bintang jatuh

Selasa, 06 Januari 2015

Teknik Budidaya Tanaman Kol



BAB. I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar belakang
Fieldtrip adalah sebuah perjalanan lapangan atau ekskursi, yang dikenal sebagai perjalanan sekolah. Pengertian lainnya adalah perjalanan oleh sekelompok orang ke tempat yang jauh dari lingkungan yang normal mereka. Tujuan perjalanan biasanya pengamatan untuk penelitian pendidikan, non-eksperimental atau untuk menyediakan mahasiswa dengan pengalaman luar kegiatan sehari-hari.
Field trip yang dilakukan kali ini adalah untuk mengetahui cara budidaya tanaman hortikultura khususnya budidaya tanaman kol ( Brassica oleracea ). Dalam pertanian, budidaya merupakan kegiatan terencana yang meliputi pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat / hasil panennya. Kegiatan budidaya dapat dianggap sebagai inti dari usaha tani.
Usaha budidaya tanaman mengandalkan pada penggunaan tanah atau media lainnya di suatu lahan untuk membesarkan tanaman dan lalu memanen bagiannya yang bernilai ekonomi. Bagian ini dapat berupa biji, buah / bulir, daun, bunga, batang, tunas serta semua bagian lain yang bernilai ekonomi. Kegiatan budidaya tanaman yang dilakukan dengan media tanah dikenal pula sebagai bercocok tanam.
Dalam kegiatan fieldtrip kali ini, mahasiswa Agronomi dalam melakukan kegiatan diutamakan pada tanaman holtikultura tentang teknik budidaya yang baik dan juga pemasaran tanaman dan hasil tanaman. Field trip ini bertempat di Desa Tongko Kec. Baroko Kab. Enrekang


Disana banyak terdapat sentra pertanian terutama tanaman hortikultura seperti sayuran dan buah. Setelah mengenal beberapa tanaman yang ada di lokasi akhirnya penulis berkesimpulan akan meneliti teknik budidaya tanaman kol yang ada dilokasi tersebut, sebagai bahan kegiatan fieldtrip untuk mata kuliah Budidaya Tanaman Hortikultura.
I. 2. Rumusan masalah
Dari uraian di atas, yang menjadi permasalahan dalam laporan ini yaitu :
-     Bagaimana keadaan umum lokasi fieldtrip tersebut ?
-     Bagaimana teknik budidaya tanaman kol petani di Lokasi tersebut ?
-     Bagaimana teknik pengendalian hama yang dilakukan petani di Lokasi             tersebut ?
-     Bagaimana proses pemasaran hasil produksi petani kol di Lokasi tersebut ?
I. 3. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari Laporan Fieldtrip ini, yaitu :
-     Untuk mengetahui keadaan umum lokasi tersebut.
-     Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman kol di Lokasi tersebut
-     Untuk mengetahui teknik pengendalian hama yang dilakukan petani di lokasi             tersebut.
-     Untuk mengetahui proses pemasaran hasil produksi tanaman kol dilokasi         tersebut
I. 4. Manfaat
Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
-     Menjadi salah satu bahan informasi bagi masyarakat secara umum.
-     Dapat memberikan informasi ilmiah bagi petani dan instansi terkait tentang       Budidaya Tanaman Kol.
BAB. II
KEADAAN UMUM LOKASI
II. 1. Letak Geografis
Wilayah Kecamatan Baroko Kab. Enrekang secara geografis terletak antara 130 180 360 LU dan 300 5000 LS dan diantara 130 180 360 BT.
Kecamatan Baroko Kab. Enrekang berbatasan dengan :
-     Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tanah Toraja
-     Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Curio
-     Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Alla
-     Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Alla
II. 2. Wilayah Administrasi
Secara administrasi luas wilayah Kec.Baroko adalah 41,08 Km2, yang terdiri dari 5 Desa/Kelurahan definitif.
Jumlah Desa/Kelurahan dan luas wilayah berdasarkan luas statistic Kecamatan Baroko adalah sebagai berikut :
1.   Desa Baroko, luas wilayah 9,40 Km2
2.   Desa Tongko, luas wilayah 9,41 Km2
3.   Desa Benteng Alla, luas wilayah 6,56 Km2
4.   Desa Patongloang, luas wilayah 6,26 Km2
5.   Desa Benteng Alla Utara, luas wilayah 11,14 Km2
II. 3. Ketinggian Tempat
Desa Tongko Kecamatan Baroko sebagai lokasi pelaksanaan fieldtrip berada pada ketinggian 1100 – 1400 mdpl, sehingga sangat cocok untuk membudidayakan tanaman hortikultura.

II. 4. Kemiringan
Keadaan topografi Desa Tongko Kec. Baroko, yaitu medan yang dilalui bergelombang, berbukit dan bergunung serta lebah yang sangat curam. Sehingga terdapat perbedaan kemiringan tempat, sebagai berikut :
-     Kemiringan antara 2-14 %, sebanyak 1125 Ha
-     Kemiringan antara 15-40 %, sebanyak 1793 Ha
-     Kemiringan antara 41 % keatas, sebanyak 556 Ha
II. 5. Keadaan Tanah
Jenis tanah yang ada di Desa Tongko Kec. Baroko terbagi kedalam 2 golongan, yaitu jenis tanah Mediteran dan Potsolik dengan pH tanah 5,4 – 6,2.
II. 6. Iklim
Berdasarkan data curah hujan station 3390 yang berada di Kecamatan Alla. Kecamatan Baroko pada umumnya dan Desa Tongko pada khususnya berada pada tipe C2, yaitu :
-     Bulan basah 6 -7 bulan
-     Bulan kering 4 – 5 bulan
II. 7. Luas Lahan Pertanian
Luas lahan pertanian Kec. Baroko secara umum hingga tahun 2010 adalah seluas 4151 Ha yang terdiri dari lahan basah/sawah dan lahan kering.
a.   Lahan basah :
-     Sawah        : 255 Ha
-     Kolam          : -
b.   Lahan kering :
      -     Pekarangan     : 137 Ha
      -     Tegalan            : 1458 Ha
      -     Perkebunan     : 1442 Ha
      -     Padang rumput : 122 Ha
      -     Hutan                : 258 Ha
Khusus untuk wilayah Desa Tongko Kec. Baroko, luas lahan menurut fungsi dan ekosistemnya dapat dibagi, sebagai berikut :
-     Total luas lahan    : 941 Ha
-     Pekarangan           : 37 Ha
-     Tegalan                  : 559 Ha
-     Perkebunan           : 301 Ha
-     Padang rumput     : 36 Ha
-     Hutan                      : 31 Ha
-     Sawah                    : 5 Ha
Luas lahan menurut komoditi yang diusahakan, umumnya ditanami tanaman sebagai berikut :
a.   Sawah              : 5 Ha
b.   Tegalan
      -     Palawija      : 5 Ha
      -     Sayuran      : 491 Ha
      -     Lain-lain     : 32 Ha
c.   Perkebunan
      -     Kakao          : 17 Ha
      -     Kopi             : 300 Ha
      -     Cengkeh    : 6 Ha
      -     Vanili           : -
      -     Lain-lain     : 7 Ha.
BAB. III
TINJAUAN PUSTAKA
III. 1. Klasifikasi Tanaman
Berdasarkan klasifikasinya, kol/kubis termasuk dalam :
a). Divisi          : Spermatophyta
b). Sub Divisi  : Angiospermae
c). Kelas          : Dicotyledonae
d). Famili         : Cruciferae
e). Genus        : Brassica
f). Spesies       : Brassica oleracea
Dari klasifikasi ini turunlah varietas-varietas tanaman kol yang dibudidayakan, berikut ini merupakan kol varietas unggul :
1.   Kubis putih (B.o. var. capitata L. f.alba DC.)
      a. Kubis kepala bulat : krop bulat dan kompak, ukuran daun kecil sampai                     sedang, mempunyai daun luar berwarna hijau muda, memiliki teras atau                   hati kecil dan mempunyai batang pendek. Beberapa varietas unggul                                    kubis putih kepala bulat :
- Globe Master : umur panen 75 hari, produksi 2-2,5 kg/tanaman.
-  Emerald Cross Hybrid : umur panen 45 hari, produksi 1,2 kg/tanaman
-  Copenhagen Market : umur panen 72 hari, produksi 1,8-2 kg/tanaman
-  K-K Cros : umur panen 58 hari, produksi 1,6 kg/tanaman
-  Green Cup : umur panen 73 hari, produksi 1,5 kg/tanaman
-  Ecarliana : umur panen 60 hari, produksi 1 kg/tanaman
b.   Kubis kepala bulat runcing : Krop kubis berbentuk bulat dengan ujung       bagian atas meruncing sehingga nampak berbentuk elips. Contoh      varietas komersial :
- Early Jersey Wakefield : umur panen 63 hari, produksi 1 kg/tanaman
- Green point : umur panen 50 hari, produksi 1 kg/tanaman
c. Kubis kepala bulat datar: Krop kubis berbentuk bulat, bagian atasnya            mendatar dan nampak gepeng (baca "kol gepeng", krop kurang kompak             dan berongga, ukuran sedang sampai besar dan memiliki daun luar             yang melengkung ke arah dalam menutupi kepala. Beberapa jenis   komersial adalah :
      -            Premium Flat Dutch : umur panen 100 hari, produksi 4,5 kg/tanaman.
      -            Early Flat Dutch : umur panen 83 hari, produksi 2,4-2,7 kg/tanaman.
      -            O-S Cross : umur panen 80 hari, produksi 2 kg/tanaman.
      -            Surehead : umur panen 93 hari, produksi 3-4,5 kg/tanaman.
-   Kubis 632 Spring Light : umur panen 65 hari, produksi 1,8 kg /      tanaman.
-   Kubis 633 Summer Autumn: umur panen 60 hari, produksi 2 kg /             tanaman.
-   Kubis 634 Good Season: umur panen 45 hari, produksi 1,8 kg /    tanaman.
-   Kubis 635 Summer Summit: umur panen 50 hari, produksi 2 kg / tanaman.
-   Kubis 636 Tropical Delight: umur panen 50-55 hari, produksi 2 kg /          tanaman.
      - Kubis 637 Summit: umur panen 50 hari, produksi 1,5 kg/tanaman.
2. Kubis merah (B.o. var. capitata L. f. rubra.)
Krop berbentuk bulat kompak berwarna merah keunguan dan permukaan luar daun tertutup lapisan. Beberapa varietas yang mempunyai nilai ekonomi :
-     Ruby perfection: warna krop merah cerah, umur panen 80 hari, produksi     1,6 kg/tanaman.
-     Mammoth Red Rock: warna krop merah tua keunguan dan keras, umur       panen 100 hari, produksi 3,4 kg/tanaman.
-     Rubby ball: warna krop merah tua, umur panen 65 hari, produksi 1,5             kg/tanaman.
-     Res Acre: warna krop merah tua, umur panen 76 hari, produksi 1,8    kg/tanaman.
3. Kubis Savoy (B.o. var. sabauda L.)
Ciri-ciri memiliki daun keriting berbentuk babad/perut daging sapi, berwarna hijau, krop berbentuk bermacam-macam, bulat dan kerucut. Kubis ini biasa disebut kubis keriting/kubis babat. Contoh beberapa varietas komersial :
-     Perfection Drumhead: umur panen 90 hari, produksi 2,7-3,2 kg/tanaman.
-     Vorbote: produksi 1-2 kg/tanaman.
-     Savoy King Hybrid: umur panen 80 hari, produksi 1,8 kg/tanaman.
-     Savoy Ace: umur panen 80 hari, produksi 1,6 kg/tanaman.
-     Langedijk Early Yellow: produksi 1,5-2 kg/tanaman.
-     Langedijk Storage Yellow: produksi 2-3 kg/tanaman.
Selain jenis kubis diatas masih terdapat jenis lain yang cukup komersial yaitu kubis brussel (B.o. var. gemmivera DC.).
III. 2. Manfaat Tanaman
Sebagai bahan pangan untuk keperluan masakan seperti sup, sayur lodeh, pecel, lotek dan lain-lain atau dimakan langsung (lalapan) bersama menu lain. Manfaat lain dapat dibuat produk makanan instan seperti mie, makanan ringan dan makanan cepat saji lainnya.
Di bidang kesehatan, dapat digunakan sebagai pencegah dan obat sariawan, penyakit beri-beri, penyakit Xerophthalmia, radang syaraf, lemahnya otot-otot, luka-luka pada tepi mulut, dermatitis bibir menjadi merah dan radang lidah, kandungan niacin dapat mencegah penyakit palagra dan pembentuk tulang dan gigi.
III. 3. Syarat Pertumbuhan
A. Iklim
1. Pengaruh angin dirasakan pada evaporasi lahan dan evapotranspirasi tanaman. Laju angin yang tinggi dalam waktu lama (kontinyu) mengakibatkan keseimbangan kandungan air antara tanah dan udara terganggu, tanah kering dan keras, penguraian bahan-bahan organik terhambat, unsur hara berkurang dan menimbulkan racun akibat tidak ada oksidasi gas-gas beracun di dalam tanah.
2. Disebutkan jumlah curah hujan 80% dari jumlah normal (30 cm) memberikan hasil rata-rata 12% dibawah rata-rata normal.
3.   Stadia pembibitan memerlukan intensitas cahaya lemah sehingga memerlukan naungan untuk mencegah cahaya matahari langsung yang membahayakan pertumbuhan bibit. Sedangkan pada stadia pertumbuhan diperlukan intensitas cahaya yang kuat, sehingga tidak membutuhkan naungan.
4. Tanaman kubis dapat hidup pada suhu udara 10-24 derajat C dengan suhu optimum 17 derajat C. Untuk waktu singkat, kebanyakan varietas kubis tahan dingin (minus 6-10 derajatC), tetapi untuk waktu lama, kubis akan rusak kecuali kubis berdaun kecil (<3> 9), merupakan racun bagi akar-akar tanaman.
5. Kandungan air tanah yang baik adalah pada kandungan air tersedia, yaitu pF antara 2,5 - 4. Dengan demikian lahan tanaman kol memerlukan pengairan yang cukup baik (irigasi maupun drainase).
B. Ketinggian Tempat
Tanaman kubis dapat tumbuh optimal pada ketinggian 200-2000 m dpl. Untuk varietas dataran tinggi, dapat tumbuh baik pada ketinggian 1000-2000 m dpl.
III. 4. Pedoman Teknis Budidaya
A. Pembibitan
1. Persyaratan Benih
Benih yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a). Benih utuh, artinya tidak luka atau tidak cacat.
b). Benih harus bebas hama dan penyakit.
c). Benih harus murni, artinya tidak tercampur dengan biji-biji atau                  benih lain serta bersih dari kotoran.
d). Benih diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat.
e). Mempunyai daya kecambah 80%.
f). Benih yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air.


2. Penyiapan Benih
Penyiapan benih bertujuan untuk mempercepat perkecambahan benih dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit. Cara-cara penyiapan adalah sebagai berikut :
-   Sterilisasi benih, dengan merendam benih dalam larutan fungisida            dengan dosis yang dianjurkan atau dengan merendam benih dalam air          panas 55 derajat C selama 15-30 menit.
-   Penyeleksian benih, dengan merendam biji dalam air, dimana benih         yang baik akan tenggelam.
-   Rendam benih selama ± 12 jam atau sampai benih terlihat pecah agar      benih cepat berkecambah.
Kebutuhan benih per hektar tergantung varietas dan jarak tanam, umumnya dibutuhkan 300 gram/ha. Benih harus disemai dan dibumbun sebelum dipindahkan ke lapangan. Penyemaian dapat dilakukan di bedengan atau langsung di bumbung (koker). Bumbung dapat dibuat dari daun pisang, kertas makanan berplastik atau polybag kecil.
3. Teknik Penyemaian Benih
Hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi persemaian antara lain :
-   Tanah tidak mengandung hama dan penyakit atau faktor-faktor lain           yang merugikan;
-   Lokasi mendapat penyinaran cahaya matahari cukup; dan
-   Dekat dengan sumber air bersih.


Penyemaian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
-   Penyemaian di bedengan
Sebelum bedengan dibuat, lahan diolah sedalam 30 cm lalu dibuat bedengan selebar 110-120 cm memanjang dari arah utara ke selatan. Tambahkan ayakan pupuk kandang halus dan campurkan dengan tanah dengan perbandingan 1:2 atau 1:1. Bedengan dinaungi dengan naungan plastik, jerami atau daun-daunan setinggi 1,25-1,50 m di sisi timur dan 0,8-1,0 m di sisi Barat. Penyemaian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu disebar merata di atas bedengan atau disebar di dalam barisan sedalam 0,2-1,0 cm. Cara pertama memerlukan benih yang lebih sedikit daripada cara kedua. Sekitar 2 minggu setelah semai, bibit dipindahkan ke dalam bumbung. Bumbung dapat dibuat dari daun pisang atau kertas berplastik dengan ukuran diameter 4-5 cm dan tinggi 5 cm atau berupa polibag 7x10 cm yang memiliki dua lubang kecil di kedua sisi bagian bawahnya. Bumbung diisi media campuran ayakan pupuk kandang matang dan tanah halus dengan perbandingan 1:2 atau 1:1. Keuntungannya adalah hemat waktu, permukaan petak semaian sempit dan jumlah benih persatuan luas banyak. Sedangkan kelemahannya adalah penggunaan benih banyak, penyiangan gulma sukar, memerlukan tenaga kerja terampil terutama saat pemindahan bibit ke lahan.
-      Penyemaian di bumbung (koker atau polybag)
Dengan cara ini, satu per satu benih dimasukkan ke dalam bumbung yang dibuat dengan cara seperti di atas. Bumbung dapat terbuat dari daun pisang atau daun kelapa dengan ukuran diameter dan tinggi 5 cm atau dengan polybag kecil yang berukuran 7-8 cm x 10 cm. Media penyemaian adalah campuran tanah halus dengan pupuk kandang (2:1) sebanyak 90%. Sebaiknya media semai disterilkan dahulu dengan mengkukus media semai pada suhu udara 55-100 derajat C selama 30-60 menit atau dengan menyiramkan larutan formalin 4%, ditutup lembar plastik (24 jam), lalu diangin-anginkan. Cara lain dengan mencampurkan media semai dengan zat fumigan Basamid-G (40-60 gram/m2) sedalam 10-15 cm, disiram air sampai basah dan ditutup dengan lembaran plastik (5 hari), lalu plastik dibuka, dan lahan diangin-anginkan (10-15 hari).
-      Kombinasi cara pertama dan kedua
Pertama benih disebar di petak persemain, setelah berumur 4-5 hari (berdaun 3-4 helai), dipindahkan ke dalam bumbung.
-      Penanaman langsung.
Yaitu dengan menanam benih langsung ke lahan. Kelebihannya adalah waktu, biaya dan tenaga lebih hemat, tetapi kelemahannya adalah perawatan yang lebih intensif.
Lahan persemaian dapat diganti dengan kotak persemaian dan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a.   Buat medium terdiri dari tanah, pasir dan pupuk kandang (1:1:1).
b.   Buat kotak persemaian kayu (50-60 cm x 30-40 cm x 15-20 cm) dan      lubangi dasar kotak untuk drainase.
c.   Masukkan medium kedalam kotak dengan tebalan 10-15 cm.


4.   Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian.
-     Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari tergantung    cuaca.
-     Pengatur naungan persemaian dibuka setiap pagi hingga pukul 10.00   dan sore mulai pukul 15.00. Diluar waktu diatas, cahaya matahari         terlalu panas dan kurang menguntungkan bagi bibit.
-     Penyiangan dilakukan terhadap tanaman lain yang dianggap      mengganggu pertumbuhan bibit, dilakukan dengan mencabuti           rumput - rumput / gulma lainnya yang tumbuh disela - sela tanaman            pokok.
-     Dilakukan pemupukan larutan urea dengan konsentrasi 0,5 gram/liter    dan penyemprotan pestisida ½ dosis jika diperlukan.
-     Hama yang menyerang biji yang belum tumbuh dan tanaman muda       adalah semut, siput, bekicot, ulat tritip, ulat pucuk, molusca dan            cendawan. Sedangkan, penyakit adalah penyakit layu. Pencegahan            dan     pemberantasan digunakan Insektisida dan fungisida seperti         Furadan 3 G, Antrocol, Dithane, Hostathion dan lain-lain.
5.   Pemindahan Bibit
Pemindahan dilakukan bila bibit telah mempunyai perakaran yang kuat. Bibit dari benih/biji siap ditanam setelah berumur 6 minggu atau telah berdaun 5-6 helai, sedangkan bibit dari stek dapat dipindahkan setelah berumur 28 hari.
Pemindahan bibit dilakukan dengan cara sebagai berikut :
-     Sistem cabut, bibit dicabut dengan hati-hati agar tidak merusak    akar. Bila disemai pada polybag, pengambilan bibit dilakukan        dengan cara membalikkan polybag dengan batang bibit dijepit antara      telunjuk dan jari tengah, kemudian polybag ditepuk -  tepuk perlahan           hingga bibit keluar. Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang atau daun kelapa, bibit dapat ditanam bersama bumbungnya.
-     Sistem putaran, caranya tanah disiram dan bibit dengan diambil beserta tanahnya 2,5-3 cm dari batang dengan kedalaman 5 cm.
B. Pengolahan Media Tanam
1. Persiapan Lahan
Sebaiknya bukan lahan bekas ditanami tanaman famili Cruciferae lainnya. Dilakukan pengukuran pH dan analisa tanah tentang kandungan bahan organiknya untuk mengetahui kecocokan lahan ditanami kol/kubis.
Tanah digemburkan dan dibalik dengan dicangkul atau dibajak sedalam 40-50 cm, dibersihkan dari sisa-sisa tanaman dan diberi pupuk dasar. Setelah itu, dibiarkan terkena sinar matahari selama 1-2 minggu untuk memberi kesempatan oksidasi gas-gas beracun dan membunuh sumber-sumber patogen.
2. Pembuatan Bedengan
Bedengan dibuat dengan arah Timur-Barat, lebar 80-100 cm, tinggi 35 cm dan panjang tergantung keadaan lahan. Lebar parit antar bedengan ± 40 cm (parit pembuangan air PPA 60 cm) dengan kedalaman 30 cm (PPA 60 cm).
3. Pengapuran
Fungsi untuk menaikkan pH tanah dan mencegah kekurangan unsur hara makro maupun mikro. Dosis pengapuran bergantung kisaran angka pH-nya, umumnya antara 1-2 ton kapur per hektar. Jenis kapur yag digunakan antara lain: Captan (calcit) dan Dolomit.
4. Pemupukan
Bedengan siap tanam diberi pupuk dasar yang banyak mengandung unsur Nitrogen dan Kalium, yaitu Za, Urea, TSP dan KCl masing-masing 250 kg, serta Borax atau Borate 10-20 kg/ha. Pemberian pupuk kandang dilakukan sebanyak 0,5 kg per tanaman.
C. Teknik Penanaman
1. Penentuan Pola Tanam
Penentuan pola tanam tanaman sangat bergantung kesuburan tanah dan varietas tanaman dengan jarak tanam 50 x 50 cm. Pola penanaman ada dua yaitu larikan dan teratur seperti pola bujur sangkar; pola segi tiga sama sisi; pola segi empat dan pola barisan (barisan tunggal dan barisan ganda). Pola segi tiga sama sisi dan bujur sangkar tergolong baik karena didapatkan jumlah tanaman lebih banyak.
2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat sesuai dengan jarak tanam sedalam cangkul atau dengan ukuran garis tengan 20-25 cm sedalam 10-15 cm.
3. Cara Penanaman
-     Waktu tanam yang baik yaitu pada pagi hari antara pukul 06.00-10.00    atau sore hari antara pukul 15.00-17.00, karena pengaruh sinar           matahari dan temperatur tidak terlalu tinggi.
      -     Pilih bibit yang segar dan sehat (tidak terserang penyakit ataupun                       hama).
-     Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang atau, ditanam bersama    dengan bumbungnya, bila disemai pada polybag plastik maka   dikeluarkan terlebih dahulu dengan cara membalikkan polybag   dengan          batang bibit dijepit antara telunjuk dan jari tengah,       kemudian polybag ditepuk-tepuk secara perlahan hingga bibit      keluar dari polybag.
      -     Bila disemai dalam bedengan diambil dengan solet (sistem putaran),                  caranya menggambil bibit beserta tanahnya sekitar 2,5-3 cm dari                             batang sedalam 5 cm.
      -     Bibit segera ditanam pada lubang dengan memberi tanah halus                         sedikit - demi sedikit dan tekan tanah perlahan agar benih berdiri                           tegak.
      -     Siram bibit dengan air sampai basah benar.
4. Pemeliharaan Tanaman
      -     Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan dilakukan saat pemindahan bibit ke lahan, yaitu saat bibit berumur 6 minggu atau telah berdaun 5-6 helai (semaian biji) atau berumur 28 hari (semaian stek). Bila bibit disemai pada bumbung maka penjarangan tidak dilakukan. Sedangkan penyulaman hampir tidak dilakukan karena umur tanaman yang pendek (2-3 bulan).
-     Penyiangan
Penyiangan dilakukan bersama dengan penggemburan tanah sebelum pemupukan atau bila terdapat tumbuhan lain yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyiangan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam karena dapat merusak sistem perakaran tanaman, bahkan pada akhir penanaman sebaiknya tidak dilakukan.
-     Pembubunan
Pembumbunan dilakukan bersama penyiangan dengan mengangkat tanah yang ada pada saluran antar bedengan ke arah bedengan berfungsi untuk menjaga kedalaman parit dan ketinggian bedeng dan meningkatkan kegemburan tanah.
-     Perempelan
Perempelan cabang/tunas-tunas samping dilakukan seawal mungkin untuk menjaga tanaman induk agar pertumbuhan sesuai harapan, sehingga zat makanan terkonsentrasi pada pembentukan bunga seoptimal mungkin.
-     Pemupukan
Pemupukan susulan I dilakukan dengan urea 1gram per tanaman melingkari tanaman dengan jarak 3 cm disaat tanaman kelihatan hidup untuk mendorong pertumbuhan. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 10-14 hari dengan dosis 3-5 gram, dengan jarak 7-8 cm. Pemupukan ketiga dilakukan pada umur 3-4 minggu dengan dosis 5 gram pada jarak 7-8 cm. Bila pertumbuhan belum optimal dapat dilakukan pemupukan lagi pada umur 8 minggu.
-     Pengairan dan Penyiraman
Waktu pemberian air sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari. Pada musim kemarau, pengairan perlu dilakukan 1-2 hari sekali, terutama pada fase awal pertumbuhan dan pembentukan bunga.
-     Waktu Penyemprotan Pestisida
Untuk pencegahan, penyemprotan dilakukan sebelum hama menyerang tanaman atau secara rutin 1-2 minggu sekali dengan dosis ringan. Untuk penanggulangan, penyemprotan dilakukan sedini mungkin dengan dosis tepat, agar hama dapat segera ditanggulangi. Jenis dan dosis pestisida yang digunakan dalam menanggulangi hama sangat beragam tergantung dengan hama yang dikendalikan dan tingkat populasi hama tersebut.
-     Pemeliharaan Lain
Hal-hal yang penting dalam merawat tanaman adalah :
1. Menghindari pelukaan pada tanaman karena luka pada tanaman        merupakan salah satu jalan yang efektif dalam penularan penyakit       dan sangat disukai oleh hama.
2. Dalam pemupukan, pupuk tidak boleh mengenai tanaman dan            harus selalu diikuti dengan penyiraman.
5. Hama dan Penyakit
a. Hama
-     Ulat Plutella (Plutella xylostella L.)
-     Ulat croci (Crocidolomia binotalis Zeller)
-     Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn)
-     Kutu daun (Aphis brassicae)
-     Ulat daun
-     Bangsa siput
-     Cengkerik dan gangsir
-     Orong-orong.
b. Penyakit
-     Busuk hitam (Xanthomonas campestris Dows.)
-     Busuk lunak (Erwinia carotovora Holland.)
-     Akar bengkak atau akar pekuk (Plasmodiophora brassicae Wor.)
-     Bercak hitam (Alternaria sp.)
-     Busuk lunak berair
-     Semai roboh (dumping off)
-     Penyakit Fisiologis
6. Panen
a. Ciri dan Umur Panen
Umur masak petik atau panen tanaman kubis tergantung pada varietasnya, berumur pendek (genjah) dan berumur panjang (dalam).
-     Premium Flat Dutch : umur panen 100 hari, produksi 4,5 kg /   tanaman.
-     Early Flat Dutch : umur panen 83 hari, produksi 2,4 - 2,7 kg /   tanaman
-     O-S Cross : umur panen 80 hari, produksi 2 kg / tanaman.
-     Surehead : umur panen 93 hari, produksi 3-4,5 kg / tanaman.
-     Globe Master : umur panen 75 hari, produksi 2-2,5 kg / tanaman.
-     Emerald Cross Hybrid : umur panen 45 hari, produksi 1.2 kg / tanaman.
-     Copenhagen Market : umur panen 72 hari, produksi 1.8 - 2 kg /           tanaman.
-     K-K Cros : umur panen 58 hari, produksi 1,6 kg / tanaman.
-     Green Cup : umur panen 73 hari, produksi 1,5 kg / tanaman
-     Ecarliana : umur panen 60 hari, produksi 1 kg/tanaman.
Ciri-ciri kemasakan kubis adalah sebagai berikut :
-     Krop kubis mengeras dengan cara menekan krop kubis.
-     Daun berwarna hijau mengkilap.
-     Daun paling luar sudah layu.
-     Besar krop kubis telah terlihat maksimal.
b. Cara Panen
Pemetikan yang kurang baik akan menimbulkan kerusakan mekanis yang menyebabkan krop kubis terinfeksi patogen sehingga mudah pembusukan. Langkah-langkah dalam memetik kubis :
-     Pilih kubis yang telah tua dan siap dipetik.
-     Petik kubis dengan menggunakan pisau yang tajam dan bersih.        Pemotongan dilakukan pada bagian pangkal batang kubis.
-     Urutan pemetikan adalah dimulai dengan kubis yang sehat baru       kemudian dilakukan pemetika pada kubis yang telah terkena   infeksi patogen.
c. Prakiraan Produksi
Produksi kubis bergantung dengan varietas. Secara umum per tanaman menghasilkan 0,75 - 4 Kg, daerah tadah hujan dengan pemeliharaan semi intensif 25-35 ton per hektar dan dengan pemeliharan intensif 85 ton per hektar.
7. Pascapanen
a. Pengumpulan
Setelah dipetik, kubis dikumpulkan pada tempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari langsung agar laju respirasi berkurang sehingga didapatkan kubis yang tinggi kwalitas dan kwantitasnya. Pengumpulan dilakukan dengan hati-hati dan jangan ditumpuk dan dilempar-lempar.
b. Penyortiran dan Penggolongan
Penyortiran untuk memisahkan krop kubis baik dan bermutu dari yang kurang baik atau rusak, seperti retak, lecet dan kerusakan lainnya.
Penggolongan bertujuan untuk mengolongkan krop ke dalam mutu kelas I, kelas II dan seterusnya berdasarkan jumlah daun pembungkus krop, keseragaman bentuk, keseragaman ukuran, kepadatan krop, kadar kotoran maksimum, kecacatan kubis maksimum dan panjang batang kubis maksimum.
-     Jumlah daun pembungkus: mutu I=4 helai; mutu II=4 helai.
-     Homoginetas bentuk: mutu I=seragam; mutu II=seragam.
-     Homogenitas ukuran: mutu I=seragam; mutu II=seragam.
-     Kepadatan krop: mutu I=padat; mutu II=kurang padat.
-     Kadar kotoran maksimum: mutu I=2,5%; mutu II=2,5%.
-     Kubis cacat maksimum: mutu I=5%; mutu II=10%.
-     Panjang batang kubis maksimum: mutu I=2,5 cm; mutu II=2,5 cm.
c. Penyimpanan
Penyimpanan kubis harus memperhatikan varietas kubis, suhu, kelembaban dan kadar air. Pada suhu 32-35 derajat F dan kelembaban udara 92 – 95 %, kubis dapat disimpan 4-6 bulan (kubis kadar air tinggi) dan 12 bulan (kubis kadar air rendah) dengan kehilangan berat sebesar 10 %.
d. Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan dilakukan dengan plastik polyethylene dan dalam pengangkutan kemasan perlu dimasukkan ke dalam kotak atau peti kayu (field boxes) dengan kapasitas 25 - 30 kg/peti.
III. 5. Analisis Ekonomi Budidaya Tanaman
A. Gambaran Peluang Agribisnis
Melihat banyaknya manfaat kubis dalam kesehatan bagi masyarakat, dan ditunjang harga yang murah, maka potensi pasar untuk kubis sangat terbuka. Peluang pasar komoditi ini tidak hanya terbatas didalam negeri, namun juga telah menjangkau ke beberapa negara lain seperti taiwan, Malaysia, Hongkong, Singapura, Jepang, Jerman dan lain-lain. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan volume ekspor kubis dari 16.107 ton dengan nilai US$ 218.000 pada tahun 1987 hingga mencapai 28.625 ton (US$3.867.028) pada tahun 1991 (Biro Pusat Statistik, 1991).
Melihat kenyataan diatas, dapat diperkirakan bahwa akan terjadi peningkatan permintaan terhadap komoditi ini dari tahun ke tahun, apalagi jika melihat kenyataan peningkatan jumlah penduduk dunia, sehingga peluang pasar komoditi ini masih sangat besar.
Tetapi kondisi perekonomian seperti sekarang ini membuat pengembangan komoditi ini terganggu bahkan menurun. Hal ini terjadi karena meningkatnya biaya produksi akibat meningkatnya harga pupuk dan pestisida dan terjadinya over produksi yang tidak diikuti dengan upaya untuk mempertahankan kondisi komoditi untuk sasaran ekspor.
Dari analisis budidaya tampak jelas keuntungan yang diraih sangat besar (1994), pada kondisi sekarang terjadi penurunan keuntungan yang cukup besar (bandingkan data tahun 1994 dengan perkiraan 1999). Kondisi ini membuat banyak petani meninggalkan komoditi ini. Tetapi pada kondisi normal komoditi ini sangan komersial.
III. 6. Standar Produksi
A. Ruang Lingkup
Standar ini meliputi syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan kol/kubis.
B. Diskripsi
Standar mutu kubis/kol tercantum pada Standar Nasional Indonesia SNI 01-317-19921.
C. Klasifikasi dan Standar Mutu
-   Jumlah daun pembungkus: mutu I=4 helai; mutu II=4 helai.
-   Keseragaman bentuk: mutu I=seragam; mutu II=seragam.
-   Keseragaman ukuran: mutu I=seragam; mutu II=seragam.
-   Kepadatan: mutu I=padat; mutu II=kurang padat .
-   Warna: mutu I=hijau ; mutu II=agak kuning.
-   Kadar kotoran maksimum: mutu I=2,5 %; mutu II=2,5 %.
-   Kadar cacat maksimum: mutu I=5,0 %; mutu II=10,0 %.
-   Panjang batang kubis maksimum: mutu I=2,5 %; mutu II=2,5 %.
D. Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh satu partai/lot maksimumn 1000 kemasan. Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan dalam 1 (satu) partai/lot seperti berikut ini.
-   Untuk jumlah kemasan dalam partai 1 sampai 100, jumlah contoh 5.
-   Untuk jumlah kemasan dalam partai 101 sampai 300, jumlah contoh 7.
-   Untuk jumlah kemasan dalam partai 301 sampai 500, jumlah contoh 9.
-   Untuk jumlah kemasan dalam partai 501 sampai 1000, jumlah contoh 10.
E. Pengemasan
Kubis disajikan dalam bentuk untuh dan segar dikemas dalam keranjang bambu yang berpengyangga dengan berat netto 10 kg, 5 kg atau 20 kg, atau kotak karton dengan berat netto 10-20 kg.
Pengemasan produk biasanya dilakukan dengan polyetiline yang diberi lubang-lubang kecil. Kemasan krop ini kemudian dimasukkan ke dalam doos karton atau keranjang plastik.
















BAB. IV
METODOLOGI KEGIATAN
IV. 1. Waktu dan Tempat
A. Waktu :
Waktu pelaksanaan kegiatan fieldtrip ini selama 3 hari dari tanggal 30 Mei s/d 01 Juni 2014. Pengambilan data / wawancara terhadap responden ( petani ) dilaksanakan pada tanggal 31 Mei 2014, pukul 09.00 WITA.
B. Tempat
Tempat pelaksanaan kegiatan fieldtrip ini di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kab. Enrekang Prov. Sulawesi – selatan.
IV. 2. Alat dan Bahan
A. Alat :
-  Pulpen                             : untuk mencatat hasil wawancara
- Buku dan Kuisioner       : untuk mencatat hasil wawancara
- Kamera                             : untuk dokumentasi
B. Bahan : -
IV. 3. Alur Kerja
Siapkan alat dan bahan
Berkenalan dengan responden ( petani )
Berkunjung ke lahan petani
Mulai wawancara
Catat hasil wawancara
Dokumentasi setiap kegiatan
Buat laporan kegiatan
BAB. V
HASIL DAN PEMBAHASAN
V. 1. Latar Belakang Petani
   Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang terkenal dengan bermacam – macam komoditas yang dibudidayakan, terutama tanaman hortikultura. Seperti Kol/Kubis, bawang merah, bawang prei, sawi, Wortel, Kentang, Kacang-kacangan, dll. Tepatnya hari sabtu, tanggal 31 Mei 2014 pukul. 09.00 pagi WITA, kami melakukan wawancara dengan salah satu petani yang ada di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang yang bernama Bapak Saktiar. Umur beliau + 47 tahun. Salah satu petani yang menanam komoditas Kol. Dari menanam komoditas tersebut, hasil produksi kemudian dijual sebagai mata pencaharian utama pak Saktiar. Selain menjadi petani, bapak Saktiar juga seorang pedagang. Dulunya beliau berprofesi sebagai petani kopi tetapi kebun kopi yang dimilikinya sudah tidak produktif lagi dan terserang berbagai hama/penyakit. Hal tersebut dikarenakan umur tanaman kopinya sudah tua tanpa adanya peremajaan tanaman.
Akhirnya, lahan yang tadinya ditanami tanaman kopi kemudian diganti menjadi tanaman hortikultura salah satunya adalah tanaman kol. Bapak Saktiar baru 2 tahun terakhir membudidayakan tanaman kol sehingga pengetahuan akan teknik budidaya tanaman kol masih kurang, ditambah lagi beliau belum menjadi anggota kelompok tani yang ada di Desanya.
Dalam melakukan aktivitas pertanian  Bapak Saktiar mempunyai kepercayaan atau adat istiadat yaitu didasarkan pada tanggal dan tahun tertentu. Jika paada waktu tanggal muda menanam komoditas pertanian atau yang dikenal dengan sebutan “ Bumi Ke atas” maka tanaman akan cepat tumbuh. Selain itu, perkiraan cuaca juga menjadi kepercayaan dalam menentukan komoditas apa yang akan ditanam. Masyarakat Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang mempunyai kebiasaan bergotong royong dan penuh kebersamaan yang sifatnya berbagi pengalaman antara satu petani dengan petani lainnya. Petani di Desa tersebut umunya sangat sulit mendapatkan pinjaman modal dari Bank sehingga masyarakat disana kesulitan setiap kali akan memulai usaha taninya. Satu-satunya cara yang ditempuh masyarakat disana untuk mendapatkan modal usaha yaitu melalui tengkulak.
V. 2. Sistem Budidaya Tanaman Kol Petani Setempat
Sistem budidaya yang dilakukan oleh bapak Saktiar adalah monokultur, yaitu menanam satu jenis komoditi pada satu lahan tanpa ada jenis komoditi lain. Berbeda dengan kebanyakan masyarakat disana yang sistem budidayanya tumpang sari, dimana tanaman kol ditumpangsarikan dengan tanaman bawang.
Jenis lahan yang digarap oleh bapak Saktiar adalah tegalan dengan luas lahan 1,00 hektar. Lahan tersebut terpetak - petak, 0,50 hektar sudah ditanami Kol, 0,20 hektar rencananya akan ditanami Cabe, 0,25 hektar rencananya akan ditanami tomat dan sisanya rencananya akan ditanami daun bawang. Namun, tanaman yang ada baru tanaman kol.
Cara pengolahannya sangat sederhana yaitu dengan hanya menggunakan cangkul untuk olah tanah. Begitu juga dengan pemberian pupuk, pemberian pupuk tanaman monokultur ini setiap 6 bulan sekali tiap panen dan hanya menggunakan satu jenis pupuk setiap kali tanam. Jika kekurangan modal hanya menggunakan pupuk Urea atau Za saja, namun jika modalnya cukup maka akan ditambahkan pupuk majemuk berupa NPK Ponska seadaanya. Petani selain menggunakan pupuk juga menggunakan insektisida dan fungisida yang diberikan minimal setiap 15 hari sekali.
Dalam budidaya tanaman dan pengolahan lahan tentunya tidak lupa dengan penggunaan pupuk sebagai bahan yang dapat membantu penyuburan tanah maupun tanaman. Dalam budidaya tanaman ini, petani menggunakan pupuk kandang yang berasal dari kotoran ternak, baik berupa padatan (feces) yang bercampur sisa makanan, ataupun air kencing (urine) dan pestisida kimia. Untuk pupuk kandang petani memanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk organik. Kotoran ternak tersebut tanpa diolah menjadi kompos namun langsung diaplikasikan sebagai pupuk organik.
V. 3. Pemasaran Hasil oleh Petani
   Tanaman Kol yang ditanam oleh Bapak Saktiar ini memiliki jangkauan pemasaran yang cukup luas, merambah hingga pulau Kalimantan. Namun, skala budidaya yang relatif masih kecil membuat permintaan ke daerah lain tidak mapu dipenuhi.
   Disamping itu, faktor penghambat lain pada saat musim panen untuk jenis komoditi kol ini, hasil panen Bapak Saktiar langsung diminta oleh tengkulak atau pedagang pengumpul sehingga dari aspek pemasarannya pun sempit yaitu cukup pada tengkulak atau pedagang pengumpul saja yang oleh pihak tengkulak atau pedagang pengumpul hasil panen tersebut dipasarkan kepada pedagang besar untuk dijual ke daerah lain yang harga jualnya ialah hampir 100 % mengambil harga awal yang diberikan oleh Bapak Saktiar.
   Hal ini terjadi karena menurutnya, beliau belum mampu memasarkan hasil panennya sendiri dikarenakan kurang keterampilan pemasaran yang jauh dari jangkauannya. Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa pada saat musim panen beliau memang benar-benar membutuhkan uang segera sehingga pemikiran untuk memasarkan hasil panennya sendiri juga tampak dirasanya sangat sulit.
Beliau sangat mengharapkan peran serta pemerintah agar memperhatikan usaha budidayanya, karena potensi yang dimiliki Desa Tongko Kec. Baroko pada umunya sangat besar untuk membudidaya tanaman hortikultura.


















BAB. VI
PENUTUP
VI. 1. Kesimpulan
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa jenis tanaman yang dibudidayakan oleh Bapak Saktiar di Desa Tongko Kec. Baroko Kab. Enrekang seluas 1,00 hektar. Lahan tersebut terpetak - petak, 0,50 hektar sudah ditanami Kol, 0,20 hektar rencananya akan ditanami Cabe, 0,25 hektar rencananya akan ditanami tomat dan sisanya rencananya akan ditanami daun bawang. Namun, tanaman yang ada baru tanaman kol.
. Dalam melakukan aktivitas pertanian Bapak Mujiono  mempunyai kepercayaan atau adat istiadat yaitu didasarkan pada tanggal dan tahun tertentu. Jika pada waktu tanggal muda menanam komoditas pertanian atau yang dikenal dengan sebutan “Bumi Ke atas” maka tanaman akan cepat tumbuh. Selain itu, perkiraan cuaca juga ditentukan oleh hasil musyawarah warga setempat dan menjadi kepercayaan dalam menentukan komoditas apa yang akan ditanam.
Teknik budidaya yang dilakukan bapak Saktiar tergolong masih jauh dari teknologi pertanian yang sudah ada, hal tersebut terlihat dari penggunaan alat dalam mengolah tanah yaitu masih menggunakan cangkul. Selain itu, pengetahuan tentang sistem budidaya tanaman kol masih minim. Sistem yang diterapkan tidak sesuai dengan sistem/cara-cara yang sudah ada yang lebih maju.
Pemasaran hasil juga masih mejadi kendala terbesar dalam melakukan usaha budidaya tanaman kol di Desa tersebut. Masyarakat di desa tersebut pada umumnya menjual hasil produksinya kepada para tengkulak atau pedagang pengumpul sehingga harga yang diterima sangat rendah.
Faktor modal juga menjadi kendala terberat dalam melakukan usaha tani di desa tersebut. Tidak adanya pihak apalis ataupun pihak perbankan yang mau meminjamkan modal kepada petani sehingga para petani memijam modal kepada tengkulak yang bunganya sangat tinggi.
VI. 2. Saran
  Dari hasil kegiatan wawancara yang dilakukan kepada salah satu petani Kol di desa tersebut yaitu bapak Saktiar, maka diperoleh beberapa fakta terkait masalah – masalah yang dialami petani selama melakukan usaha budidaya tanaman ko. Dari masalah tersebut kami mencoba memberikan saran ataupun solusi, antara lain :
a.    Pengetahuan akan teknik budidaya tanaman kol masih kurang, sehingga      diharapkan agar mampu menambah pengetahuannya tentang teknik    budidaya tanaman kol. Baik melalui pelatihan – pelatihan yang             diselenggarkan pemerintah/swasta maupun usaha sendiri untuk   memperoleh informasi yang lebih banyak tentang teknik budidaya tanaman        kol.
b.    Kekurangan modal setiap kali akan memulai usaha tani. Hal tersebut dapat   diantisipasi lebih awal dengan cara menabung setiap kali panen             sebelumnya. Pihak dari pemerintah juga diharapkan berperan lebih banyak            dalam memecahkan permasalahan ini.
c.     Pasar hasil usaha tani masih relatif lebih pendek artinya jangkauannya          masih pendek. Masyarakat petani Kol di Desa tersebut hanya menjual            hasil usaha taninya kepada para tengkulak atau pedangang pengumpul   dimana harganya sangat rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu        adanya peran pemerintah dalam mengakses pasar hortikultura yang lebih     besar sehingga harga ditingkat petani jauh lebih besar. Selain itu, peran masyarakat sendiri dalam mencari informasi pasar yang lebih besar          sehingga dalam melakukan usaha tani tidak mengalami kerugian.




















DAFTAR PUSTAKA
-     Anonymous. 2010. Data BPP Baroko Kecamatan Baroko Kab. Enrekang.       Enrekang.
-     Anonymous. 1993. Sayur Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.
-     Arief, Arifin. 1990. Hortikultura. Andy Offset. Yogyakarta.
-     Cahyono, Bambang. 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Kubis. D), Pustaka             Nusatama. Yogyakarta.
-     Pracaya. 1981. Kol Alis Kubis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Search Google :
-     http://sugenk-trymawan.blogspot.com/. diakses pada tanggal 03 Juni 2014,     pukul.22.20 WITA
-     http://horti-fresh.blogspot.com/2013/11/laporan-field-trip-ke-balitsa.html. diakses        pada tanggal 03 Juni 2014 pukul. 22.30 WITA
-     lugito-center.blogspot.com/.../agenda-kegiatan-field-trip-di-parung.html. Di akses       pada tanggal 03 Juni 2014 pukul. 23.00 WITA



































DOKUMENTASI KEGIATAN
Foto 1. Persemaian benih tanaman kol bapak Saktiar di Desa Tongko Kec.         Baroko Kab. Enrekang.

Foto 2. Persiapan lahan sebelum dilakukan penanaman di lahan milik                  bapak Saktiar
 











Foto 3. Kegiatan penanaman kol/kubis di Desa Tongko Kec. Baroko Kab.                  Enrekang
 




Foto 4. Proses wawancara terhadap salah seorang petani kol di Desa                  Tongko Kec. Baroko Kab. Enrekang bernama bapak Saktiar
 













Foto 5. Keadaan pertanaman kol yang ditumpang sari dengan tanaman daun                  bawang di Desa Tongko Kec. Baroko Kab. Enrekang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar