BAB. I.
PENDAHULUAN
I. 1. Latar belakang
Selama ini Indonesia dikenal sebagai Negara agraris,
terutama karena sebagian besar penduduknya masih mengandalkan pertanian sebagai
mata pencaharian. Selain itu, kondisi alam Indonesia yang terletak di wilayah
tropis sangat memungkinkan untuk pengembangan di sektor budidaya pertanian.
Pertanian merupakan salah satu sector ekonomi yang
menyerap tenaga kerja paling besar ( 45 % ), bahkan dalam keadaan krisis
ekonomi pada tahun1998 sektor pertanian merupakan sector yang paling survive
diantara sektor ekonomi yang lain. Namun demikian harus diakui bahwa sektor
pertanian merupakan sektor ekonomi yang paling rendah produktivitasnya.
Kontribusi sektor pertanian yang besar tersebut tidak diimbangi dengan
kontribusinya terhadap pendapatan nasional. Kontribusi sektor pertanian
terhadap pendapatan nasioanal hanya sekitar 16%. Hal ini berarti tenaga kerja
sektor pertanian menghasilkan nilai tambah yang rendah.
Lantas, jurus apa saja yang perlu diterapkan agar posisi
sektor pertanian bias memberikan kontribusi yang optimal terhadap pendapatan
nasional juga sekaligus mampu mendongkrak pendapatan petani.
Mengahadapi kondisi yang demikian diperlukan manajemen
yang lebih baik dan fleksibel serta inovasi teknologi yang berorientasi pada
kondisi lokal. Salah satunya adalah Perlunya penerapan manajemen produksi dalam
usaha produksi pertanian.
I. 2.
Tujuan
- Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan manajemen
- Untuk
mengetahui bagaimana cara memanajemen produksi dalam usaha produksi pertanian.
I.
3. Permasalahan
- Apa
yang dimaksud dengan manajemen
- Bagaimana
cara memanajemen produksi dalam usaha produksi pertanian.
BAB.
II.
PEMBAHASAN
II.
1. Pengertian Manajemen
Menurut
bahasa, manajemen berasal dari bahasa inggris “manajemen” yang berarti
mengurusi. Orang yang sering mengurusi suatu pekerjaaan dan memimpin pekerjaan
itu disebut Manajer. Sebagai kesimpulan dari berbagai pendapat tentang definisi
manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan baik individu maupun berkelompok
untuk mencapai tujuan melalui rangkaian kegiatan berupa :
- Perencanaan
( Planning ),
- Pengorganisasian
( Organizing ),
- Penggerakkan/pengarahan
( Actuating )
- Pengendalian/pengawasan
( Controlling )
II.
2. Manajemen Produksi Dalam Usaha Produksi
Pertanian
Usaha
produksi pertanian sangat variatif dan sangat tergantung kepada jenis komoditi
yang diusahakan. Namun, pada intinya manajemen produksi pertanian mencakup
kegiatan perencanaan, pengawasan, evaluasi dan pengendalian. Manajemen produksi
dalam usaha produksi pertanian tersebut diuraikan dibawah ini :
1. Perencanaan
Produksi Pertanian
Perencanaan merupakan suatu upaya penyusunan program baik
program yang sifatnya umum maupun yang spesifik, baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Suatu usaha produksi yang baru memerlukan perencanaan yang bersifat
umum atau yang sering disebut sebagai praperencanaan. Faktor - faktor yang
sangat penting dan harus diputuskan dalam praperencanaan agribisnis, khususnya
subsistem produksi primer/usaha tani adalah pemilihan lokasi produksi dan
pertimbangan fasilitas serta skala usaha setelah ketiga hal tersebut
diputuskan,maka dibuat rencana yang lebih spesifik menyangkut kebutuhan input -
input serta perlengkapan produksi.
2. Pemilihan
komoditas pertanian
Pemilihan
komoditas yang akan diusahakan memegang peranan penting dalam keberhasilan
usaha produksi pertanian. Komoditas yang bernilai ekonomis tinggi akan menjadi prioritas
utama tetapi perlu dipertimbangkan hal-hal yang berhubungan dengan pemasaranya.
Sebab,mungkin terjadi komoditas ekonomis dalam produksi tetapi tidak tepat
untuk daerah produksi dan wilayah pemasaran yang akan dituju. Komoditas yang telah
dipilih selanjutnya ditetapkan jenisnya/varietasnya sesuai dengan kondisi
topografi dan iklim lokasi yang direncanakan.
3.
Pemilihan Lokasi Produksi Pertanian dan
Penempatan Fasilitas.
Untuk
usaha agribisnis berskala kecil mungkin pemilihan lokasi produksi tidak menjadi
suatu prioritas, karena umumnya produksi dilakukan di daerah domisili para
petani. Namun usaha agribisnis yang berskala menengah keatas seperti perusahaan perkebunan, peternakan,
perikanan yang dikelola oleh perusahan dengan modal investasi yang berjumlah
besar, maka pemiliihan lokasi tersebut akan besar pengaruhnya bagi keberhasikan
dan kesinambungan usaha. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan
lokasi adalah ketersediaan tenagakerja, ketersediaan prasarana dan sarana fisik
penunjang, lokasi pemasaran,dan ketersediaan intensif wilayah. Tingkat upah
regional dan peraturan-peraturan ketenagakerjaan didaerah tersebut juga harus
menjadi pertimbangan, tingkat upah regional sangat berpengaruh kepada biaya
tenaga kerja yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Peraturan - peraturan
ketenagakerjaan juga berpengaruh kepada kewajiban-kewajiban perusahaan dalam
kaitanya dengan pemanfaatan tenaga kerja. Ketersediaan sarana dan prasarana
fisik penujang, seperti transportasi dan perhubungan, komunikasi, penerangan serta
pengairan/sumber air,sangat penting untuk menjadi pertimbangan dalam keputusan
lokasi produksi, sifat-sifat dan karakteristik produk-produk pertanian dan
perlengkapan input-input dan sarana produksinya yang kamba (voluinous) menyebabkan
ketersediaan sarana dan prasarana fisik tersebut menjadi sangat penting untuk
dipertimbangkan. Produk pertanian yang umumnya tidak tahan lama memerlukan
penanganan dan pengangkutan yang cepat menuju ke lokasi konsumen begitu juga
keberadaan alat komunikasi akan menjadi penting untuk transfer informasi dari lokasi
produksi ke lokasi pasar atau sebaliknya. Pertimbangan lainya adalah lokasi
pemasaran, sebaiknya lokasi produksi dekat dengan lokasi pemasaran terutama untuk
komoditas - komoditas yang tidak tahan lama, seperti produk hortikultura. Walaupun
demikian pada era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, jarak antara lokasi produksi
dan lokasi pasar tidak menjadi prioritas karena dengan teknologi daya tahan
produk dapat diperpanjang dan jarak relatif dapat diperpendek dengan alat-alat
pengangkutan yang cepat. Selanjutnya, intensif wilayah juga merupakan faktor pertimbangan
dalam menetapkan keputusan lokasi produksi, intensif wilayah sangat terkait dengan
kebijakan pemerintah daerah terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan operasi produksi tersebut. kebijakan pajak, kebijakan dan peraturan tenagakerja,
kebijakan Investasi, budaya pelayanan publik (demokrasi), dan lain – lain merupakan
intensif wilayah yang mempunyai daya tarik bagi investor untuk berusaha di
daerah tersebut.
4.
Skala usaha Pertanian
Skala
usaha pertanian sangat terkait dengan ketersediaan input dan pasar. Skala usaha
hendaknya diperhitungkan dengan
matang sehingga produksi yang dihasilkan tidak mengalami kelebihan pasokan atau
kelebihan permintaan. Begitu juga ketersediaan input seperti; modal, tenaga kerja,
bibit, peralatan, serta fasilitas produksi dan operasi lainya harus
diperhitungkan. Skala usaha yang besar secara teoretis akan dapat menghasilkan economics
of scale yang tinggi. Namun, kenyataan dilapangan seringkali skala besar
menjadi tidak ekonomis yang disebabkan oleh karakteristik produk dan produksi
komoditas pertanian yang khas. Oleh karena itu, dalam merencanakan usaha
produksi pertanian maka keputusan mengenai skala usaha menjadi sangat penting. Karakteristik
produk dan produksi komoditas pertanian juga menyebabkan skala usaha kecil dibidang
Agribisnis kebanyakan dapat mencapai skala ekonomis. Pada umumnya, tanaman
holtikultura dapat diusahakan dalam skala yang kecil dengan tingkat efisiensi
yang cukup tinggi. Akan tetapi, komoditas perkebunan seperti; kelapa sawit , teh,
kina, karet, tebu dan lain-lain akan sangat tidak efisien jika diusahakan dalam
skala kecil pada komoditas tersebut maka perlu dibentuk pola-pola kemitraan
,seperti perkebunan inti rakyat (PIR).
5. Perencanaan Proses Produksi Pertanian
Setelah menetapkan jenis usaha dan varietas
komoditas yang akan diusahakan, lokasi produksi dan penempatan fasilitas serta
skala usaha yang akan di jalankan, maka mulai merencanakan proses produksi. Khusus
dalam pembukaan usaha baru diperlukan perencanaan pengadaan fasilitas yang
terlebih dahulu harus dirampungkan. Setelah itu, dilanjutkan dengan perencanaan proses produksi
yakni biaya produksi, penjadwalan proses produksi dan sumber-sumber input dan sistem
pengadaannya.
6. Biaya produksi pertanian
Perencanaan biaya produksi sangat terkait
dengan kemampuan pembiayaan yang dimiliki oleh perusahaan, baik bersumber dari modal
sendiri maupun dari sumber luar, seperti modal ventura, pembiayaaan
melaluikredit, penjualan saham dan sumber-sumber pembiayaan lainya. Perencanaan
biaya tersebut juga terkait dengan skala usaha, makin besar usaha yang
dijalankan makin besar pula biaya produksi yang harus disediakan tetapi perlu diingat
bahwa dengan penggunaan biaya produksi yang optimal dan ekonomis dapat
menghasilkan pendapatan usaha yang maksimal.
7. Penjadwalan Proses Pertanian
Penjadwalan proses produksi dibuat mulai dari
pembukaan lahan sampai kepada proses panen dan penanganan pascapanen, terutama
untuk komoditas yang memiliki gestation period yang relatif pendek, seperti
tanaman holtikultura. Namun, komoditas yang gestation perodnya relatif
panjang, seperti tanaman perkebunan, biasanya penjadwalan secara rinci
dilakukan secara bertahap, walaupun tetap ada perencanaan jangka panjang yang
menyeluruh. Penjadwalan tanaman holtikultura yang berumur pendek memegang
peranan penting sehubungan dengan fluktuasi harga dan permintaan dalam setahun.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penjadwalan adalah jenis
komoditas, kecenderungan permintaan dan fluktuasi harga, gestation period, pola
produksi, pembiyaan dan lain-lain.
8. Perencanaan Pola Produksi pertanian
Perencanaan pola produksi memegang peranan
penting dalam penjadwalan, perencanaan tenaga kerja dan
input, pembiayaan, proses produksi dan operasi, penanganan pasca panen, serta
sistem distribusi dan pemasaran, terutama untuk tanaman holtikultura yang
memerlukan penanganan cepat. Pola produksi dapat dibagi kedalam beberapa
bentuk, antara lain berdasarkan:
1. Jumlah
komoditas yaitu komoditas tunggal, komoditas ganda
dan multikomoditas.
2. Sistem produksi, yaitu pergiliran tanaman
dan produksi massal.
9. Perencanaan dan sistem pengadaan input-input
dan sarana produksi pertanian
Perencanaan input-input dan sarana produksi
mencakup kegiatan mengidentifikasi input-input dan sarana produksi yang
dibutuhkan, baik dari segi jenis, jumlah, mutu ataupun spesifikasinya. Secara umum, input-input dalam agribisnis adalah
bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan modal. Dilain pihak sarana dan
prasarana produksi adalah areal tempat produksi, perlengkapan dan peralatan
serta bangunan-bangunan pendukung dan teknologi. Setelah input-input serta
sarana dan prasrana produksi di indentifikasi dan dispesifikasi, maka disusun rencana
dan sistem pengadaanya. Dua hal mendasar yang perlu menjadi titik perhatian
dalam memilih sistem pengadaan adalah membuat sendiri atau membeli. Misalnya, dalam
hal pengadaan bibit, apakah memproduksi bibit sendiri ataukah membeli dari
sumber-sumber lain. Keputusan memproduksi sendiri atau membeli sangat tergantung
pada biaya imbangan antara kedua alternatif tersebut.
BAB III.
PENUTUP
III.
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian
pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Manajemen
adalah sebuah proses yang dilakukan baik individu maupun berkelompok untuk
mencapai tujuan melalui rangkaian kegiatan berupa; Perencanaan ( Planning ), Pengorganisasian ( Organizing ), Penggerakkan/pengarahan ( Actuating
) , dan Pengendalian/pengawasan ( Controlling ).
2. Ruang lingkup manajemen produksi dalam usaha
produksi pertanian terdiri atas: perencanaan produksi pertanian, pemilihan
komuditas pertanian , pemilihan lokasi produksi pertanian dan
penempatan fasilitas , skala usaha pertaniaan , perencanaan proses produksi
pertanian , biaya produksi pertaniaan , penjadwalan proses pertanian dan perencanaan
pola produksi.
III.
2.
Saran
Penyusun berharap kepada
pembaca untuk menyimak, mempelajari dan menggunakan makalah ” Manajemen
produksi dalam usaha produksi pertanian “
sebagai motivasi dan menjadi referensi kepada pembaca dalam melakukan
kegiatan usaha disektor pertanian.
Akhirnya penyusun sadari
sepenuhnya bahwa makalah yang kami susun jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar