawah 1% pada pati berasnya. Patinya
didominasi oleh amilopektin, sehingga jika ditanak sangat
lekat.
c. Padi wangi
Padi
wangi atau harum (aromatic rice) dikembangkan orang di beberapa tempat
di Asia, yang terkenal adalah ras 'Cianjur Pandanwangi' (sekarang telah menjadi
kultivar unggul) dan 'rajalele'. Kedua kultivar ini adalah varietas javanica
yang berumur panjang.
I. 2. Teknik Budidaya Tanaman padi
Teknik
budidaya padi telah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sejumlah
sistem budidaya diterapkan untuk padi, yaitu :
- Budidaya padi sawah (Ing. paddy atau paddy
field), diduga dimulai dari daerah
lembah Sungai Yangtse di Tiongkok.
- Budidaya padi lahan kering, dikenal manusia
lebih dahulu daripada budidaya padi
sawah.
- Budidaya gogo rancah atau disingkat gora, yang merupakan modifikasi dari budidaya lahan kering. Sistem ini sukses
diterapkan di Pulau Lombok,
yang hanya memiliki musim hujan
singkat.
Setiap sistem budidaya memerlukan kultivar yang adaptif
untuk masing-masing sistem. Kelompok kultivar padi yang cocok untuk lahan
kering dikenal dengan nama padi gogo.
Secara ringkas, bercocok tanam padi mencakup persemaian,
pengolahan tanah, pemindahan atau penanaman, pemeliharaan (termasuk pengairan,
penyiangan, perlindungan tanaman, serta pemupukan), dan panen. Aspek lain yang
penting namun bukan termasuk dalam rangkaian bercocok tanam padi adalah
pemilihan kultivar, pemrosesan biji dan penyimpanan biji.
A. Pembibitan/pesemaian
Ada beberapa
tahapan untuk menanam padi maupun budidaya padi, langkah-langkanh tersebut perlu
kita lakukan untuk mendapat hasil yang maksimal. Sebelum ditanam, tanaman
padi harus disemaikan lebih dahulu. Pesemaian itu harus disiapkan dan
dikerjakan dengan baik, maksudnya agar diperoleh bibit yang baik, sehingga
pertumbuhannya akan baik pula. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pembuatan persemaian sebagai berikut:
Ø Memilih
Tempat Pesemaian
Tempat untuk membuat pesemaian merupakan
syarat yang harus diperhatikan agar
diperoleh bibit yang baik. Syarat-syarat tersebut antara lain, yaitu :
·
Tanahnya
harus yang subur, banyak mengandung humus, dan gembur.
·
Lahan
yang digunakan terbuka, tidak terlindung oleh pepohonan, sehingga sinar
matahari dapat diterima dan dipergunakan sepenuhnya.
·
Dekat
dengan sumber air terutama untuk pesemaian basah, sebab pesemaian banyak
membutuhkan air. Sedanggkan pesemaian kering dimaksudkan mudah mendapatkan air
untuk menyirami apabila persemaian itu mengalami kekeringan.
·
Apabila
areal yang akan ditanami cukup luas sebaiknya tempat pembuatan pesemaian tidak
berkumpul menjadi satu tempat tetapi dibuat terpencar. Hal itu untuk menghemat
biaya atau tenaga pengangkutannya.
Ø Mengerjakan
Tanah Untuk Pesemaian
Tanah pesemaian
harus mulai dikerjakan kurang lebih 50 hari sebelum penanaman. Karena adanya
dua jenis padi, yaitu padi basah dan padi kering, maka tanah pesemaian juga
dapat dibedakan atas pesemaian basah dan pesemaian kering.
·
Pesemaian
Basah
Dalam membuat
pesemaian basah harus dipilih tanah sawah yang betul-betul subur. Rumput-rumput
dan jerami yang masih tertinggal harus dibeersihkan lebih dulu. Kemudian sawah
digenangi air, maksud digenagi air ini agar tanah menjadi lunak, rumput-rumputan
yang akan tumbuh menjadi mati, dan bermacam-macam serangga yang dapat
merusak bibit mmati pula.
Selanjutnya,
apabila tanah sudah cukup lunak lalu dibajak/digaru dua kali atau tanah menjadi
halus. Pada saat itu juga sekaligus dibuat petakan-petakan dan memperbaiki
pematang. Sebagai ukuran dasar luas pesemaian yang harus dibuat kurang lebih
1/20 dari areal sawah yang akan ditanami. Jadi apabila sawah yang akan ditanami
seluas 1,00 Ha, maka luas pesemaian yang harus dibuat adalah 1/20 x 10.000
m²=500 m². Adapun biji yang dibutuhkan adalah kurang lebih 75 gram biji
setiap 1 m², atau sebanyak kurang lebih 40 kg.
·
Pesemaian
Kering
Prinsip
pembuatan pesemaian kering sama dengan pesemaian basah. Rumpu-rumput dan sisa-sisa
jerami yang ada harus dibersihkan terlebih dahulu. Tanah dibolak-balik
dengan bajak dan digaru, atau memakai cangkul yang terpenting tanah menjadi
gembur. Setelah tanah menjadi halus, diratakan dan dibuat bedengan-bedengan.
Adapun ukuran bedengan sebagai berikut : Tinggi 20 cm, lebar 120 cm,
panjang 500-600 cm.
Antara bedengan
yang satu dengan yang lain diberi jarak 30 cm sebagai selokan yang dapat
digunakan untuk memudahkan penaburan biji, pengairan, pemupukan, penyemprotan
hama, penyiangan dan pencabutan bibit.
Ø Penaburan
Biji
Untuk memilih biji-biji yang bernas dan tidak, biji harus
direndam dalam air. Biji-biji yang bernas akan tenggelam sedangkan yang
biji-biji yang hampa akan terapung. Dan biji-biji yang terapaung bisa dibuang.
Maksud perendaman selain memilih biji yang bernas, biji juga agar cepat
berkecambah. Lama perendaman cukup 24 jam, kemudian biji diambil dari rendaman
lalu diperam, dibungkus memakai daun pisang dan karung. Pemeraman dibiarkan
selama 8 jam.
Apabila biji sudah berkecambah dengan panjang 1 mm, maka
biji disebar ditempat pesemaian. Diusahakan agar penyebaran biji merata, tidak
terlalu rapat dan tidak terlalu jarang. Apabila penyebarannya terlalu rapat
akan mengakibatkan benih yang tumbuh kecil-kecil dan lemah, tetapi penyebaran
yang terlalu jarang biasanya menyebabkan tumbuh benih tidak merata.
Ø Pemeliharaan
Pesemaian
·
Pengairan
Pada pesemaian basah, begitu biji ditaburkan terus digenangi
air selama 24 jam, baru dikeringkan. Genangan air dimaksudkan agar biji yang disebar
tidak berkelompok-kelompok sehingga dapat merata. Adapun pengeringan setelah
penggenangan selama 24 jam itu dimaksudkan agar biji tidak membusuk dan
mempercepat pertumbuhaan.
Pada pesemaian kering, pengairan dilakukan dengan air
rembesan. Air dimasukan dalam selokan antara bedengan-bedengan, sehingga
bedengan akan terus-menerus mendapatkan air dan benih akan tumbuh tanpa
mengalami kekeringan. Apabila benih sudah cukup besar, penggenangan dilakukan
dengan melihat keadaan. Pada bedengan pesemaian bila banyak ditumbuhi rumput,
perlu digenagi aiar. Apabila pada pesemaian tidak ditumbuhi rumput, maka
penggenangan air hanya kalau memerlukan saja.
·
Pengobatan
Untuk menjaga kemungkinan serangan
penyakit, pesemaian perlu disemprot dengan Insektisida 2 kali, yaitu 10 hari
setelah penaburan dan sesudah pesemaian berumur 17 hari.
·
Pemupukan
B.
Pengolahan Tanah
Pengolahan
tanah untuk penanaman padi harus sudah disiapkan sejak dua bulan penanaman.
Pelaksanaanya dapat dilakukan dengan dua macam cara yaitu dengan cara
tradisional dan cara modern.
Ø Pengolahan tanah sawah dengan cara
tradisional, yaitu pengolahan tanah sawa dengan alat-alat sederhana seperti
sabit, cangkul, bajak dan garu yang semuaya dilakukan oleh nusia atau dibantu
ooleh binatang misalnya, kerbau dan sapi.
Ø Pengolahan tanah sawah dengan cara
moderen yaitu pengolahaan tanah sawah yang dilakukan dengan mesin. Dengan
traktor dan alat-alat pengolahan tanah yang serba dapat kerja sendiri.
Pengolahan
tanah sebelum penanaman meliputi :
·
Pembersihan
Sebelum tanah sawah dicangkul harus dibersihkan lebih dahulu
dari jerami-jerami atau rumput-rumput yang ada. Dikumpulkan di satu tempat atau
dijadikan kompos. Sebaiknya jangan dibakar, sebab pembakaran jerami itu akan
menghilangkan zat nitrogen yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman.
·
Pencangkulan
Sawah yang akan
dicangkul harus digenagi air terlebih dahulu agar tanah menjjadi lunak dan
rumput-rumputnya cepat membusuk. Pekerjaan pencangkulan ini dilanjutkan pula
dengan perbaikan pematang-pematang yang bocor.
·
Pembajakan
Sebelum
pembajakan, sawah sawah harus digenangi air lebih dahulu. Pembajakan dimulai
dari tepi atau dari tengah petakan sawah yang dalamnya antara 12-20 cm. tujuan
pembajakan adalah mematikan dan membenamkan rumput, dan membenamkan bahan-bahan
organis seperti : pupuk hijau, pupuk kandang, dan kompos sehingga bercampur
dengan tanah. Selesai pembajakan sawah digenagi air lagi selama 5-7 hari untuk
mempercepat pembusukan sisa-sisa tanaman dan melunakkan bongkahan-bongkahan
tanah.
·
Penggaruan
Pada waktu
sawah akan digaru genangan air dikurangi. Sehingga cukup hanya untuk membasahi
bongkahan-bongkahan tanah saja. Penggaruan dilakukan berulang-ulang sehingga
sisa-sisa rumput terbenam dan mengurangi perembesan air ke bawah.
Setelah
penggaruan pertama selesai, sawah digenagi air lagi selama 7-10 hari, selang
beberapa hari diadakan pembajakan yang kedua. Tujuannya yaitu: meratakan tanah,
meratakan pupuk dasar yang dibenamkan, dan pelumpuran agar menjadi lebih
sempurna.
C. Penanaman
Ø Pemilihan
Bibit
Pekerjaan
penanaman didahului dengan pekerjaan pencabutan bibit di pesemaian. Bibit yang
akan dicabut adalah bibit yang sudah berumur 25-40 hari (tergantung jenisnya),
berdaun 5-7 helai. Sebelum pesemaian 2 atau 3 hari tanah digenangi air agar
tanah menjadi lunak dan memudahkan pencabutan.
Caranya, 5
sampai 10 batang bibit kita pegang menjadi satu kemudian ditarik ke arah badan
kita, usahakan batangnya jangan sampai putus. Ciri-ciri bibit yang baik antara
lain :
·
Umurnya
tidak lebih dari 40 hari.
·
Tingginya
+ 25 cm.
·
Berdaun
5-7 helai
·
Batangnya
besar dan kuat
·
Bebas
dari hama dan penyakit
Ø Cara Penanaman
Bibit yang telah dicabut lalu diikat dalam satu ikatan besar
untuk memudahkan pengangkutan. Bibit yang sudah dicabut harus segera ditanam, jangan
sampai bermalam. Penanaman padi yang baik harus menggunakan larikan ke kanan
dan kekiri dengan jarak 20 x 20 cm, hal ini untuk memudahkan pemeliharaan, baik
penyiangan atau pemupukan dan memungkinkan setiap tanaman memperoleh sinar
matahari yang cukup dan zat-zat makanan secara merata.
Dengan berjalan mundur tangan kiri memegang bibit, tangan
kanan menanam, tiap lubang 2 atau 3 batang bibit, dalamnya kira-kira 3 atau 4
cm. Usahakan penanaman tegak lurus jangan sampai miring. Usahakan penanaman bibit
tidak terlalu dalam ataupun terlalu dangkal. Bibit yang ditanam terlalu dalam
akan menghambat pertumbuhan akar dan anakannya sedikit. Bibit yang ditanam
terlalu dangkal akan menyebabkan mudah rebah atau hanyut oleh aliran air.
Dengan demiikian jelas bahwa penanaman bibit yang terlalu dalam maupun terlalu
dangkal akan berpengaruh pada hasil produksi.
D. Pemeliharaan
Ø Pengairan
Air merupakan
syarat mutlak bagi pertumbuhan tanaman padi sawah. Masalah pengairan bagi
tanaman padi sawah merupakan salah satu faktor penting yang harus mendapat
perhatian penuh demi mendapat hasil panen yang baik.
Air yang
dipergunakan untuk pengairan padi di sawah adalah air yang berasal dari sungai,
sebab air sungai banyak mengandung lumpur dan kotoran-kotoran yang sangat
berguna untuk menambah kesuburan tanah dan tanaman. Air yang berasal dari mata
air kurang baik untuk pengairan sawah, sebab air itu jernih, tidak mengandung
lumpur dan kotoran.
Memasukan air
kedalam sawah dapat dilakukan dengan cara, air yang dimasukan ke
petakan-petakan sawah adalah air yang berasal dari saluran sekunder. Air
dimasukan ke petakan sawah melalui saluran pemasukan, dengan menghentikan lebih
dahulu air pada saluran sekunder.
Untuk menjaga
agar genangan air didalam petakan sawah itu tetap, jangan lupa dibuat pula
lubang pembuangan. Lubang pemasukan dan lubang pembuangan tidak boleh dibuat
lurus. Hal ini dimaksudkan agar ada pengendapan lumpur dan kotoran-kotoran yang
sangat berguna bagi pertumbuhan tanaman. Apabila lubang pemasukan dan lubang
pembuangan itu dibuat lurus, maka air akan terus mengalir tanpa adanya
pengendapan.
Pada waktu
mengairi tanaman padi di sawah, dalamnya air harus diperhatikan dan disesuaikan
dengan umur tanaman tersebut. Kedalaman air hendaknya diatur dengan cara
sebagai berikut :
·
Tanaman
yang berumur 0-8 hari dalamnya air cukup 5 cm.
·
Tanaman
yang berumur 8-45 hari dalamnya air dapat ditambah hingga 10-20 cm.
·
Tanaman
padi yang sudah membentuk bulir dan mulai menguning dalamnya air dapat ditambah
hingga 25 cm. setelah itu dikurangi sedikit demi sedikit.
·
Sepuluh
hari sebelum panen sawah dikeringkan sama sekali. Agar padi dapat masak
bersama-sama.
Ø Penyiangan
dan Penyulaman
Setelah penanaman, apabila tanaman padi ada yang mati harus
segera diganti (disulam). Tanaman sulam itu dapat menyamai yang lain, apabila
penggantian bibit baru jangan sampai lewat 10 hari sesudah tanam.
Selain penyulaman yang perlu dilakukan adalah penyiangan
agar rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitar tanaman padi tidak bertumbuh
banyak dan mengambil zat-zat makanan yang dibutuhkan tanaman padi. Penyiangan
dilakukan dua kali yang pertama setelah padi berumur 3 minggu dan yang kedua
setelah padi berumur 6 minggu.
Ø Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk menambah zat-zat dan unsur-unsur
makanan yang dibutuhkan oleh tanaman di dalam tanah. Untuk tanaman padi, pupuk
yang digunakan antara lain :
·
Pupuk
alam, sebagai pupuk dasar yang diberikan 7-10 hari sebelum tanaman dapat
digunakan pupuk-pupuk alam, misalnya: pupuk hijau, pupuk kandang, dan kompos.
Banyaknya kira-kira 10 ton / ha.
·
Pupuk
buatan diberikan sesudah tanam, misalnya: ZA/Urea, DS/TS, dan ZK. Adapun
manfaat pupuk tersebut sebagai berikut :
- ZA/Urea :
menyuburkan tanah, mempercepat tumbuhnya anakan, mempercepat tumbuhnya tanaman, dan menambah besarnya gabah.
- DS/TS :
mempercepat tumbuhnya tanaman, merangsang pembungaan
dan pembentukan buah, mempercepat panen.
- ZK : memberikan
ketahanan tanaman terhadap hama / penyakit, dan
mempercepat pembuatan zat pati.
Ø Pemberantasan
Hama / Penyakit
·
Burung,
banyak yang menyerang padi sedang menguning, gunakan benda-benda untuk
menghalaunya.
·
Walang
sangit, penyerangan dilakukan saat padi masih muda, walang sangit dapat
diberantas dengan disemprot menggunakan DDT atau disuluh (dipasang lampu).
·
Tikus,
hewan yang satu ini dapat merugikan petani dengan jumlah besar kerena mereka
dapat merusak areal yang cukup luas dengan waktu yang tidak lama. Tikus dapat
diberantas dengan gropyokan atau dengan member umpan yang berupa ketela,
jagung dan sebagainya yang dicampur dengan phospit.
·
Ulat
serangga, serangga-serangga itu bertelur pada daun, apabila menetas ulatnya
merusak batang dan daun. Cara pemberantasannya harus disemprot dengan obat-obat
insektisida, misalnya : DDT, Aldrin, Endrin, Diazinon dan sebagainya.
Jenis-jenis hama penting pada
tanaman padi, yaitu :
Jenis-jenis penyakit penting pada
tanaman padi, yaitu : blas (Pyricularia oryzae, P.
grisea) dan hawar daun bakteri
("kresek", Xanthomonas oryzae
pv. oryzae).
E. Panen dan Pascapanen
Panen dan pascapanen perlu ditangani secara tepat karena
kehilangan hasil dan penurunan mutu selama proses panen dan pascapanen masih
tinggi yakni sekitar 20%. Penanganan panen dan pascapanen yang kurang baik
dapat menyebabkan kualitas benih rendah.
Beberapa hal perlu diperhatikan pada saat panen adalah
sebagai berikut :
Ø Panen
pada waktu yang tepat. Perlu diperhatikan antara varietas yang satu dengan
varietas yang lainnya kemungkinan berbeda.
Ø Cara
menghitung waktu panen yang tepat adalah dengan menghitung sejak padi berbunga,
biasanya panen jatuh pada 30-35 hari setelah padi berbunga. Cara lain untuk
memperhitungkan waktu panen yang tepat adalah dengan melihat jumlah malai yang
menguning, jika sudah ± 95% malai menguning berarti dapat segera dipanen.
Ø Pada
saat panen gunakan sabit bergerigi dari pada sabit biasa. Jika ada penggunaan
mesin pemanen akan lebih baik.
Ø Jika
perontokan menggunakan power threser, potong rumpun pada bagian tengah atau
atas rumpun. Jika perontokan menggunakan pedal threser potong rumpun pada
bagian bawah. Gunakan tirai penutup dan alas agar gabah tidak hilang
berserakan.
Beberapa
hal perlu diperhatikan pada saat pascapanen adalah sebagai berikut :
Ø Pengeringan
dilakukan dengan cara menjemur gabah di lantai jemur, ketebalan gabah 5-7 cm,
dan dilakukan pembalikan setiap 2 jam sekali.
Ø Jika
pengeringan dilakukan pada musim hujan dapat menggunakan pengering buatan.
Pertahankan suhu pengering 42oC untuk mengeringkan benih, dan suhu
50oC untuk gabah konsumsi.
Ø Untuk
memperoleh beras dengan kualitas tinggi, perhatikan waktu panen, sanitasi
(kebersihan), dan kadar air gabah (12-14%).
Ø Simpan
gabah/beras dalam wadah yang bersih dalam lumbung/gudang, bebas hama, dan memiliki
sirkulasi udara yang baik. Penyimpanan gabah berkadar air kurang dari 14% untuk
konsumsi dan kurang dari 13% untuk benih.
Ø Gabah
yang sudah disimpan dalam penyimpanan, jika akan digiling, dikeringkan terlebih
dahulu sampai kadar air mencapai 12-14%.
Ø Sebelum
digiling, gabah yang baru dikeringkan diangin-anginkan terlebih dahulu untuk
menghindari butir pecah.
Setelah
padi dipanen, bulir
padi atau gabah
dipisahkan dari jerami
padi. Pemisahan dilakukan dengan memukulkan seikat padi sehingga gabah terlepas
atau dengan bantuan mesin pemisah gabah.
Gabah yang terlepas lalu dikumpulkan dan dijemur. Pada zaman dulu, gabah
tidak dipisahkan lebih dulu dari jerami, dan dijemur bersama dengan merangnya.
Penjemuran biasanya memakan waktu tiga sampai tujuh hari, tergantung kecerahan
penyinaran matahari. Penggunaan mesin pengering jarang dilakukan. Istilah
"Gabah Kering Giling" (GKG) mengacu pada gabah yang telah
dikeringkan dan siap untuk digiling. (Lihat pranala luar). Gabah merupakan
bentuk penjualan produk padi untuk keperluan ekspor atau perdagangan partai besar.
Gabah
yang telah kering disimpan atau langsung ditumbuk/digiling, sehingga beras terpisah dari sekam (kulit gabah). Beras merupakan bentuk olahan
yang dijual pada tingkat konsumen.
Hasil sampingan yang diperoleh dari pemisahan ini adalah :
Ø Sekam (atau merang),
yang dapat digunakan sebagai bahan bakar.
Ø Bekatul, yakni serbuk kulit ari beras; digunakan
sebagai bahan makanan ternak, dan
Ø Dedak, campuran bekatul kasar dengan serpihan
sekam yang kecil-kecil; untuk makanan ternak.
I.
3. Prospek Pemasaran/Perdagangan di Dunia
Negara produsen padi terkemuka adalah Republik
Rakyat Cina (28% dari total produksi dunia), India (21%), dan Indonesia
(9%). Namun hanya sebagian kecil produksi padi dunia yang diperdagangkan antar
negara (hanya 5%-6% dari total produksi dunia). Thailand
merupakan pengekspor padi utama (26% dari total padi yang diperdagangkan di
dunia) diikuti Vietnam
(15%) dan Amerika
Serikat (11%). Indonesia merupakan pengimpor padi terbesar dunia
(14% dari padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Bangladesh
(4%), dan Brasil
(3%). Produksi padi Indonesia pada 2006 adalah 54 juta ton , kemudian tahun
2007 adalah 57 juta ton (angka ramalan III), meleset dari target semula yang 60
juta ton akibat terjadinya kekeringan yang disebabkan gejala ENSO.
Dari data-data diatas, prospek pasar dan perdagangan
untuk komoditi padi di Indonesia dan di Dunia masih sangat besar. Besarnya
kebutuhan akan hasil dari tanaman padi yaitu beras, dimana merupakan menjadi
makan pokok bagi masyarakat di dunia. Seiring pula dengan pertumbuhan jumlah
penduduk dunia yang semakin pesat membuat tanaman padi menjadi komoditi yang
harus dikembangkan dan membutuhkan inovasi- inovasi baru demi terwujudnya
program pemerintah yaitu swasembada beras. Serta besar peluang untuk melakukan
ekspor keluar negeri dengan melihat potensi yang ada di Negara kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar