bintang jatuh

Selasa, 04 Maret 2014

Makalah Dasar2 Manajemen Pertanian



BAB. I.
PENDAHULUAN

I.  1.  Latar belakang
Selama ini Indonesia dikenal sebagai Negara agraris, terutama karena sebagian besar penduduknya masih mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian. Selain itu, kondisi alam Indonesia yang terletak di wilayah tropis sangat memungkinkan untuk pengembangan di sektor budidaya pertanian.
Pertanian merupakan salah satu sector ekonomi yang menyerap tenaga kerja paling besar ( 45 % ), bahkan dalam keadaan krisis ekonomi pada tahun1998 sektor pertanian merupakan sector yang paling survive diantara sektor ekonomi yang lain. Namun demikian harus diakui bahwa sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang paling rendah produktivitasnya. Kontribusi sektor pertanian yang besar tersebut tidak diimbangi dengan kontribusinya terhadap pendapatan nasional. Kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasioanal hanya sekitar 16%. Hal ini berarti tenaga kerja sektor pertanian menghasilkan nilai tambah yang rendah.
Lantas, jurus apa saja yang perlu diterapkan agar posisi sektor pertanian bias memberikan kontribusi yang optimal terhadap pendapatan nasional juga sekaligus mampu mendongkrak pendapatan petani.
Mengahadapi kondisi yang demikian diperlukan manajemen yang lebih baik dan fleksibel serta inovasi teknologi yang berorientasi pada kondisi lokal. Salah satunya adalah Perlunya penerapan manajemen produksi dalam usaha produksi pertanian.

I.   2.    Tujuan
-       Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan manajemen
-       Untuk mengetahui bagaimana cara memanajemen produksi dalam usaha produksi pertanian.

I.    3.   Permasalahan
-       Apa yang dimaksud dengan manajemen
-       Bagaimana cara memanajemen produksi dalam usaha produksi pertanian.







BAB. II.
PEMBAHASAN
II.    1.   Pengertian Manajemen
Menurut bahasa, manajemen berasal dari bahasa inggris “manajemen” yang berarti mengurusi. Orang yang sering mengurusi suatu pekerjaaan dan memimpin pekerjaan itu disebut Manajer. Sebagai kesimpulan dari berbagai pendapat tentang definisi manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan baik individu maupun berkelompok untuk mencapai tujuan melalui rangkaian kegiatan berupa :
-       Perencanaan ( Planning ),
-       Pengorganisasian ( Organizing ),
-       Penggerakkan/pengarahan ( Actuating )
-       Pengendalian/pengawasan ( Controlling )
II.    2.   Manajemen Produksi Dalam Usaha Produksi Pertanian
Usaha produksi pertanian sangat variatif dan sangat tergantung kepada jenis komoditi yang diusahakan. Namun, pada intinya manajemen produksi pertanian mencakup kegiatan perencanaan, pengawasan, evaluasi dan pengendalian. Manajemen produksi dalam usaha produksi pertanian tersebut diuraikan dibawah ini :

1.    Perencanaan Produksi Pertanian
Perencanaan merupakan suatu upaya penyusunan program baik program yang sifatnya umum maupun yang spesifik, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu usaha produksi yang baru memerlukan perencanaan yang bersifat umum atau yang sering disebut sebagai praperencanaan. Faktor - faktor yang sangat penting dan harus diputuskan dalam praperencanaan agribisnis, khususnya subsistem produksi primer/usaha tani adalah pemilihan lokasi produksi dan pertimbangan fasilitas serta skala usaha setelah ketiga hal tersebut diputuskan,maka dibuat rencana yang lebih spesifik menyangkut kebutuhan input - input serta perlengkapan produksi.
2.    Pemilihan komoditas pertanian
Pemilihan komoditas yang akan diusahakan memegang peranan penting dalam keberhasilan usaha produksi pertanian. Komoditas yang bernilai ekonomis tinggi akan menjadi prioritas utama tetapi perlu dipertimbangkan hal-hal yang berhubungan dengan pemasaranya. Sebab,mungkin terjadi komoditas ekonomis dalam produksi tetapi tidak tepat untuk daerah produksi dan wilayah pemasaran yang akan dituju. Komoditas yang telah dipilih selanjutnya ditetapkan jenisnya/varietasnya sesuai dengan kondisi topografi dan iklim lokasi yang direncanakan.
3.    Pemilihan Lokasi Produksi Pertanian dan Penempatan  Fasilitas.
Untuk usaha agribisnis berskala kecil mungkin pemilihan lokasi produksi tidak menjadi suatu prioritas, karena umumnya produksi dilakukan di daerah domisili para petani. Namun usaha agribisnis yang berskala menengah keatas  seperti perusahaan perkebunan, peternakan, perikanan yang dikelola oleh perusahan dengan modal investasi yang berjumlah besar, maka pemiliihan lokasi tersebut akan besar pengaruhnya bagi keberhasikan dan kesinambungan usaha. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi adalah ketersediaan tenagakerja, ketersediaan prasarana dan sarana fisik penunjang, lokasi pemasaran,dan ketersediaan intensif wilayah. Tingkat upah regional dan peraturan-peraturan ketenagakerjaan didaerah tersebut juga harus menjadi pertimbangan, tingkat upah regional sangat berpengaruh kepada biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Peraturan - peraturan ketenagakerjaan juga berpengaruh kepada kewajiban-kewajiban perusahaan dalam kaitanya dengan pemanfaatan tenaga kerja. Ketersediaan sarana dan prasarana fisik penujang, seperti transportasi dan perhubungan, komunikasi, penerangan serta pengairan/sumber air,sangat penting untuk menjadi pertimbangan dalam keputusan lokasi produksi, sifat-sifat dan karakteristik produk-produk pertanian dan perlengkapan input-input dan sarana produksinya yang kamba (voluinous) menyebabkan ketersediaan sarana dan prasarana fisik tersebut menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan. Produk pertanian yang umumnya tidak tahan lama memerlukan penanganan dan pengangkutan yang cepat menuju ke lokasi konsumen begitu juga keberadaan alat komunikasi akan menjadi penting untuk transfer informasi dari lokasi produksi ke lokasi pasar atau sebaliknya. Pertimbangan lainya adalah lokasi pemasaran, sebaiknya lokasi produksi dekat dengan lokasi pemasaran terutama untuk komoditas - komoditas yang tidak tahan lama, seperti produk hortikultura. Walaupun demikian pada era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, jarak antara lokasi produksi dan lokasi pasar tidak menjadi prioritas karena dengan teknologi daya tahan produk dapat diperpanjang dan jarak relatif dapat diperpendek dengan alat-alat pengangkutan yang cepat. Selanjutnya, intensif wilayah juga merupakan faktor pertimbangan dalam menetapkan keputusan lokasi produksi, intensif wilayah sangat terkait dengan kebijakan pemerintah daerah terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan operasi produksi tersebut. kebijakan pajak, kebijakan dan peraturan tenagakerja, kebijakan Investasi, budaya pelayanan publik (demokrasi), dan lain – lain merupakan intensif wilayah yang mempunyai daya tarik bagi investor untuk berusaha di daerah tersebut.
4.    Skala usaha Pertanian
Skala usaha pertanian sangat terkait dengan ketersediaan input dan pasar. Skala usaha hendaknya diperhitungkan dengan matang sehingga produksi yang dihasilkan tidak mengalami kelebihan pasokan atau kelebihan permintaan. Begitu juga ketersediaan input seperti; modal, tenaga kerja, bibit, peralatan, serta fasilitas produksi dan operasi lainya harus diperhitungkan. Skala usaha yang besar secara teoretis akan dapat menghasilkan economics of scale yang tinggi. Namun, kenyataan dilapangan seringkali skala besar menjadi tidak ekonomis yang disebabkan oleh karakteristik produk dan produksi komoditas pertanian yang khas. Oleh karena itu, dalam merencanakan usaha produksi pertanian maka keputusan mengenai skala usaha menjadi sangat penting. Karakteristik produk dan produksi komoditas pertanian juga menyebabkan skala usaha kecil dibidang Agribisnis kebanyakan dapat mencapai skala ekonomis. Pada umumnya, tanaman holtikultura dapat diusahakan dalam skala yang kecil dengan tingkat efisiensi yang cukup tinggi. Akan tetapi, komoditas perkebunan seperti; kelapa sawit , teh, kina, karet, tebu dan lain-lain akan sangat tidak efisien jika diusahakan dalam skala kecil pada komoditas tersebut maka perlu dibentuk pola-pola kemitraan ,seperti perkebunan inti rakyat (PIR).
5.    Perencanaan Proses Produksi Pertanian
Setelah menetapkan jenis usaha dan varietas komoditas yang akan diusahakan, lokasi produksi dan penempatan fasilitas serta skala usaha yang akan di jalankan, maka mulai merencanakan proses produksi. Khusus dalam pembukaan usaha baru diperlukan perencanaan pengadaan fasilitas yang terlebih dahulu harus dirampungkan. Setelah itu,  dilanjutkan dengan perencanaan proses produksi yakni biaya produksi, penjadwalan proses produksi dan sumber-sumber input dan sistem pengadaannya.
6.    Biaya produksi pertanian
Perencanaan biaya produksi sangat terkait dengan kemampuan pembiayaan yang dimiliki oleh perusahaan, baik bersumber dari modal sendiri maupun dari sumber luar, seperti modal ventura, pembiayaaan melaluikredit, penjualan saham dan sumber-sumber pembiayaan lainya. Perencanaan biaya tersebut juga terkait dengan skala usaha, makin besar usaha yang dijalankan makin besar pula biaya produksi yang harus disediakan tetapi perlu diingat bahwa dengan penggunaan biaya produksi yang optimal dan ekonomis dapat menghasilkan pendapatan usaha yang maksimal.
7.     Penjadwalan Proses Pertanian
Penjadwalan proses produksi dibuat mulai dari pembukaan lahan sampai kepada proses panen dan penanganan pascapanen, terutama untuk komoditas yang memiliki gestation period yang relatif pendek, seperti
tanaman holtikultura. Namun, komoditas yang gestation perodnya relatif panjang, seperti tanaman perkebunan, biasanya penjadwalan secara rinci dilakukan secara bertahap, walaupun tetap ada perencanaan jangka panjang yang menyeluruh. Penjadwalan tanaman holtikultura yang berumur pendek memegang peranan penting sehubungan dengan fluktuasi harga dan permintaan dalam setahun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penjadwalan adalah jenis komoditas, kecenderungan permintaan dan fluktuasi harga, gestation period, pola produksi, pembiyaan dan lain-lain.
8.    Perencanaan Pola Produksi pertanian
Perencanaan pola produksi memegang peranan penting dalam penjadwalan, perencanaan tenaga kerja dan
input, pembiayaan, proses produksi dan operasi, penanganan pasca panen, serta sistem distribusi dan pemasaran, terutama untuk tanaman holtikultura yang memerlukan penanganan cepat. Pola produksi dapat dibagi kedalam beberapa bentuk, antara lain berdasarkan:
          1.   Jumlah komoditas yaitu komoditas tunggal, komoditas ganda dan multikomoditas.
2. Sistem produksi, yaitu pergiliran tanaman dan produksi massal.
9. Perencanaan dan sistem pengadaan input-input dan    sarana produksi pertanian
Perencanaan input-input dan sarana produksi mencakup kegiatan mengidentifikasi input-input dan sarana produksi yang dibutuhkan, baik dari segi jenis, jumlah, mutu ataupun spesifikasinya.  Secara umum, input-input dalam agribisnis adalah bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan modal. Dilain pihak sarana dan prasarana produksi adalah areal tempat produksi, perlengkapan dan peralatan serta bangunan-bangunan pendukung dan teknologi. Setelah input-input serta sarana dan prasrana produksi di indentifikasi dan dispesifikasi, maka disusun rencana dan sistem pengadaanya. Dua hal mendasar yang perlu menjadi titik perhatian dalam memilih sistem pengadaan adalah membuat sendiri atau membeli. Misalnya, dalam hal pengadaan bibit, apakah memproduksi bibit sendiri ataukah membeli dari sumber-sumber lain. Keputusan memproduksi sendiri atau membeli sangat tergantung pada biaya imbangan antara kedua alternatif tersebut.

BAB III.
PENUTUP

III.   1.   Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.    Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan baik individu maupun berkelompok untuk mencapai tujuan melalui rangkaian kegiatan berupa; Perencanaan ( Planning ), Pengorganisasian   ( Organizing ), Penggerakkan/pengarahan ( Actuating ) , dan Pengendalian/pengawasan ( Controlling ).
2.    Ruang lingkup manajemen produksi dalam usaha produksi pertanian terdiri atas: perencanaan produksi pertanian, pemilihan komuditas pertanian , pemilihan lokasi produksi pertanian dan penempatan fasilitas , skala usaha pertaniaan , perencanaan proses produksi pertanian , biaya produksi pertaniaan , penjadwalan proses pertanian dan perencanaan pola produksi.

III.   2.  Saran
Penyusun berharap kepada pembaca untuk menyimak, mempelajari dan menggunakan makalah ” Manajemen produksi dalam usaha produksi pertanian “  sebagai motivasi dan menjadi referensi kepada pembaca dalam melakukan kegiatan usaha disektor pertanian.  Akhirnya  penyusun sadari sepenuhnya bahwa makalah yang kami susun jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar