bintang jatuh

Kamis, 22 Januari 2015

Laporan Fieldtrip " Introduksi Mekanisasi Pada Budidaya Padi Sawah "



BAB. I
PENDAHULUAN
I. 1.   Latar belakang
Kegiatan fieldtrip yang dilakukan kali ini adalah untuk mengetahui penerapan mekanisasi pada budidaya padi sawah di lokasi tersebut. Dalam pertanian, proses budidaya merupakan kegiatan terencana yang meliputi pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat / hasil panennya. Kegiatan budidaya dapat dianggap sebagai inti dari usaha tani.
Padi ( Oryza sativa ) adalah bahan baku pangan pokok yang vital bagi rakyat Indonesia. Menanam padi sawah sudah mendarah daging bagi sebagian besar petani di Indonesia. Mulanya kegiatan ini banyak diusahakan di pulau Jawa. Namun saat ini hampir seluruh daerah di Indonesia sudah tidak asing lagi dengan kegiatan menanam padi di sawah, tidak terkecuali masyarakat di Batu Karopa.
Keterbatasan tenaga kerja, efisiensi waktu serta peningkatan produksi menjadi alasan pembenaran mengapa teknik mekanisasi sangat dibutuhkan petani dalam menunjang kegiatan budidaya tanaman pada umumnya dan budidaya padi sawah pada khususnya.
Penerapan mekanisasi pada kegiatan budidaya padi sawah mencakup semua tahapan budidaya padi sawah itu sendiri, dimulai dari tahap persemaian benih hingga pada tahapan panen dan pascapanen.
I. 2.   Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari Laporan Fieldtrip ini adalah untuk mengetahui sejauh mana penerapan mekanisasi dalam menunjang kegiatan budidaya padi sawah masyarakat di Batu Karopa Desa Tanah Harapan Kec. Rilau Ale Kab. Bulukumba
I. 3.   Manfaat
Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
-     Menjadi salah satu bahan informasi bagi masyarakat secara umum.
-     Dapat memberikan informasi ilmiah bagi petani dan instansi terkait tentang       introduksi mekanisasi pada kegiatan budidaya padi sawah.





.












BAB. II
PEMBAHASAN
II. 1.  Keadaan Umum Lokasi
Batu Karopa Desa Tanah Harapan Kec. Rilau Ale Kab. Bulukumba merupakan daerah sentra pertanian, terletak di ujung selatan Provinsi Sulawesi selatan berbatasan dengan Kab. Sinjai. Jarak dari Kota Makassar + 163 Km dan 12 Km dari Ibu Kota Bulukumba, dengan waktu tempuh  + 5 jam dari Kota Makassar.
Batu Karopa memiliki topografi relatif bergelombang, kemiringan lereng hampir tidak ada atau relatif datar dengan ketinggian tempat + 100 - 120 mdpl. Curah hujan di daerah tersebut maksimum 564 mm/tahun jatuh pada bulan Juni – November. Lama musim hujan 6 bulan dengan puncaknya berada pada bulan Juli. Suhu udara maksimum 330c dan suhu udara minimum 23,30c.
Dengan kondisi alam yang demikian diatas, menyebabkan mayoritas masyarakat di Desa tersebut berprofesi sebagai petani. Jenis tanaman yang mereka usahakan/budidayakan mayoritas adalah Tanaman tahunan berupa, Cengkeh, Kopi, Pala, Kakao, dll. Sedangkan untuk tanaman semusim, hasilnya kemudian untuk kebutuhan sehari – hari misalnya berupa, Padi, Jagung, Kacang-kacangan, dll dan Tanaman Hortikultura berupa Mangga, Rambutan, Durian, Manggis, dll.
II. 2.  Introduksi Mekanisasi Pada Setiap Tahapan Budidaya Padi Sawah di Lokasi Fieldtrip
a.   Pembibitan / Pesemaian
Pembibitan/pesemaian merupakan tahap awal dalam proses budidaya padi sawah. Pada tahap pembibitan/pesemaian, masyarakat di –
Batu Karopa pada umumnya hanya menggunakan alat – alat sederhana, misalnya Cangkul untuk menggemburkan tanah dan membuat bedengan untuk pesemaian, parang untuk membersihkan rumput dan sisa pertanaman sebelumnya, sabit untuk memotong rumput yang lebih tinggi serta garu yang dibuat sendiri dari bambu dan papan untuk meratakan tanah pesemaian.
b.   Pengolahan Tanah
Pada proses pengolahan tanah, masyarakat di Batu Karopa mayoritas sudah menggunakan alat yang lebih canggih, yaitu Hand Traktor dengan berbagai perlengkapannya, namun hanya sebagian kecil yang memiliki alat tersebut sisanya menyewa kepada petani yang memiliki dengan berbagai sistem pembayaran sewa. Namun ada juga petani yang masih memanfaatkan tenaga hewan untuk melakukan pengolahan tanah.
c.   Penanaman
Berbeda dengan sebagian besar daerah di Jawa, mereka sudah menggunakan alat canggih untuk membantu proses penanaman padi di lahan sawah. Masyarakat di Batu Karopa, masih mengandalkan tenaga manusia untuk melakukan penanaman. Tidak ada seorang petani pun  di Desa tersebut yang memiliki alat penanam padi. Namun, ada juga petani yang menggunakan sistem sebar benih, dimana petani tidak melakukan pembibitan/pesemaian hanya menabur langsung ke areal pertanaman dengan alasan kekurangan biaya dan tenaga kerja untuk melakukan penanaman.
d.   Pemeliharaan
Penggunaan alat pertanian pada tahap pemeliharaan tanaman berbeda – beda tergantung pada setiap tahapan pemeliharaan.
-       Pengairan. Pada tahap ini, penggunaan alat pertanian tergantung pada musim tanamnya. Pada musim penghujan, biasanya hanya menggunakan cangkul untuk membuka dan menutup aliran air pada pematang sawah. Sedangkan pada musim kemarau, biasanya menggunakan mesin pompa air untuk mengairi pertanaman padi.
-       Penyiangan / penyulaman. Tanpa penggunaan alat.
-       Pemupukan. Pada tahap ini, petani melakukan pemupukan dengan menaburkan atau melemparkan pupuk secara merata ke areal pertanaman padi.
-       Pemberantasan hama/penyakit. Berbagai bentuk alat handsprayer yang digunakan petani untuk melakukan pemberantasan hama/penyakit, mulai dari alat yang sangat sederhana seperti handsprayer yang dibuat sendiri dari sebatang pipa hingga handsprayer yang  bermesin.
e.   Panen
Pada proses panen, masyarakat di Batu Karopa sebagian besar menggunakan alat sederhana seperti Sabit, Ani-ani, dan alat perontok yang dibuat sendiri berupa papan yang berbentuk segi tiga. Kami tidak melihat peralatan yang lebih canggih semisal mobil atau traktor untuk panen. Mereka memanen hasil pertaniannya dengan menggunakan tenaga manusia, seringkali pada tahapan ini, petani kekurangan tenaga kerja panen sehingga banyak masyarakat dari luar desa bahkan ada tenaga kerja panen dari Kab. Je’neponto.
f.    Pascapanen
Setelah padi dipanen, bulir padi atau gabah lalu dikumpulkan dan dijemur. Proses penjemuran biasanya memakan waktu tiga sampai tujuh hari, tergantung kecerahan penyinaran matahari. Penggunaan mesin pengering jarang dilakukan. Setelah gabah kering, kemudian digiling dengan mesin penggiling padi yang dimiliki oleh sejumlah petani setempat. Mesin penggiling padi yang ada di Lokasi hanya berkapasitas rendah dengan kualitas besar yang dihasilkan rendah pula.
II. 3.  Kendala Penerapan Mekanisasi Pada Kegiatan Budidaya Padi Sawah di           Lokasi Fieldtrip.
Keberadaan alat – alat pertanian untuk menunjang pertanaman padi sawah di Batu Karopa yang kurang, bukan tanpa alasan. Berbagai kendala sehingga penerapan mekanisasi tidak optimal, diantaranya :
-       Masyarakat di Batu Karopa menjadikan tanaman padi sawah merupakan tanaman kedua setelah tanaman tahunan (Cengkeh, Pala, Kakao dan Kopi).
-       Keterbatasan modal petani untuk membeli peralatan yang lebih canggih.
-       Bantuan dan Sosialisasi tentang penerapan Mekanisasi pada usaha budidaya padi sawah masih kurang.







BAB III
PENUTUP
III. 1.    Kesimpulan
Mekanisasi pertanian merupakan introduksi dan penggunaan alat mekanis untuk melaksanakan operasi pertanian. Mekanisasi pertanian disebut juga sebagai aplikasi ilmu engenering untuk mengembangkan, mengorganisir dan mengatur semua operasi dalam budidaya.
Pada umumya, masyarakat di Batu Karopa hanya menggunakan alat – alat yang masih sederhana dalam menunjang usaha budidaya padi sawah. Kurangnya penggunaan alat – alat pertanian yang lebih canggih bukan tanpa alasan mereka umunya mengutamakan tanaman tahunan dan hortikultura, kurangnya modal untuk mengadakan alat tersebut menjadi alasan kedua serta kurangnya sosialisasi dan bantuan mekanisasi yang masih kurang.
III. 2.    Saran
Penerapan mekanisasi pada berbagai usaha budidaya baik budidaya tanaman tahunan, budidaya tanaman hortikultura maupun bididadaya tanaman semusim sangat diperlukan. Namun untuk menerapkan sistem mekanisasi pada usaha budidaya tidaklah mudah, selain mahalnya harga alat – alat mekanisasi pertanian juga dikarenakan masih kurangnya sosialisasi dan kesadaran petani untuk menerapkan sistem mekanisasi pertanian.
Untuk itu, peran Pemerintah setempat dan para penyuluh lapangan untuk lebih giat mengkampanyekan sistem mekanisasi pertanian untuk meningkatkan produksi dan produktivitas serta pendapatan petani.


DAFTAR PUSTAKA
-       Anonymous. (2014). Profil Desa Tanah Harapan. Kab. Bulukumba
-       B.S. Vegara, dkk. (1990). Bertanam Padi Sawah, Swadaya.
-       Dr. Muhajir Utomo. (1990). Bertanam Padi Sawah Tanpa Olah Tanah. Swadaya.
-       Soemarjono, dkk. (1990). Bertanam Padi Sawah. Swadaya.
-       Saipol. (2012). Dampak Mekanisasi Pertanian Terhadap Pembangunan Pedesaan.http://saipol-book.blogspot.com/2012/05/dampak-mekanisasipertainan -terhadap.html. Di akses tanggal 15 Januari 2015, Pukul 22.00 WITA.
-       Lutfi Setyono. (2012). Alat & Mesin Pengolahan Tanah dan Padi (Tradisional dan Modern). http://lutfiblurry.blogspot.com/2012/01/alat-mesin-pengolahan-tanah-dan-padi.html. STUDENT IPB. Bogor. Di akses tanggal 15 Januari 2015, pukul 22.15 WITA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar