bintang jatuh

Jumat, 07 Maret 2014

Makalah DDA " Anggrek Macan " ( Fieldtrip di Loka, Bantaeng )



BAB. I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar belakang
Keanekaragaman anggrek di Indonesia sangat besar, diperkirakan jumlahnya sekitar 3.000 spesies, banyak diantaranya mempunyai nilai ekonomi tinggi (Tjitrosoepomo, 1993). Potensi yang besar ini merupakan keuntungan tersendiri bagi negara kita, namun sekaligus juga sebagai tantangan untuk menjaga, mengelola dan melestarikannya. Aset kekayaan genetik ini mampu memberi nilai ekonomi tinggi apabila dikelola dengan baik.
Salah satu jenis anggrek yang bernilai ekonomis tinggi adalah anggrek macan (Grammatophyllum Scriptum ). Loka Desa Bontomarannu Kec. Uluere Kab. Bantaeng, menjadi lokasi pengamatan jenis anggrek ini karena disana dikembangkan beberapa jenis anggrek endemik Sulawesi selatan.
Salah satu upaya pemerintah Kab. Bantaeng untuk melestarikan anggrek yaitu melalui UPTD Balai benih Hortikultura Loka yang juga mengembangkan beberapa jenis anggrek. Jenis anggrek macan ( Grammatophyllum Scriptum ) merupakan salah satu anggrek yang dikembangkan disana dengan teknik kultur jaringan
I. 2. Tujuan dan Kegunaan
a. Tujuan
- Untuk mengetahui Klasifikasi tanaman Anggrek Macan ( G. Scriptum )
- Untuk mengetahui Ekologi/syarat tumbuh Anggrek Macan (G. Scriptum)
-  Untuk mengetahui bagaimana teknik perbanyakan dan budidaya Anggrek Macan ( G. Scriptum )
- Untuk mengetahui peranan dan manfaat tanaman Anggrek Macan ( G. Criptum )
b. Kegunaan
- Agar dapat mengetahui Klasifikasi tanaman Anggrek Macan ( G. Scriptum )
- Agar dapat mengetahui Ekologi/syarat tumbuh Anggrek Macan (G. Scriptum)
-  Agar dapat mengetahui bagaimana teknik perbanyakan dan budidaya Anggrek Macan ( G. Scriptum )
- Agar dapat mengetahui peranan dan manfaat tanaman Anggrek Macan ( G. Criptum )



BAB. II
KEADAAN UMUM LOKASI
II. 1.  Demografi
1.  Jumlah
      -  Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin :
         -  Laki – laki          :  712 jiwa
           -  Perempuan       :  792 jiwa
      -  Jumlah Kepala Keluarga  :  386 KK
      -  Total jumlah penduduk     :  1504 jiwa
2.  Umur
 No
Umur ( tahun )
Jumlah ( jiwa )
1.
2.
3.

4.

5.

6.
0 – 12
13 - 18
19 – 29

30 - 39

40 - 49

50 - keatas
496
253
246
230
126
153
JUMLAH
1504
3.  Mata Pencaharian
      -  Pegawai Negeri Sipil ( PNS )                  :  5 jiwa
      -  Pegawai tidak tetap                                  :  33 jiwa
      -  Pengusaha / pedagang                            :  56 jiwa
      -  Petani                                                         :  513 jiwa
      -  Buruh tani                                                  :  75 jiwa
      -  Tukang ojek                                               :  4 jiwa
II. 2. Topografi
Desa Bontomarannu berada kaki Gunung Lompobattang, diketingian 1100 – 1250 mdpl. Dengan keadaan topografi bergunung, lembah serta keadaan alam yang masih asri.
III. 3. Monografi
Desa Bontomarannu merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng. Dimana Desa Bontomarannu memiliki tiga Dusun, Yakni Dusun Loka, Dusun Selayar dan Dusun Gunung Loka. Adapun batas – batas wilayah Desa Bontomarannu yaitu :
-  Utara           : berbatasan dengan Desa Bonto Lojong Kec. Ulu Ere
-  Selatan       : berbatasan dengan Desa Bonto Daeng Kec. Ulu Ere
-  Timur           : berbatasan dengan Desa Bonto Tangnga Kec. Ulu Ere
- Barat            : berbatasan dengan Kabupaten Je’neponto
Kondisi Geografis Desa Bontomarannu :
-  Luas Desa                                     :  1248 Km2
-  Ketinggian tempat                        :  1100 -1250 mdpl              
-  Suhu udara rata-rata                   :  180 Celcius
-  Pertanian                                       : 1248 Ha
-  Perkebunan                                  :  327 Ha
-  Hutan Produksi                             :  600 Ha
-  Pemukiman                                   :  40 Ha
-  Aset Desa                                      : 15 Ha
-  Lapangan                                      : 1 Ha
-  Kantor pemerintahan                   :  4 Ha



BAB. III
PEMBAHASAN
III. 1. Klasifikasi dan Morfologi
a. Klasifikasi Anggrek Macan ( Grammatophyllum Srciptum )
Divisio             : Magnoliophyta
Sub divisio      : Angiospermae
Class               : Lilliopsida
Sub class        : Liliidae
Order                : Orchidales
Family              : Orchidaceae (Dressler, 1993)
Tribe                 : Cymbidiinae
Genus             : Grammatophyllum
Species           : Grammatophyllum scriptum (Lindl.)BI. (Millar, 1999)
b. Morfologi
Grammatophyllum scriptum merupakan anggrek epifit berukuran
besar yang memiliki pertumbuhan batang simpodial, tumbuh berkelompok, habitus tegap, memiliki pseudobulb yang tebal, kuat, panjangnya 24-25 cm, lebar 7-9 cm, pseudobulb muda dilindungi oleh selaput seludang, tiap seludang memiliki 4-8 daun. Daun berbentuk lanseolat atau oblanseolat,panjang daun 40-70 cm dan lebar 6-10 cm. Inflorensi muncul dari dasar pseudobulb, panjangnya 90-190 cm, jumlah bunga 25-50. Bunga memiliki ukuran dan warna yang bermacam-macam, pada umumnya berwarna hijau kekuningan, berbintik coklat, ungu, coklat kemerahan atau coklat kekuningan.
Bibir bunga atau labelum berupa lembaran, berambut, berwarna ungu / putih kekuningan dan bergaris / beralur coklat. Masa berbunga antara bulan Januari - Agustus (Brink dan Backer, 1968; Madulid, 2002).
III. 2. Ekologi / Syarat Tumbuh
Grammatophyllum scriptum di Indonesia terdistribusi pada kawasan hutan mangrove Papua, antara lain: Oransbari, Manokwari,  Pulau Rumberpon, Pulau Nau, Yapen Waropen dengan rata-rata berasosiasi pada pohon inang diantaranya Bruguiera gymnorhioza, Heriiera litoralis, Fruticosum, Ficus sp., Homalium foetidum, Intsia sp, Palaquium sp, Terminalia sp, Vatica sp. dan Xylocarpus sp. (Kesaulija, 2002; Mangiwa, 2002; Ick, 2002). Terkadang spesies ini juga berasosiasi dengan pohon kelapa serta tumbuh pada sela-sela tangkai daunnya (Millar, 1999).
III. 3. Teknik Perbanyakan dan budidaya
Perbanyakan anggrek dapat dilakukan secara konvensional maupun  non konvensional. Salah satu teknik budidaya anggrek yang banyak digunakan yaitu dengan kultur jaringan.
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman, seperti protoplasma, sel, sekelompk sel, jaringan, dan organ, serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik, sehingga bagian - bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali (Gunawan, 1998). Kultur in vitro dikerjakan di atas media dengan nutrisi yang harus dikerjakan dalam kondisi yang steril. Pencegahan kontaminasi oleh jamur, bakteri, dan lain sebagainnya adalah syarat keberhasilan kultur in vitro (Suryowinoto, 1996). Studi mikropropagasi ini umumnya hanya dilakukan pada suatu laboratorium dengan cukup peralatan untuk menjaga media steril dengan menggunakan autoklaf dan laminar airflow cabinet (Chansean dan Ichihashi, 2007).
III. 4. Peranan Tanaman
Anggrek dikenal sebagai tanaman hias populer yang dimanfaatkan bunganya. Bunga anggrek sangat indah dan variasinya hampir tidak terbatas. Anggrek biasa dijual sebagai tanaman pot maupun sebagai bunga potong. Indonesia memiliki kekayaan jenis anggrek yang sangat tinggi, terutama anggrek epifit yang hidup di pohon-pohon hutan dari Sumatera hingga Papua.
Anggrek sering dipergunakan sebagai simbol dari rasa cinta, kemewahan, dan keindahan selama berabad-abad. Bangsa Yunani menggunakan anggrek sebagai simbol kejantanan, sementara bangsa Tiongkok pada zaman dahulu kala mempercayai bahwa anggrek sebagai tanaman yang mengeluarkan aroma harum dari tubuh Kaisar Tiongkok.
Pada pertengahan zaman, anggrek mempunyai peran penting dalam pengembangan tehnik pengobatan menggunakan tumbuh-tumbuhan. Penggunaannya pun meluas sampai menjadi bahan ramu-ramuan dan bahkan sempat dipercaya sebagai bahan baku utama pembuatan ramuan ramuan cinta pada masa tertentu. Ketika anggrek muncul dalam mimpi seseorang, hal ini dipercaya sebagai simbol representasi dari kebutuhan yang mendalam akan kelembuatan, romantisme, dan kesetiaan dalam suatu hubungan. Akhirnya, pada permulaan abad ke-18, kegiatan mengkoleksi anggrek mulai menjadi kegiatan yang banyak dilakukan di segala penjuru dunia, terutama karena keindahan tanaman ini.

 BAB. IV
KESIMPULAN DAN SARAN
IV. 1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan  diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Tanaman anggrek mempunyai banyak jenis /ragam, diperkirakan + 3000 spesies tanaman anggrek yang ada di Indonesia.
2. Berdasarkan catatan sementara, di Indonesia hanya ditemukan 3 jenis anggrek macan, yaitu anggrek tebu (G. speciosum), anggrek macan (G. scriptum) dan Anggrek sendu (G. stapeliaeflorum).
3. Pada umumnya tanaman anggrek jenis G. Scriptum  tahan terhadap berbagai macam kondisi cuaca. Dimana kita ketahui tanaman anggrek jenis ini pertama kali ditemukan  diketinggian 100 mdpl tetapi mampu beradaptasi pada ketinggian diatas 1000mdpl.
4. Teknik perbanyakan anggrek banyak dilakukan secara kultur jaringan. Namun cara tersebut masih relatif mahal sehingga teknik ini hanya dilakukan oleh instansi-instansi baik pemerintah atau swasta.
5. Keindahan tanaman anggrek membuat tanaman tersebut banyak diburu oleh para pecinta bunga anggrek. Hal tersebut membuat tanaman anggrek bernilai ekonomis tinggi. 
IV. 2. Saran    

              Mengingat tanaman anggrek macan (Grammatophyllum Scriptum) semakin langka, perlu adanya penelitian lebih lanjut dan pengembangan tanaman untuk menjaga kelestarian agar tidak punah. Selain itu prospek pasar tanaman anggrek cukup besar, kolektor lokal maupun mancanegara banyak berminat dengan anggrek spesies ini. Hal tersebut diharapkan mampu memberikan nilai tambah bagi perekonomian masyarakat.           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar