bintang jatuh

Rabu, 07 Januari 2015

Laporan Fieldtrip ( Pengeloalaan Pasca Panen Mangga )



I.    Keadaan Umum Lokasi Kegiatan
Batu Karopa Desa Tanah Harapan Kec. Rilau Ale Kab. Bulukumba merupakan daerah sentra pertanian, terletak di ujung selatan provinsi Sulawesi selatan berbatasan dengan Kab. Sinjai. Jarak dari Kota Makassar + 163 Km dan 12 Km dari Ibu Kota Bulukumba, dengan waktu tempuh  + 5 jam dari Kota Makassar.
Batu Karopa memiliki topografi relatif bergelombang, kemiringan lereng hampir tidak ada atau relatif datar dengan ketinggian tempat + 120 mdpl. Curah hujan di daerah tersebut maksimum 564 mm/tahun jatuh pada bulan Juni – November. Lama musim hujan 6 bulan dengan puncaknya berada pada bulan Juli. Suhu udara maksimum 330c dan suhu udara minimum 23,30c.
Dengan kondisi alam yang demikian diatas, menyebabkan mayoritas masyarakat di Desa tersebut adalah sebagai petani. Jenis tanaman yang mereka usahakan/budidayakan adalah Tanaman tahunan berupa, Cengkeh, Kopi, Pala, Kakao, dll, Tanaman Semusim berupa, Padi, Jagung Kacang-kacangan, dll dan Tanaman Hortikultura berupa Mangga, Rambutan, Durian, Manggis, dll.
II.   Teknik Pengelolaan Pasca Panen untuk Komoditi Mangga
Penanganan pascapanen adalah tindakan yang disiapkan atau dilakukan pada tahapan pascapanen agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen dan atau diolah lebih lanjut oleh industri ( Anonim, 1986). Penanganan pascapanen hasil pertanian meliputi semua kegiatan perlakuan dan pengolahan langsung terhadap hasil pertanian yang karena sifatnya harus segera ditangani untuk meningkatkan mutu hasil pertanian agar mempunyai daya simpan dan daya guna lebih tinggi.
Sesuai dengan pengertian tersebut diatas, kegiatan pascapanen meliputi kegiatan pemungutan hasil (pemanenan), perawatan, pengawetan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan, penggundangan dan standardisasi mutu ditingkat produsen.
Penanganan pascapanen hasil pertanian bertujuan untuk menekan tingkat kerusakan hasil panen komoditas pertanian dengan meningkatkan daya simpan dan daya guna komoditas pertanian agar dapat menunjang usaha penyediaan bahan baku industri dalam negeri, meningkatkan nilai tambah dan pendapatan, meningkatkan devisa negara dan perluasan kesempatan kerja serta melestarikan sumberdaya alam dan lingkugan hidup.
Langkah – langkah penanganan pasca panen buah mangga :
1.   Waktu Panen
Masyarakat di Desa Tanah Harapan sebagian besar tidak memperhatikan waktu panen buah mangga yang baik, mereka lebih cenderung memilih waktu luang untuk memanen buah mangganya. Waktu pemetikan buah yang baik antara jam 07.00 - 08.00, atau waktu dimana buah yang di petik tidak langsung terkena sinar matahari karena akan mempercepat perusakan buah.
2.   Cara Panen
Seperti halnya dengan waktu panen, cara panen pun mereka tidak memperhatikan cara panen yang baik, mereka hanya menggunakan alat tradisional seperti galah dari bamboo sehingga buah yang dipanen lebih banyak yang jatuh ke tanah dan rusak sehingga buah tidak dapat bertahan lebih lama. Padahal, cara panen yang baik yaitu buah yang dipanen dengan menggunakan tangkai menunjukkan getah yang lebih bersih berbeda dengan buah yang tidak menggunakan tangkai lebih tampak kotor. Buah mangga dipanen dengan tingkat ketuaan 85% yaitu berumur 110 – 120 hari semenjak bunga mekar dengan warna hijau dengan pangkal kemerahan. Buah mangga dipanen dengan menyisakan tangkai sepanjang 10 - 15 mm.
Hal ini dikarenakan dengan menyisakan tangkai tidak akan terjadi penyebaran getah. Getah ini diperkirakan akan mempercepat kerusakan buah dan mendorong terjadinya stem end rot dan akan mengotori permukaan buah sehingga buah tetap terlihat bersih. Dalam tahap pemanenan buah tidak boleh dilempar untuk mengurangi kerusakan akibat memar. Waktu panen dan cara petik yang tepat dapat menekan kerusakan dan meningkatkan kualitas terutama untuk  pemasaran ekspor.
3.   Pembersihan buah
Masyarakat di Desa tersebut umumnya membersihkan buah hanya dengan menggunakan lap biasa, kemudian mengemasnya untuk dibawa ke pasar. Cara pembersihan buah yang baik yaitu dengan menggunakan gunting untuk memotong tangkai yang masih tersisa, setidaknya 10 cm dari tangkai harus dipertahankan. Dengan demikian getah yang sangat lekat dan mudah mengalir pada buah mangga yang baru dipetik, tidak akan mengotori  buah. Kemudian, jika terdapat getah atau kotoran lain yang melekat pada buah sebaiknya dicuci dengan larutan 100 ppm natrium hipokhlorit secepatnya setelah buah dipetik, untuk mencegah getah membakar kulit buah yang selanjutnya dapat menyebabkan buah membusuk.
Untuk mengendalikan Antraknosis buah direndam dalam air hangat bersuhu 520 C selama 1 - 3 menit. Kendala yang dihadapi pada metode ini ialah bahwa sulit sekali untuk mempertahankan suhu yang diperlukan dengan peralatan yang tersedia di daerah pedesaan. Lagi pula metode ini mahal dan buah akan banyak bertambah ringan, kehilangan lapisan lilinnya dan lebih cepat membusuk sebagai akibat dari penerapan metode tersebut.
4.   Sortasi
Untuk tahapan sortasi, para petani buah mangga hanya memisahkan buah yang busuk atau rusak tanpa memisahkan berdasarkan tingkat kematangan, besar buah, serta kriteria lain.
Sortasi buah mangga sebaiknya lebih memperhatikan kriteria tersebut untuk memperoleh buah dengan ukuran, tingkat kematangan dan kualitas yang seragam. Sortasi bertujuan untuk memisahkan buah yang layak  jual dan tidak layak dijual agar diperoleh buah yang seragam bentuk, warna, ukuran dan kematangannya.
5.   Grading
Proses grading pada saat panen buah mangga tidak dilakukan, sehingga tidak ada pembagian buah dengan kualitas rendah, sedang dan baik. Padahal, proses grading buah mangga bertujuan untuk memperoleh buah yang seragam ukurannya ( besar, sedang, kecil atau sangat kecil ). Sehingga mendapatkan harga yang lebih tinggi.
6.   Waxing atau pelilinan.
Pada proses tahapan ini, masyarakat di Desa tersebut hampir semua tidak pernah melakukan proses ini. Padahal proses pelapisan lilin atau waxing dapat menekan laju respirasi sehingga perlakuan ini merupakan salah satu alternatif untuk memperpanjang masa simpan buah-buahan. Pelilinan akan menghambat proses respirasi sehingga perubahan kimiawi yang terjadi pada mangga relatif terhambat.
Perlakuan pelilinan buah dilakukan dengan cara pencelupan atau penyemprotan menggunakan emulsi lilin selama 10 - 30 detik. Kemudian dilakukan penirisan dengan membiarkan kering angin atau menggunakan kipas angin guna mempercepat proses pengeringan. Mangga yang diberi perlakuan pelilinan memiliki penampakan yang lebih bagus dibandingkan dengan tanpa pelilinan. pada buah mangga dapat menurunkan serangan antracnose dan buah memiliki penampakan yang lebih baik secara fisik dan kimia dengan kerusakan minimal.
7.   Pengemasan
Untuk tahapan ini masyarakat umumnya melaksanakan, namun yang membedakan adalah bahan yang digunakan untuk proses pengemasan hasil panen buah mangga. Masyarakat di Desa tersebut umumnya menggunakan karung atau wadah yang terbat dari daun kelapa.
Tujuan utama pengemasan yaitu harus mampu melindungi mangga dari kerusakan yang terjadi selama distribusi dan  pemasaran. Fungsi lain pengemasan adalah mempertahankan bentuk dan kekuatan kemasan dalam waktu yang lama, termasuk dalam kondisi kelembaban nisbi yang mendekati jenuh atau setelah terguyur air.
8.   Penyimpanan
Pada tahapan ini, masyarakat umumnya sudah mengetahui cara penyimpanan yang baik agar buah mangga tidak cepat rusak, biasanya mereka menyimpannya jauh dari tempat lembab dengan menggunakan berbagai macam wadah penyimpanan, salah satunya dengan menggunakan kardus yang besar dengan melapisi bagian dalamnya dengan karung atau daun pisang, dll.
Berbeda dengan teknik yang lebih maju dan tujuan pasar ekspor, penyimpanan buah mangga: dilakukan dalam suhu dingin. Penyimpanan dingin buah klimakterik selain mengakibatkan tertundanya kematangan buah juga berpengaruh pada respon jaringan terhadap etilen. Penyimpanan dingin bertujuan untuk membatasi pembusukan tanpa menyebabkan terjadinyakematangan abnormal atau  perubahan-perubahan lainnya yang tidak  diinginkandan mempertahankan mutu sampai ke tangan konsumen dalam jangka waktu yang lama.
9.   Pengangkutan
Umumnya, masyarakat menggunakan mobil pick up atau bak terbuka untuk melakukan proses pengangkutan ke pasar. Penggunaan mobil bak terbuka karena tujuan pasar hasil produksi buah mangga setempat tidak jauh jarak dan waktu tempuhnya, sehingga tidak membutuhkan alat angkutan yang lebih modern seperti mobil berpendingan
Pada pengangkutan buah mangga untuk tujuan ekspor maupun domestik harus menggunakan mobil yang dilengkapi ruang pendingin. Hal ini untuk menjaga rantai dingin selama transportasi. Rantai dingin diperlukan untuk membatasi pembusukan tanpa menyebabkan terjadinya kematangan abormal atau perubahan-perubahan lainnya yang tidak diinginkan dan mempertahankan mutu sampai ke tangan konsumen. Suhu yang tepat untuk pengangkutan mangga adalah 10°C
III.  Kesimpulan.
Dari hasil pengamatan dan survei kami dilapangan, dengan menggunakan metode wawancara terhadap beberapa orang petani buah mangga yang ada di Lokasi Fieldtrip dapat kami simpulkan, yaitu :
1.   Hasil produksi buah mangga di Desa tersebut hanya untuk tujuan pasar domestik saja.
2.   Perlakuan pasca panen untuk komoditi mangga masih menggunakan metode    dan alat yang sederhana, mengingat tujuan pasar masih kepada pasar lokal   saja.
3.   Melimpahnya hasil produksi buah mangga di Desa tersebut tidak dibarengi         dengan pengetahuan tentang informasi pasar, sehingga harga buah mangga             ditingkat petani masih rendah.
4. Peran pemerintah diharapkan untuk menjembatani para petani buah mangga      di Desa tersebut agar mampu mengakses pasar buah mangga yang lebih luas    bahkan diharapkan mampu menembus pasar ekspor buah mangga.
5.   Pengetahuan tentang teknik pengelolaan pasca panen dan penerapan alat –     alat modern untuk menunjang hasil produksi buah mangga masih rendah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar