BAB.
I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar belakang
Keanekaragaman
anggrek di Indonesia sangat besar, diperkirakan jumlahnya sekitar 3.000 spesies, banyak diantaranya mempunyai nilai ekonomi tinggi (Tjitrosoepomo, 1993). Potensi yang besar ini merupakan keuntungan tersendiri bagi negara kita, namun sekaligus juga sebagai tantangan untuk menjaga, mengelola dan melestarikannya. Aset kekayaan genetik ini mampu memberi nilai ekonomi tinggi apabila dikelola dengan baik.
Salah satu
jenis anggrek yang bernilai ekonomis tinggi adalah anggrek macan
(Grammatophyllum Scriptum ). Loka Desa Bontomarannu Kec. Uluere Kab. Bantaeng,
menjadi lokasi pengamatan jenis anggrek ini karena disana dikembangkan beberapa
jenis anggrek endemik Sulawesi selatan.
Salah satu
upaya pemerintah Kab. Bantaeng untuk melestarikan anggrek yaitu melalui UPTD
Balai benih Hortikultura Loka yang juga mengembangkan beberapa jenis anggrek. Jenis
anggrek macan ( Grammatophyllum Scriptum ) merupakan salah
satu anggrek yang dikembangkan disana dengan teknik kultur jaringan
I. 2. Tujuan dan Kegunaan
a.
Tujuan
- Untuk mengetahui Klasifikasi tanaman Anggrek
Macan ( G. Scriptum )
- Untuk mengetahui Ekologi/syarat tumbuh Anggrek
Macan (G. Scriptum)
- Untuk mengetahui bagaimana teknik perbanyakan
dan budidaya Anggrek Macan ( G. Scriptum )
- Untuk mengetahui peranan dan manfaat tanaman
Anggrek Macan ( G. Criptum )
b.
Kegunaan
- Agar dapat mengetahui Klasifikasi tanaman
Anggrek Macan ( G. Scriptum )
- Agar dapat mengetahui Ekologi/syarat tumbuh
Anggrek Macan (G. Scriptum)
- Agar dapat mengetahui bagaimana teknik
perbanyakan dan budidaya Anggrek Macan ( G. Scriptum )
- Agar dapat mengetahui peranan dan manfaat tanaman
Anggrek Macan ( G. Criptum )
BAB. II
KEADAAN
UMUM LOKASI
II.
1. Demografi
1. Jumlah
- Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin :
- Laki – laki :
712 jiwa
- Perempuan :
792 jiwa
- Jumlah Kepala
Keluarga : 386 KK
- Total jumlah penduduk :
1504 jiwa
2. Umur
No
|
Umur
( tahun )
|
Jumlah
( jiwa )
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
0
– 12
13
- 18
19 – 29
30 - 39
40 - 49
50 - keatas
|
496
253
246
230
126
153
|
JUMLAH
|
1504
|
3. Mata Pencaharian
- Pegawai Negeri Sipil (
PNS ) : 5 jiwa
- Pegawai tidak tetap : 33 jiwa
- Pengusaha / pedagang : 56 jiwa
- Petani : 513 jiwa
- Buruh tani : 75 jiwa
- Tukang ojek : 4 jiwa
II.
2. Topografi
Desa Bontomarannu berada
kaki Gunung Lompobattang, diketingian 1100 – 1250 mdpl. Dengan keadaan
topografi bergunung, lembah serta keadaan alam yang masih asri.
III.
3. Monografi
Desa Bontomarannu merupakan
salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng. Dimana
Desa Bontomarannu memiliki tiga Dusun, Yakni Dusun Loka, Dusun Selayar dan
Dusun Gunung Loka. Adapun batas – batas wilayah Desa Bontomarannu yaitu :
-
Utara : berbatasan dengan
Desa Bonto Lojong Kec. Ulu Ere
-
Selatan : berbatasan dengan
Desa Bonto Daeng Kec. Ulu Ere
-
Timur : berbatasan dengan
Desa Bonto Tangnga Kec. Ulu Ere
- Barat :
berbatasan dengan Kabupaten Je’neponto
Kondisi Geografis Desa Bontomarannu :
-
Luas Desa : 1248 Km2
-
Ketinggian tempat : 1100 -1250 mdpl
-
Suhu udara rata-rata : 180 Celcius
-
Pertanian :
1248 Ha
-
Perkebunan :
327 Ha
-
Hutan Produksi : 600 Ha
-
Pemukiman : 40 Ha
-
Aset Desa :
15 Ha
-
Lapangan :
1 Ha
-
Kantor pemerintahan : 4 Ha
BAB. III
PEMBAHASAN
III. 1. Klasifikasi dan Morfologi
a. Klasifikasi Anggrek Macan (
Grammatophyllum Srciptum )
Divisio : Magnoliophyta
Sub divisio : Angiospermae
Class : Lilliopsida
Sub class : Liliidae
Order : Orchidales
Family : Orchidaceae (Dressler, 1993)
Tribe : Cymbidiinae
Genus : Grammatophyllum
Species : Grammatophyllum scriptum (Lindl.)BI.
(Millar, 1999)
b. Morfologi
Grammatophyllum
scriptum merupakan anggrek epifit berukuran
besar yang memiliki pertumbuhan batang simpodial, tumbuh berkelompok, habitus tegap, memiliki pseudobulb yang tebal, kuat, panjangnya 24-25 cm, lebar 7-9 cm, pseudobulb muda dilindungi oleh selaput seludang, tiap seludang memiliki 4-8 daun. Daun berbentuk lanseolat atau oblanseolat,panjang daun 40-70 cm dan lebar 6-10 cm. Inflorensi muncul dari dasar pseudobulb, panjangnya 90-190 cm, jumlah bunga 25-50. Bunga memiliki ukuran dan warna yang bermacam-macam, pada umumnya berwarna hijau kekuningan, berbintik coklat, ungu, coklat kemerahan atau coklat kekuningan.
Bibir bunga atau labelum berupa lembaran, berambut, berwarna ungu / putih kekuningan dan bergaris / beralur coklat. Masa berbunga antara bulan Januari - Agustus (Brink dan Backer, 1968; Madulid, 2002).
besar yang memiliki pertumbuhan batang simpodial, tumbuh berkelompok, habitus tegap, memiliki pseudobulb yang tebal, kuat, panjangnya 24-25 cm, lebar 7-9 cm, pseudobulb muda dilindungi oleh selaput seludang, tiap seludang memiliki 4-8 daun. Daun berbentuk lanseolat atau oblanseolat,panjang daun 40-70 cm dan lebar 6-10 cm. Inflorensi muncul dari dasar pseudobulb, panjangnya 90-190 cm, jumlah bunga 25-50. Bunga memiliki ukuran dan warna yang bermacam-macam, pada umumnya berwarna hijau kekuningan, berbintik coklat, ungu, coklat kemerahan atau coklat kekuningan.
Bibir bunga atau labelum berupa lembaran, berambut, berwarna ungu / putih kekuningan dan bergaris / beralur coklat. Masa berbunga antara bulan Januari - Agustus (Brink dan Backer, 1968; Madulid, 2002).
III. 2. Ekologi / Syarat Tumbuh
Grammatophyllum
scriptum di Indonesia terdistribusi pada kawasan hutan mangrove Papua, antara
lain: Oransbari, Manokwari, Pulau Rumberpon,
Pulau Nau, Yapen Waropen dengan rata-rata berasosiasi pada pohon inang
diantaranya Bruguiera gymnorhioza, Heriiera litoralis, Fruticosum, Ficus sp.,
Homalium foetidum, Intsia sp, Palaquium sp, Terminalia sp, Vatica sp. dan
Xylocarpus sp. (Kesaulija, 2002; Mangiwa, 2002; Ick, 2002). Terkadang spesies
ini juga berasosiasi dengan pohon kelapa serta tumbuh pada sela-sela tangkai
daunnya (Millar, 1999).
III. 3. Teknik Perbanyakan dan
budidaya
Perbanyakan
anggrek dapat dilakukan secara konvensional maupun non konvensional. Salah satu teknik budidaya
anggrek yang banyak digunakan yaitu dengan kultur jaringan.
Kultur jaringan adalah suatu metode
untuk mengisolasi bagian dari tanaman, seperti protoplasma, sel, sekelompk sel, jaringan, dan organ, serta menumbuhkannya
dalam kondisi aseptik, sehingga bagian - bagian tersebut dapat memperbanyak
diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali (Gunawan, 1998). Kultur
in vitro dikerjakan di atas media dengan nutrisi yang harus dikerjakan dalam kondisi
yang steril. Pencegahan kontaminasi oleh jamur, bakteri, dan lain sebagainnya
adalah syarat keberhasilan kultur in vitro (Suryowinoto, 1996). Studi
mikropropagasi ini umumnya hanya dilakukan pada suatu laboratorium dengan cukup
peralatan untuk menjaga media steril dengan menggunakan autoklaf dan laminar
airflow cabinet (Chansean dan Ichihashi, 2007).
III.
4. Peranan Tanaman
Anggrek dikenal sebagai tanaman hias populer
yang dimanfaatkan bunganya. Bunga anggrek sangat indah dan variasinya hampir
tidak terbatas. Anggrek biasa dijual sebagai tanaman pot maupun sebagai bunga potong. Indonesia memiliki kekayaan jenis anggrek
yang sangat tinggi, terutama anggrek epifit yang hidup di pohon-pohon hutan dari
Sumatera hingga Papua.
Anggrek sering dipergunakan sebagai simbol
dari rasa cinta,
kemewahan, dan keindahan selama berabad-abad. Bangsa Yunani menggunakan anggrek sebagai simbol
kejantanan, sementara bangsa Tiongkok
pada zaman dahulu kala mempercayai bahwa anggrek sebagai tanaman yang
mengeluarkan aroma harum dari tubuh Kaisar Tiongkok.
Pada
pertengahan zaman, anggrek mempunyai peran penting dalam pengembangan tehnik
pengobatan menggunakan tumbuh-tumbuhan. Penggunaannya pun meluas sampai menjadi
bahan ramu-ramuan dan bahkan sempat dipercaya sebagai bahan baku utama
pembuatan ramuan ramuan cinta pada masa tertentu. Ketika anggrek muncul dalam
mimpi seseorang, hal ini dipercaya sebagai simbol representasi dari kebutuhan
yang mendalam akan kelembuatan, romantisme, dan kesetiaan dalam suatu hubungan.
Akhirnya, pada permulaan abad ke-18, kegiatan mengkoleksi anggrek mulai menjadi
kegiatan yang banyak dilakukan di segala penjuru dunia, terutama karena
keindahan tanaman ini.
BAB. IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
IV.
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Tanaman anggrek mempunyai banyak jenis /ragam,
diperkirakan + 3000 spesies tanaman anggrek yang ada di Indonesia.
2. Berdasarkan catatan sementara, di
Indonesia hanya ditemukan 3 jenis anggrek macan, yaitu anggrek tebu (G.
speciosum), anggrek macan (G. scriptum) dan Anggrek sendu (G.
stapeliaeflorum).
3. Pada umumnya tanaman anggrek jenis G.
Scriptum tahan terhadap berbagai macam
kondisi cuaca. Dimana kita ketahui tanaman anggrek jenis ini pertama kali
ditemukan diketinggian 100 mdpl tetapi
mampu beradaptasi pada ketinggian diatas 1000mdpl.
4. Teknik perbanyakan anggrek banyak dilakukan
secara kultur jaringan. Namun cara tersebut masih relatif mahal sehingga teknik
ini hanya dilakukan oleh instansi-instansi baik pemerintah atau swasta.
5. Keindahan tanaman anggrek membuat tanaman
tersebut banyak diburu oleh para pecinta bunga anggrek. Hal tersebut membuat
tanaman anggrek bernilai ekonomis tinggi.
IV.
2. Saran
Mengingat tanaman anggrek macan (Grammatophyllum Scriptum) semakin langka, perlu adanya penelitian lebih lanjut dan pengembangan tanaman untuk menjaga kelestarian agar tidak punah. Selain itu prospek pasar tanaman anggrek cukup besar, kolektor lokal maupun mancanegara banyak berminat dengan anggrek spesies ini. Hal tersebut diharapkan mampu memberikan nilai tambah bagi perekonomian masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar