bintang jatuh

Selasa, 06 Januari 2015

Teknik Budidaya Tanaman Kopi Arabika ( Coffea arabica ) di Desa Tongko Kec. Baroko Kab. Enrekang



BAB. I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar belakang
Fieldtrip yang dilakukan kali ini adalah untuk mengetahui cara budidaya tanaman Tahunan khususnya budidaya tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) yang yang dilakukan masyarakat di Desa Tongko Kec. Baroko Kab. Enrekang. Dalam pertanian, budidaya merupakan kegiatan terencana yang meliputi pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat / hasil panennya. Kegiatan budidaya dapat dianggap sebagai inti dari usaha tani.
Usaha budidaya tanaman mengandalkan pada penggunaan tanah atau media lainnya di suatu lahan untuk membesarkan tanaman dan lalu memanen bagiannya yang bernilai ekonomi. Bagian ini dapat berupa biji, buah / bulir, daun, bunga, batang, tunas serta semua bagian lain yang bernilai ekonomi. Kegiatan budidaya tanaman yang dilakukan dengan media tanah dikenal pula sebagai bercocok tanam.
Sekilas tentang Kopi Arabika, Kopi Arabika (Coffea arabica) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menjadi produk ekspor unggulan di Indonesia. Harga kopi arabika lebih mahal dibandingkan dengan kopi robusta karena adanya cita rasa khas.  Untuk kualitas ekspor saat ini harga kopi arabika berkisar antara US$ 3-4 per kg sedangkan kopi robusta US$ 1.4-2 per Kg
Untuk itu, dalam kegiatan fieldtrip kali ini mahasiswa Agronomi untuk mata kuliah Budidaya Tanaman Tahunan akan mengamati tanaman Kopi Arabika tentang teknik budidaya yang diterapkan masyarakat disana, apakah sesuai dengan teknik – teknik budidaya yang baik serta memberikan solusi permasalahan yang timbul ditengah masyarakat dalam melakukan usaha budidaya tanaman Kopi Arabika .

I. 2. Rumusan masalah
Dari uraian di atas, yang menjadi permasalahan dalam laporan ini yaitu :
-     Bagaimana keadaan umum lokasi fieldtrip tersebut ?
-     Bagaimana kegiatan budidaya tanaman tahunan ( Kopi Arabika ) di lokasi        tersebut ?
-     Masalah apa yang dialami petani Kopi di lokasi tersebut dan bagaimana            solusinya ?
I. 3. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari Laporan Fieldtrip ini, yaitu :
-     Untuk mengetahui keadaan umum lokasi tersebut.
-     Untuk mengetahui kegiatan budidaya tanaman Tahunan ( Kopi Arabika ) di      Lokasi tersebut
-     Untuk mengetahui permasalahan yang dialami petani kopi dan mencarikan     solusi permasalahannya
I. 4. Manfaat
Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
-     Menjadi salah satu bahan informasi bagi masyarakat secara umum.
-     Dapat memberikan informasi ilmiah bagi petani dan instansi terkait tentang       Budidaya Tanaman kopi di Desa Tongko Kec. Baroko Kab. Enrekang.




BAB. II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. Syarat Tumbuh
Kopi arabika memiliki persyaratan tumbuh sebagai berikut :
-     Ketinggian 700 – 1500 m  dpl dengan kisaran optimum 900 – 1100 m dpl.          Batas terendah  ketinggian tempat untuk pertumbuhannya dibatasi oleh     ketahanannya terhadap penyakit karat daun (Hemileia vastatrix) dan batas         ketinggian tempat tertinggi dibatasi adanya frost (suhu sangat rendah).
-     Iklim memiliki batas yang tegas antara musim kering  dan penghujan atau         Iklim C – D menurut Schmidt dan Fergusson dengan curah hujan  1.000–           2.000 mm/tahun dengan 3–5 bulan kering.
-     Dapat tumbuh dengan baik pada tanah dengan tekstur geluh pasiran dan        kaya bahan organik, terutama pada daerah dekat permukaan tanah.
-     Produksi tanaman dapat stabil bila tersedia sarana pengairan dan atau pohon pelindung.
-     Sifat kimia tanah umumnya menghendaki pH agak masam yaitu 5,5 – 6,5.
II. 2. Persiapan lahan
Persiapan lahan dilakukan dua tahun sebelum tanam yang meliputi pekerjaan pendongkelan tanaman asal, pembersihan lahan, pembuatan jalan/saluran air, pembuatan teras, pengolahan tanah dan  penanaman pohon pelindung lamtoro.
II. 3. Pembibitan
Pembibitan kopi arabika dilaksanakan dengan sistem generatif ataupun vegetatif. Pembibitan generatif dengan menanam biji kopi arabika sesuai varietas yang direkomendasikan antara lain Komposit, USDA, Lini S atau Kate.  Saat ini PTPN XII mulai mengembangkan lagi varietas Blawan Pesumah, Blue Mountain dan Marragogype.
Kopi arabika dapat menyerbuk sendiri, sehingga segregasi biji bisa diminimalkan. Pembibitan secara vegetatif dengan cara stek sambung.  Batang bawah menggunakan kopi robusta BP 308 dengan batang atas komposit atau USDA.
II. 4. Penanaman
Penanaman tanaman kopi di lapangan dilaksanakan pada saat musim penghujan, umumnya pada  Bulan November- Desember. Jarak tanam tanaman kopi adalah 2,5 x 2 m  dengan populasi 2.000 ph/Ha.
Sebelum penanaman terlebih dahulu dilakukan pekerjaan lubang tanam dengan ukuran 60  x 60 x 40 cm. Pekerjaan lubang tanam dilakukan 2 bulan sebelum tanam, kemudian diisi  dengan bahan organik yang sudah mengalami dekomposisi sebanyak 10 kg per lubang.
II. 5. Pemeliharaan  Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Masa  TBM pada tanaman Kopi Arabika adalah 3 tahun.  Pemeliharaan utama pada masa TBM  ini adalah pengolahan tanah, pengendalian  gulma, pemupukan, pembersihan tunas air, pangkas bentuk dan pengendalian hama dan penyakit.
A.  Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dilakukan dua kali setahun menjelang pemupukan. Selain itu perlu dibuat rorak untuk menampung bahan organik seperti pupuk kandang, limbah pangkasan naungan sementara dll. Pada tanah datar ukuran rorak adalah 100 x 30 x 30 cm, sedangkan pada tanah miring dengan 60 x 30 x 30 cm.
Rorak tersebut dibuat setiap tahun selama masa TBM dengan letak berpindah pindah ( Misalnya pada TBM 1 letaknya di sebelah utara tanaman maka pada TBM 2 dibuat di sebelah barat dan TBM 3 di sebelah timur ).
B.  Pengendalian gulma
Pengendalian gulma pada TBM saat ini menggunakan kimiawi dengan rotasi setahun dilakukan 4 kali.
C.  Pemupukan
Pemupukan dilakukan 3 kali setahun, yaitu bulan Pebruari, April dan November.  Dosis pemupukan untuk TBM tahun ke 1 s/d 3 per tahun adalah sebagai berikut :
TBM tahun ke
Dosis pupuk (gram/pohon)
Urea
TSP
KCL
Kiesrite
1
50
50
50
20
2
80
80
80
40
3
120
120
120
60
D.  Pangkasan
Pangkas bentuk dilakukan agar habitus tanaman kopi menjadi kuat dan mempunyai percabangan yang produktif pada saat menjadi Tanaman Menghasilkan (TM).  Pangkas bentuk pada TBM I dilakukan dengan klipping atau penyunatan pada ketinggian 80 cm.  Pada TBM II atau ketinggian 120 cm dilakukan toping atau pemotongan tunas.  Setelah pada TBM III dilakukan pemeliharaan tunas baru (bayonet) sampai ketinggian 160cm. Selain itu selalu dijaga agar tanaman bebas dari tunas air.


E.  Pengendalian hama dan penyakit
Hama utama yang perlu dikendalikan secara kimiawi adalah Kutu Hijau (Coccus viridis). Umumnya hama tersebut mulai muncul pada pertengahan musim hujan. Pengendaliannya adalah dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif metidathion konsentrasi 0,2 %. Penyemprotan dilakukan dengan interval satu minggu sampai gejala serangan hilang.
II. 6. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
Pemeliharaan TM Kopi Arabika dilakukan dengan tujuan agar produksi optimum dan berkesinambungan.  Pekerjaan pada TM meliputi pengolahan tanah, pangkasan penaung, pangkasan kopi, pemupukan dan pengendalian hama  penyakit.
A.  Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dilakukan setiap tahun pada saat menjelang musim penghujan. Selain itu pada tanah-tanah dengan kemiringan > 15o perlu dibuat rorak ukuran 100 x 30 x 30 cm dengan posisi di atas tanaman kopi.
B.  Pemangkasan naungan
Pemangkasan naungan, dalam hal ini penaung Lamtoro ada dua macam yaitu pronggolan/tokok dan rempesan.
-     Pronggolan adalah pemotongan penaung Lamtoro dengan ketinggian         1,6-2 m dari permukaan tanah. Tujuannya adalah untuk memasukkan             sinar matahari ke dalam pertanaman kopi dan memacu fase generatif             tanaman kopi tersebut. Intensitas tokok 50% dari populasi penaung    lamtoro yang ada. Tokok dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember.
-     Rempesan adalah memangkas cabang penaung yang kesamping dan        mengurangi cabang/tunas ortotrop lamtoro yang tumbuh  terlalu banyak           akibat pronggolan (umumnya disisakan dua cabang). Rempesan      dilakukan pada pertengahan hingga menjelang akhir musim hujan.
C.  Pemangkasan Tanaman Pokok ( Kopi )
Pangkasan kopi yang dilaksanakan adalah pangkasan sistim batang tunggal (single stem). Dengan sistim batang tunggal tersebut maka pangkasan pemeliharaan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
-     Pangkas lepas panen
Pangkas lepas panen dilaksanakan setelah panen selesai, untuk wilayah Jawa Timur antara Bulan September–Oktober. Pada pangkasan ini yang dipangkas adalah cabang – cabang yang tidak produktif, yaitu cabang – cabang yang telah berbuah lebih dari 2 kali, cabang ke atas, cabang cacing, cabang  sakit, cabang yang arah pertumbuhannya membalik,  dan cabang kering.
-     Pangkas halus (wiwil halus)
Pangkas halus dilakukan 3 bulan setelah pangkas lepas panen kemudian diulang 2 bulan kemudian dengan melihat kondisi pertumbuhan cabang. Dalam pelaksanaannya pangkas halus adalah membuang cabang-cabang muda yang baru tumbuh dan menyisakan cabang yang akan berbuah .
-     Pangkas kasar (wiwil kasar)
Pangkas kasar adalah membuang tunas air yang tumbuh. Umumnya dilaksanakan setiap dua bulan selama musim penghujan.

D.  Pemupukan
Pelaksanaan pemupukan 2 kali setahun, yaitu pada bulan Maret dan Nopember dengan dosis mengacu pada hasil analisa tanah dan daun.
E.  Pengendalian hama dan penyakit
Hama pada TM yang sering menjadi masalah adalah hama kutu hijau yang pengendaliannya sama dengan pada TBM. Sedangkan penyakit utama pada TM adalah Karat Daun Kopi yang disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix. Untuk mengendalikan penyakit tersebut dilakukan penyemprotan fungisida Triadimefon dengan konsentrasi 0,2 %. Penyemprotan dilaksanakan setiap minggu mulai ada gejala serangan sampai dengan gejala serangan hilang. Gejala serangan berupa bulatan-bulatan spora yang nampak kemerahan pada daun bagian bawah.
II. 7. Panen
Panen Kopi Arabika dilakukan dengan cara memetik buah kopi masak yang berwarna merah dengan rotasi 12 hari.  Selain itu juga dipetik buah kopi yang berwarna hitam/kering.
Sebelum dilaksanakan panen lahan harus bersih dari gulma dan  seresah daun  kopi. Hal tersebut dimaksudkan agar pemetik dapat bekerja dengan leluasa dan buah kopi yang jatuh akan kelihatan dan dapat segera dipungut.
Sebelum dikirim ke pabrik dilakukan sortasi gelondong yang memisahkan kopi  gelondong merah, kopi gelondong hitam/kismis dan kopi gelondong hijau. Kopi gelondong hijau ini tidak diperbolehkan dipetik tetapi dalam pelaksanaannya ada yang terikut sehingga perlu dipisahkan. Hasil petik atau panen yang baik  menghasilkan  gelondong merah minimal 95 %.
II. 8. Pengolahan
Pengolahan Kopi Arabika dimulai dari penerimaan kopi gelondong dari lapangan/kebun sampai dengan pengepakan dan pengiriman. Ada dua macam proses pengolahan, yaitu proses kering (dry process) dan process basah (wet process).
Proses kering dilakukan pada kopi gelondong mutu inferior (hijau/hitam/kismis). Pada proses kering kopi dari kebun langsung dijemur pada lantai jemur atau dikeringkan secara mekanis dengan vis dryer.
Proses basah dilakukan pada kopi gelondong mutu Superior (merah) dengan urutan pengolahan sebagai berikut :Penerimaan kopi gelondong
1.    Perambangan (pemisahan superior dan inferior)
2.    Penggilingan (pulping)
3.    Fermentasi
4.    Pencucian
5.    Penuntasan
6.    Pengeringan
7.    Penggerbusan (pelepasan kulit tanduk) dan pengayakan (sizing)
8.    Sortasi biji
9.    Pengepakan dan pengiriman






BAB. III
KEADAAN UMUM LOKASI
III. 1. Letak Geografis
Wilayah Kecamatan Baroko Kab. Enrekang secara geografis terletak antara 130 180 360 LU dan 300 5000 LS dan diantara 130 180 360 BT.
Kecamatan Baroko Kab. Enrekang berbatasan dengan :
-   Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tanah Toraja
-   Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Curio
-   Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Alla
-   Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Alla
III. 2. Wilayah Administrasi
Secara administrasi luas wilayah Kec.Baroko adalah 41,08 Km2, yang terdiri dari 5 Desa/Kelurahan definitif.
Jumlah Desa/Kelurahan dan luas wilayah berdasarkan luas statistic Kecamatan Baroko adalah sebagai berikut :
1. Desa Baroko, luas wilayah 9,40 Km2
2. Desa Tongko, luas wilayah 9,41 Km2
3. Desa Benteng Alla, luas wilayah 6,56 Km2
4. Desa Patongloang, luas wilayah 6,26 Km2
5. Desa Benteng Alla Utara, luas wilayah 11,14 Km2
III. 3. Ketinggian Tempat
Desa Tongko Kecamatan Baroko sebagai lokasi pelaksanaan fieldtrip berada pada ketinggian 1100 – 1400 mdpl, sehingga sangat cocok untuk membudidayakan tanaman hortikultura.

III. 4. Kemiringan
Keadaan topografi Desa Tongko Kec. Baroko, yaitu medan yang dilalui bergelombang, berbukit dan bergunung serta lebah yang sangat curam. Sehingga terdapat perbedaan kemiringan tempat, sebagai berikut :
-   Kemiringan antara 2-14 %, sebanyak 1125 Ha
-   Kemiringan antara 15-40 %, sebanyak 1793 Ha
-   Kemiringan antara 41 % keatas, sebanyak 556 Ha
III. 5. Keadaan Tanah
Jenis tanah yang ada di Desa Tongko Kec. Baroko terbagi kedalam 2 golongan, yaitu jenis tanah Mediteran dan Potsolik dengan pH tanah 5,4 – 6,2.
III. 6. Iklim
Berdasarkan data curah hujan station 3390 yang berada di Kecamatan Alla. Kecamatan Baroko pada umumnya dan Desa Tongko pada khususnya berada pada tipe C2, yaitu :
-   Bulan basah 6 -7 bulan
-   Bulan kering 4 – 5 bulan
III. 7. Luas Lahan Pertanian
Luas lahan pertanian Kec. Baroko secara umum hingga tahun 2010 adalah seluas 4151 Ha yang terdiri dari lahan basah/sawah dan lahan kering.
a. Lahan basah :
-     Sawah        : 255 Ha
-     Kolam          : -
b. Lahan kering :
      -     Pekarangan     : 137 Ha
      -     Tegalan            : 1458 Ha
      -     Perkebunan     : 1442 Ha
      -     Padang rumput : 122 Ha
      -     Hutan                : 258 Ha
Khusus untuk wilayah Desa Tongko Kec. Baroko, luas lahan menurut fungsi dan ekosistemnya dapat dibagi, sebagai berikut :
-   Total luas lahan    : 941 Ha
-   Pekarangan           : 37 Ha
-   Tegalan                  : 559 Ha
-   Perkebunan           : 301 Ha
-   Padang rumput     : 36 Ha
-   Hutan                      : 31 Ha
-   Sawah                    : 5 Ha
Luas lahan menurut komoditi yang diusahakan, umumnya ditanami tanaman sebagai berikut :
a. Sawah              : 5 Ha
b. Tegalan
      -     Palawija      : 5 Ha
      -     Sayuran      : 491 Ha
      -     Lain-lain     : 32 Ha
c.  Perkebunan
      -     Kakao          : 17 Ha
      -     Kopi             : 300 Ha
      -     Cengkeh    : 6 Ha
      -     Vanili           : -
      -     Lain-lain     : 7 Ha.
BAB. IV
METODOLOGI KEGIATAN
IV. 1. Waktu dan Tempat
A. Waktu :
Waktu pelaksanaan kegiatan fieldtrip ini selama 3 hari dari tanggal 30 Mei s/d 01 Juni 2014. Pengambilan data / wawancara terhadap responden ( petani ) dilaksanakan pada tanggal 31 Mei 2014, pukul 11.00 WITA.
B. Tempat
Tempat pelaksanaan kegiatan fieldtrip ini di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kab. Enrekang Prov. Sulawesi – selatan.
IV. 2. Alat dan Bahan
A. Alat :
-  Pulpen                             : untuk mencatat hasil wawancara
- Buku dan Kuisioner       : untuk mencatat hasil wawancara
- Kamera                             : untuk dokumentasi
B. Bahan : -
IV. 3. Cara Kerja
Siapkan alat dan bahan
Berkenalan dengan responden ( petani )
Berkunjung ke lahan petani
Mulai wawancara
Catat hasil wawancara
Dokumentasi setiap kegiatan
Buat laporan kegiatan
BAB. V
HASIL DAN PEMBAHASAN
V. 1. Latar Belakang Petani
   Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang terkenal dengan bermacam – macam komoditas yang dibudidayakan, terutama tanaman hortikultura. Untuk jenis tanaman tahunan terdapat berbagai jenis komoditi, diantaranya Kopi Arabika, Kopi Robusta dan Kakao. Tepatnya hari sabtu, tanggal 31 Mei 2014 pukul. 11.00 pagi WITA, kami melakukan wawancara dengan beberapa petani yang membudidayakan tanaman Kopi Arabika yang lokasinya berada di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang yang bernama Muslimin luas arealnya 1,25 Ha, Ahmad 2,00 Ha, Pana 0,50 Ha, Mangalla luas arealnya 1,00 Ha dan Yanto battong luas arealnya 2,00 Ha. Dari menanam komoditas tersebut, hasil produksi kemudian dijual sebagai mata pencaharian utama Pak Muslimin, dkk. Selain menjadi petani kopi, Bapak Muslimin juga membudidayakan berbagai macam tanaman hortikultura. Dulunya beliau memiliki kebun kopi seluas 5,00 Ha tetapi kebun kopi yang dimilikinya sudah tidak produktif lagi dan terserang berbagai hama/penyakit. Hal tersebut dikarenakan umur tanaman kopinya sudah tua tanpa adanya peremajaan tanaman. Akhirnya, lahan yang tadinya ditanami tanaman kopi kemudian diganti menjadi tanaman hortikultura salah satunya adalah tanaman kol.
Dalam melakukan aktivitas pertanian Bapak Muslimin mempunyai kepercayaan atau adat istiadat yaitu didasarkan pada tanggal dan tahun tertentu. Jika pada waktu tanggal muda menanam komoditas pertanian atau yang dikenal dengan sebutan “ Bumi Ke atas” maka tanaman akan cepat tumbuh. Selain itu, perkiraan cuaca juga menjadi kepercayaan dalam menentukan komoditas apa yang akan ditanam. Masyarakat Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang mempunyai kebiasaan bergotong royong dan penuh kebersamaan yang sifatnya berbagi pengalaman antara satu petani dengan petani lainnya. Petani di Desa tersebut umunya sangat sulit mendapatkan pinjaman modal dari Bank sehingga masyarakat disana kesulitan setiap kali akan memulai usaha taninya. Satu-satunya cara yang ditempuh masyarakat disana untuk mendapatkan modal usaha yaitu melalui tengkulak.
V. 2. Sistem Budidaya Tanaman Kopi Arabika Petani Setempat
Sistem budidaya yang dilakukan oleh bapak Muslimin, dkk adalah sebagai berikut :
a.    Varietas yang ditanam
Jenis varietas kopi yang dikembangkan/ditanam oleh petani ada 2 macam, yaitu kopi Arabika dan Kopi Robusta. Khusus untuk jenis kopi arabika, umur tanaman di desa tersebut berkisar antara 5 – 15 tahun
b.    Cara pengolahan tanah
Teknik/cara pengolahan tanah yang dilakukan petani dilapangan masih sangat sederhana, itupun dilakukan seadanya. Mereka lebih cenderung mengolah tanahnya secara manual yaitu dengan cara mencangkul karena lebih murah dan menghemat tenaga. Faktor kemalasan petani pun menjadi penyebab hal tersebut.
c.    Cara menentukan waktu tanam
Penentuan waktu tanam dilakukan secara musyawarah. Mereka biasanya berkumpul dalam satu tempat kemudian memusyawarahkan waktu tanam yang baik. Cara lain yang biasa juga mereka lakukan adalah dengan melihat tanda-tanda alam. Waktu tanam kopi dilokasi tersebut berkisar antara bulan Januari – Februari.
d.    Jarak Tanam
Jarak tanam yang digunakan 2 x 2 meter dengan jumlah populasi + 50000/Ha
e.    Pemupukan
Pemupukan yang dilakukan oleh petani setempat hanya sekali dalam setahun meliputi :
-   Jenis        : Jenis pupuk yang digunakan untuk tanaman kopi umumnya                     menggunakan pupuk Kandang, Urea, NPK Ponska dan Za.
-   Dosis        :  menggunakan pupuk urea sebanyak 100 Kg/Ha pupuk NPK                      Ponska sebanyak 50 - 75 Kg/Ha dan pupuk Za sebanyak 150                                     Kg/Ha
-   Cara         : disebar/ditabur di sekitar batang tanaman kopi dengan cara                          mengelilingi batang tanaman kopi
-   Waktu       :  pemupukan biasanya dilakukan setelah proses panen buah                       kopi
f.    Gulma           : Jenis gulma yang dominan adalah gulma berdaun sempit                                         dan tekian. Untuk pemberantasan gulma hanyak                                                    menggunakan metode sederhana yaitu dengan cara                                          mencabut sendiri dengan tangan atau bahkan tidak                                         memberantasnya.



g. Hama dan Penyakit :
- Hama : jenis hama yang paling merugikan petani kopi yaitu tikus,. Cara           pemberantasan hama yang dilakukan petani pada umumnya             yaitu dengan cara menggunakan pestisida kimia, sesuai jenis            hama yang menyerang.
-      Penyakit : jenis penyakit yang kami temui dilapangan adalah karat daun dan karat batang. Pengetahuan petani tentang penyakit pada tanaman padi sangat minim sehingga pemberantasan penyakit pada tanaman padi tidak dilakukan.
h. Panen/Produksi :
- Cara panen :      Panen Kopi Arabika dilakukan dengan cara memetik          buah kopi masak yang berwarna merah dengan rotasi           12 hari.  Selain itu juga dipetik buah kopi yang berwarna               hitam/kering.
- Pengolahan :     Sebelum dikirim ke pabrik dilakukan sortasi gelondong       yang memisahkan kopi  gelondong merah, kopi             gelondong hitam/kismis dan kopi gelondong hijau. Kopi             gelondong hijau ini tidak diperbolehkan dipetik tetapi                                 dalam pelaksanaannya ada yang terikut sehingga perlu     dipisahkan. Hasil petik atau panen yang baik      menghasilkan  gelondong merah minimal 95 %.
- Produksi :    Produksi tahun 2014, rata-rata 0.5 - 1 ton/ha. Tahun 2013             menurun karena adanya serangan hama tikus yaitu sebanyak           500 – 700 Kg/Ha.

BAB. VI
PENUTUP
VI. 1. Kesimpulan
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa teknik budidaya tanaman kopi arabika yang diusahakan oleh Bapak Muslimin, dkk pada khususnya dan masyarakat di Desa Tongko Kec. Baroko Kab. Enrekang pada umunya masih sangat sederhana jauh dari teknik budidaya tanaman kopi yang dianjurkan/sesuai. Hal tersebut terlihat dari metode budidaya yang diterapkan, penggunaan alat pertanian yang sederhana dan teknik/cara pemeliharaan tanaman serta pemeberantasan hama/penyakit yang masih tidak efisien.
Keadaan tersebut diakibatkan kurangnya pengetahuan petani tentang teknik budidaya kopi yang baik, kurangnya modal petani dalam melakukan usaha budidaya tanaman kopi, kurangnya perhatian pemerintah dalam hal pendampingan terhadap petani di desa tersebut serta kurangnya areal penanaman/pengembangan tanaman kopi di desa tersebut
VI. 2. Saran
  Dari hasil kegiatan wawancara yang dilakukan kepada beberapa orang petani kopi di desa tersebut, maka diperoleh beberapa fakta terkait masalah – masalah yang dialami petani selama melakukan usaha budidaya tanaman padi. Dari masalah tersebut kami mencoba memberikan saran ataupun solusi, antara lain :
a.    Pengetahuan akan teknik budidaya tanaman padi masih kurang, sehingga   diharapkan agar mampu menambah pengetahuannya tentang teknik    budidaya tanaman kopi. Baik melalui pelatihan – pelatihan yang             diselenggarkan pemerintah/swasta maupun usaha sendiri untuk   memperoleh informasi yang lebih banyak tentang teknik budidaya tanaman        kopi yang baik dan benar.
b.    Kekurangan modal setiap kali akan memulai usaha tani. Hal tersebut dapat   diantisipasi lebih awal dengan cara menabung setiap kali panen             sebelumnya. Pihak dari pemerintah juga diharapkan berperan lebih banyak            dalam memecahkan permasalahan ini, salah satunya dengan memberikan            bantuan baik berupa benih, pupuk, pestisida, dll. Ataupun mendatangkan          investor baik lokal maupun asing
c.     Pencetakan lahan baru untuk usaha budidaya tanaman kopi sangat   dibutuhkan oleh masyarakat setempat untuk menambah hasil produksi dan     pemenuhan kebutuhan sebagai sumber makanan pokok bagi masyarakat            setempat. Untuk itu perhatian pemerintah sangat diharapkan masyarakat        di desa tersebut.
d.    Peremajaan tanaman yang sudah tua, perlu diperhatikan oleh pemerintah     setempat









DAFTAR PUSTAKA
-     Anonymous. 2010. Data BPP Baroko Kecamatan Baroko Kab. Enrekang.       Enrekang.
Searching Google :
-      http://pekebun.com/sekilas-budidaya-kopi-arabika/comment-page-1/-      




















DOKUMENTASI KEGIATAN
Foto 1. Keadaan pertanaman kopi yang tidak terawat di Desa Tongko Kec. Baroko Kab.     Enrekang








Foto 2. Proses pengolahan kopi ( pengeringan ) yang masih sangat               sederhana
 













Foto 4. Proses wawancara terhadap salah seorang petani kopi di Desa                  Tongko Kec. Baroko Kab. Enrekang bernama bapak Mangalla
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar