BAB. I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Tanaman jagung sudah lama dibudidayakan
petani Indonesia dan merupakan tanaman pokok kedua setelah padi. Produksi
jagung Indonesia sebagian besar berasal dari pulau Jawa (± 66%) dan sisanya
barasal dari propinsi luar Jawa terutama Lampung, Sulawesi Utara, Sulawesi
Selatan, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur.
Jagung dimanfaatkan untuk konsumsi,
bahan baku industri pangan, industri pakan dan bahan bakar. Kebutuhan jagung
dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan seiring berkembangnya industri
pakan dan pangan.
Kendala dalam budidaya jagung yang
menyebabkan rendahnya produktivitas jagung antara lain adalah serangan hama dan
penyakit. Hama yang sering dijumpai menyerang pertanaman jagung salah satunya adalah
Ulat Penggerek Batang. Serangga ini termasuk dalam enam hama utama jagung di
Indonesia, selain ulat tanah, ulat grayak, lalat bibit, penggerek tongkol dan
belalang kembara. Jika menyerang tanaman berumur di bawah lima minggu kerugian
dapat mencapai 100% (alias puso). Hama ini berbahaya karena ia menyerang hampir
semua fase dan bagian batang seperti pangkal batang, titik tumbuh, tangkai
malai, serbuk sari dan tongkol.
Salah satu teknik pengendalian hama
Penggerek Batang (Ostrina furnacalis Guen
) yang telah direkomendasikan yaitu dengan menggunakan pestisida nabati
dari ekstrak Mimba. Penggunaan pestisida nabati ini selain ramah lingkungan
juga mudah didapat oleh petani.
I. 2. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
cara pengendalian hama Penggerek Batang (
Ostrina furnacalis Guen ) pada tanaman jagung dengan menggunakan Pestisida
Nabati dari Ekstrak Mimba.
I. 3. Manfaat
Dengan makalah ini diharapkan
dapat memberikan manfaat sebagai berikut
:
a. Makalah ini diharapkan
menjadi salah satu bahan informasi bagi masyarakat secara umum.
b. Dapat memberikan informasi ilmiah
bagi petani dan instansi terkait tentang teknik pengendalian Hama Penggerek
Batang ( Ostrina furnacalis Guen ) pada
tanaman jagung dengan menggunakan
Pestisida Nabati dari Ekstrak Mimba.
BAB. II
PEMBAHASAN
II. 1. Morfologi Tanaman Jagung
Jagung ( Zea mays L.) merupakan
salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi.
Sebagai sumber karbohidrat utama
di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di
Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia ( misalnya di Madura dan Nusa Tenggara ) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok.
Selain sebagai sumber Karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak ( hijauan maupun
tongkolnya ), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung ( dari biji dikenal
dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri ( dari
tepung biji dan tepung tongkolnya ). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan
baku pembuatan furfural. Jagung
yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan
farmasi.
Berdasarkan bukti genetik, antropologi,
dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah ( Meksiko
bagian selatan ). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini sekitar 10.000
tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan ( Ekuador )
sekitar 7000 tahun yang lalu dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru
pada 4000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik
menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakan
keturunan langsung dari teosinte
(Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun lalu oleh
penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays
ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan
semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays
ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya
spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini
dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras lokal maupun kultivar.
Jagung merupakan tanaman berumah satu
(monoecious), yaitu letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina dalam satu
tanaman. Dalam taksonominya jagung termasuk dalam ordo Tripsaceae, famili
Poaceae, sub famili Panicoideae, genusZea, dan spesies Zea mays L,
(Muhadjir, 1988).
II. 2. Karakteristik Hama Penggerek
Batang ( Ostrina furnacalis Guen ).
a. Biologi
Posisi taksonominya cukup rumit,
sehingga dianggap sebagai anggota kelompok spesies bersama-sama Ostrinia lain,
seperti O. orientalis, O. scapulalis, O. zealis dan O. zaguliaevi.
Bentuk dewasa berupa ngengat kecil
dengan rentang sayap sekitar 3,5 cm dengan warna cokelat kekuningan
disertai garis-garis kecokelatan. Telur diletakkan pada daun dalam kumpulan
dengan sekitar 25 - 50 butir. Telur berdiameter 0.5 mm, bewarna putih tetapi
menjadi hitam menjelang menetas. Telur yang terinfeksi tawon parasit berwarna
cokelat. Larva instar / tahap pertama
berwarna merah muda dengan bintik gelap dan kepala hitam. Larva tahap akhir
berwarna kuning kecoklatan dengan bintik-bintik gelap dan dapat mencapai 2,9 cm
panjangnya.
Ada gejala unik pada nisbah kelamin (sex-ratio)
dalam populasi yang condong pada betina yang jauh lebih banyak, bahkan sering
kali semua telur akan menghasilkan ngengat betina. Penyebabnya adalah infeksi bakteri yang menyebabkan
pengalihan organ seksual. Penerapan antibiotik mampu menghasilkan semua keturunan menjadi
jantan. Gejala serupa juga diketahui dialami beberapa jenis tawon dan krustasea karena infeksi
bakteri Wolbachia.
Pada saat pemikatan yang
mendahului perkawinan ngengat jantan memikat betina dengan menghasilkan
panggilan suara ultrasonik
dengan cara menggesek-gesekkan sisik sayap pada sisik dada (toraks). Akibat
suara itu, ngengat betina menjadi lemah tak berdaya untuk bergerak. Si jantan
lebih leluasa untuk mengawininya. Betina juga melepaskan feromon yang memikat jantan untuk mendekat.
b. Peranan dalam pertanian
Penggerek Batang (Ostrinia furnacalis)
adalah salah satu hama utama pertanaman jagung yang menyerang bagian batang maupun pangkal tongkolnya. Larvanya membuat saluran-saluran di dalam batang
selagi menggerogoti jaringan untuk makanannya,
sehingga ia disebut juga penggerek
batang jagung atau Asian corn borer. Penyebutan "asia" digunakan untuk
membedakannya dari penggerek batang jagung di kawasan beriklim sedang, European corn borer ( O. nubilalis ).
c. Penyebaran
Serangga ini termasuk dalam kelompok ngengat dan anggota suku Crambidae, yang
memang dikenal menyukai anggota rumput-rumputan. Penyebarannya adalah kawasan Asia Timur sampai Australia. Laporan penyebaran mencakup Cina, Indocina, Malesia ( termasuk Filipina ), Mikronesia, sampai Kepulauan Solomon.
Selain menyerang jagung, O. furnacalis juga memiliki inang lain yang
memiliki batang seperti jagung, misalnya cantel / sorgum.
Dari segi kerugian yang ditimbulkan pada pertanaman jagung, hama ini menempati
posisi kedua setelah penyakit bulai.
II. 3. Sistematika Tanaman Mimba ( Azadirachta indica ).
a. Klasifikasi dan Morfologi
- Klasifikasi
Divisi :
Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas :
Dicotyledonae
Subkelas :
Dialypetaleae
Bangsa :
Rutales
Suku :
Meliaceae
Marga :
Azadirachta
Jenis :
Azadirachta indica A. Juss.
-
Morfologi
Merupakan pohon yang tinggi batangnya
dapat mencapai 20 m. Kulit tebal, batang agak kasar, daun menyirip genap dan
berbentuk lonjong dengan tepi bergerigi dan runcing, sedangkan buahnya
merupakan buah batu dengan panjang 1 cm. Buah mimba dihasilkan dalam satu
sampai dua kali setahun, berbentuk oval, bila masak daging buahnya berwarna
kuning, biji ditutupi kulit keras berwarna coklat dan didalamnya melekat kulit
buah berwarna putih. Batangnya agak bengkok dan pendek, oleh karena itu kayunya
tidak terdapat dalam ukuran besar. Daun mimba tersusun spiralis, mengumpul di
ujung rantai, merupakan daun majemuk menyirip genap. Anak daun berjumlah genap
diujung tangkai dengan jumlah helaian 8 – 16, tepi daun bergerigi, bergigi,
beringgit, helaian daun tipis seperti kulit dan mudah layu.
b. Kandungan Bahan Aktif
Di dalam tanaman mengandung sekelompok
bahan aktif yang disebut “produk metabolit sekunder” (secondary metabolic
products), dimana fugsinya untuk berinteraksi atau berkompetisi, termasuk
menjadi bahan untuk melindungi diri dari gangguan pesaingnya. Mimba terutama
dalam biji dan daunnya mengandung beberapa komponen yang sangat bermanfaat
dalam bidang pertanian (pestisida dan pupuk)
Bahan aktif yang ada diantaranya adalah
azadirachtin, salanin, meliantriol, nimbin dan nimbidin. Mimba tidak membunuh
hama secara cepat, namun mengganggu hama pada proses makan, pertumbuhan,
reproduksi dan lainnya. Azadirachtin berperan sebagai ecdyson blocker atau zat
yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu suatu hormon yang
berfungsi dalam proses metamorfosa serangga. Salanin berperan sebagai penurun
nafsu makan (anti-feedant) yang mengakibatkan daya rusak serangga sangat
menurun, walaupun serangganya sendiri belum mati. Meliantriol berperan sebagai
penghalau (repellent) yang mengakibatkan serangga hama engan mendekati zat
tersebut. Nimbin dan nimbidin berperan sebagai anti mikroorganisme seperti
anti-virus, bakterisida, fungisida sangat bermanfaat untuk digunakan dalam
mengendalikan penyakit tanaman
c. Manfaat dan cara kerja
Tanaman ini dapat digunakan sebagai
bahan insektisida, bakterisida, fungisida, akarisida, nemasida dan virusida.
Selain itu, daunnya dapat digunakan sebagai obat malaria, bijinya untuk obat
kudis dan sebagai pengganti makanan ternak. Cara kerja dari pestisida berbahan mimba
ini adalah dapat berperan sebagai penolak, penarik anti feedant dan menghambat
perkembangan serangga baik sebagai racun perut maupun racun kontak.
II.
4. Teknik / Cara Pembuatan Pestisida Nabati dari Ekstrak Mimba
a. Ekstrak
Daun Mimba
- Bahan
dan Alat : - 1-2 kg daun mimba - Ember
- Alat penumbuk/ blender - Sabun
- Kain penutup - Alat
Penyaring
- Cara
Pembuatan : Rajang daun
mimba. Masukkan dalam ember, tambahkan 24 liter air. Tutup dengan kain biarkan selama 3 hari. Kemudian saring.
- Cara
Penggunaan : Tambahkan ke
dalam 1 liter larutan dengan 9 liter air. Masukkan
100 gram sabun. Aduk hingga rata, Semprotkan
ke seluruh bagian tanaman yang terserang.
- OPT
Sasaran : OPT secara umum
b. Ekstrak Biji Mimba
- Bahan
dan Alat : - 50 gr biji mimba - 10
cc alkohol
- Alat penumbuk/ blender - Sabun
- Kain penutup - Alat
Penyaring
- Cara
Pembuatan : Biji mimba
ditumbuk halus dan diaduk dengan 10 cc alkohol,
encerkan dengan 1 ltr air. Endapkan selama 24
jam, Kemudian saring.
- Cara
Penggunaan : Semprotkan
pada seluruh tanaman yang terserang.
- OPT
Sasaran : Wereng Cokelat, Penggerek Batang dan Nematoda.
II. 5. Aplikasi Pestida Nabati
Ekstrak Mimba Pada Tanaman Jagung
Pada dasarnya,
aplikasi pestisida ekstrak mimba sama untuk semua jenis tanaman
hortikultura/semusim tidak terkecuali untuk tanaman jagung. Hal yang membedakan
adalah kuantitas atau banyaknya ekstrak mimba yang digunakan dalam satuan
liter. Banyaknya penggunaan Pesnab Ekstrak Mimba tergantung pada jenis hama
yang menyerang dan luas lahan pertanaman. Misalnya, untuk hama Penggerek Batang
dibutuhkan lebih banyak Pesnab Ekstrak Mimba daripada hama Wereng. Penggunaan
Pesnab Ekstrak Mimba untuk luas lahan 1 Ha, dibutuhkan + 20 liter Pesnab
Ekstrak Mimba.
BAB
III
PENUTUP
III.
1. Kesimpulan
Kegiatan
pengendalian hama dan penyakit pada tanaman jagung dilakukan agar tanaman
jagung tidak mengalami gangguan kesehatan, yang akhirnya mengganggu hasil
produksinya sehingga dapat merugikan para petani.
Selama ini pengendalian
terhadap hama dan penyakit secara garis besar dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
secara tradisional dan secara modern. Cara tradisional atau manual, seperti :
ulat langsung diambil lalu dipencet hingga mati, hama tikus dengan cara
gropyokan beramai – ramai, mengusir burung dengan membuat orang – orangan, dll.
Sedangkan cara modern bisanya dengan menggunakan berbagai macam pestisida.
Salah satu
jenis Pestisida yang ramah lingkungan adalah Pestisida Nabati dari Ekstrak
Tanaman Mimba. Pemanfaatan Daun dan Biji Tanaman Mimba menjadi pestisida
terbukti ampuh mengendalikan hama pada tanaman jagung selain itu juga ramah
lingkungan jika dibandingkan dengan pestisida kimia.
Tanaman ini dapat digunakan sebagai
bahan insektisida, bakterisida, fungisida, akarisida, nemasida dan virusida.
Selain itu, daunnya dapat digunakan sebagai obat malaria, bijinya untuk obat
kudis dan sebagai pengganti makanan ternak. Cara kerja dari pestisida berbahan
mimba ini adalah dapat berperan sebagai penolak, penarik anti feedant dan
menghambat perkembangan serangga baik sebagai racun perut maupun racun kontak.
III.
2. Saran
Penyusun
berharap kepada pembaca untuk menyimak, mempelajari dan menggunakan makalah ” Penggunaan
Pestisida Nabati ( Ekstrak Mimba ) Dalam Mengendalikan Hama Penggerek Batang ( Ostrina furnacalis Guen ) Pada Tanaman
Jagung “ sebagai motivasi dan menjadi bahan referensi kepada pembaca dalam
melakukan kegiatan usaha disektor pertanian.
Akhirnya penyusun sadari
sepenuhnya bahwa makalah yang kami susun jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA
- Muhadjir, F. 1998. Karakteristik
Tanaman Jagung dalam Subandi, M. Syam, A. Wijiono. Jagung. Hal : 33-38. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan. Bogor.
- Anonymous.(2014).Ostriniafurnacalis.http://id.wikipedia.org/wiki/Ostrinia_furnacalis.
Tanggal akses 20 Desember 2014
- Kartono.(2012). Manfaat Tanaman Mimba Sebagai Insektisida Nabati dalam Surat Kabar
Berkah edisi Nomor 351, Tahun keduabelas, 8-15
Agustus 2012. http://banten.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=507:manfaat-tanaman-mimba-sebagai-insektisida-nabati&catid=12:koran&Itemid=12. Tanggal akses 20 Desember 2014.
- Setiawati, R. Murtiningsih, N.
Gunaeni, dan T. Rubiati. 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara
Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Balai Penelitian
Tanaman Sayuran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar