I. Keadaan Umum Lokasi Kegiatan
Batu Karopa Desa Tanah Harapan Kec. Rilau Ale Kab.
Bulukumba merupakan daerah sentra pertanian, terletak di ujung selatan provinsi
Sulawesi selatan berbatasan dengan Kab. Sinjai. Jarak dari Kota Makassar +
163 Km dan 12 Km dari Ibu Kota Bulukumba, dengan waktu tempuh + 5 jam dari Kota Makassar.
Batu Karopa memiliki topografi relatif bergelombang,
kemiringan lereng hampir tidak ada atau relatif datar dengan ketinggian tempat +
120 mdpl. Curah hujan di daerah tersebut maksimum 564 mm/tahun jatuh pada bulan
Juni – November. Lama musim hujan 6 bulan dengan puncaknya berada pada bulan
Juli. Suhu udara maksimum 330c dan suhu udara minimum 23,30c.
Dengan kondisi alam yang demikian diatas, menyebabkan
mayoritas masyarakat di Desa tersebut adalah sebagai petani. Jenis tanaman yang
mereka usahakan/budidayakan adalah Tanaman tahunan berupa, Cengkeh, Kopi, Pala,
Kakao, dll, Tanaman Semusim berupa, Padi, Jagung Kacang-kacangan, dll dan
Tanaman Hortikultura berupa Mangga, Rambutan, Durian, Manggis, dll.
II. Teknik Pengelolaan Pasca Panen untuk Komoditi
Mangga
Penanganan pascapanen adalah tindakan yang disiapkan atau
dilakukan pada tahapan pascapanen agar hasil pertanian siap dan aman digunakan
oleh konsumen dan atau diolah lebih lanjut oleh industri ( Anonim, 1986). Penanganan
pascapanen hasil pertanian meliputi semua kegiatan perlakuan dan pengolahan
langsung terhadap hasil pertanian yang karena sifatnya harus segera ditangani
untuk meningkatkan mutu hasil pertanian agar mempunyai daya simpan dan daya
guna lebih tinggi.
Sesuai dengan pengertian tersebut diatas, kegiatan
pascapanen meliputi kegiatan pemungutan hasil (pemanenan), perawatan,
pengawetan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan, penggundangan dan
standardisasi mutu ditingkat produsen.
Penanganan pascapanen hasil pertanian bertujuan untuk
menekan tingkat kerusakan hasil panen komoditas pertanian dengan meningkatkan
daya simpan dan daya guna komoditas pertanian agar dapat menunjang usaha
penyediaan bahan baku industri dalam negeri, meningkatkan nilai tambah dan
pendapatan, meningkatkan devisa negara dan perluasan kesempatan kerja serta
melestarikan sumberdaya alam dan lingkugan hidup.
Langkah
– langkah penanganan pasca panen buah mangga :
1. Waktu Panen
Masyarakat di Desa Tanah Harapan sebagian besar tidak
memperhatikan waktu panen buah mangga yang baik, mereka lebih cenderung memilih
waktu luang untuk memanen buah mangganya. Waktu pemetikan buah yang baik antara
jam 07.00 - 08.00, atau waktu dimana buah yang di petik tidak langsung terkena
sinar matahari karena akan mempercepat perusakan buah.
2. Cara Panen
Seperti halnya dengan waktu panen, cara panen pun mereka
tidak memperhatikan cara panen yang baik, mereka hanya menggunakan alat
tradisional seperti galah dari bamboo sehingga buah yang dipanen lebih banyak
yang jatuh ke tanah dan rusak sehingga buah tidak dapat bertahan lebih lama.
Padahal, cara panen yang baik yaitu buah yang dipanen dengan menggunakan
tangkai menunjukkan getah yang lebih bersih berbeda dengan buah yang tidak
menggunakan tangkai lebih tampak kotor. Buah mangga dipanen dengan tingkat
ketuaan 85% yaitu berumur 110 – 120 hari semenjak bunga mekar dengan warna
hijau dengan pangkal kemerahan. Buah mangga dipanen dengan menyisakan tangkai
sepanjang 10 - 15 mm.
Hal ini dikarenakan dengan menyisakan tangkai tidak akan
terjadi penyebaran getah. Getah ini diperkirakan akan mempercepat kerusakan
buah dan mendorong terjadinya stem end rot dan akan mengotori permukaan buah sehingga
buah tetap terlihat bersih. Dalam tahap pemanenan buah tidak boleh dilempar
untuk mengurangi kerusakan akibat memar. Waktu panen dan cara petik yang tepat dapat
menekan kerusakan dan meningkatkan kualitas terutama untuk pemasaran ekspor.
3. Pembersihan
buah
Masyarakat di Desa tersebut umumnya membersihkan buah
hanya dengan menggunakan lap biasa, kemudian mengemasnya untuk dibawa ke pasar.
Cara pembersihan buah yang baik yaitu dengan menggunakan gunting untuk memotong
tangkai yang masih tersisa, setidaknya 10 cm dari tangkai harus dipertahankan.
Dengan demikian getah yang sangat lekat dan mudah mengalir pada buah mangga
yang baru dipetik, tidak akan mengotori buah. Kemudian, jika terdapat getah atau kotoran lain yang
melekat pada buah sebaiknya dicuci dengan larutan 100 ppm natrium hipokhlorit
secepatnya setelah buah dipetik, untuk mencegah getah membakar kulit buah yang
selanjutnya dapat menyebabkan buah membusuk.
Untuk mengendalikan Antraknosis buah direndam dalam air
hangat bersuhu 520 C selama 1 - 3 menit. Kendala yang dihadapi pada metode ini
ialah bahwa sulit sekali untuk mempertahankan suhu yang diperlukan dengan
peralatan yang tersedia di daerah pedesaan. Lagi pula metode ini mahal dan buah
akan banyak bertambah ringan, kehilangan lapisan lilinnya dan lebih cepat membusuk
sebagai akibat dari penerapan metode tersebut.
4. Sortasi
Untuk tahapan sortasi, para petani buah mangga hanya
memisahkan buah yang busuk atau rusak tanpa memisahkan berdasarkan tingkat
kematangan, besar buah, serta kriteria lain.
Sortasi buah mangga sebaiknya lebih memperhatikan
kriteria tersebut untuk memperoleh buah dengan ukuran, tingkat kematangan dan kualitas
yang seragam. Sortasi bertujuan untuk memisahkan buah yang layak jual dan
tidak layak dijual agar diperoleh buah yang seragam bentuk, warna, ukuran dan
kematangannya.
5. Grading
Proses grading pada saat panen buah mangga tidak
dilakukan, sehingga tidak ada pembagian buah dengan kualitas rendah, sedang dan
baik. Padahal, proses grading buah mangga bertujuan untuk memperoleh buah yang
seragam ukurannya ( besar, sedang, kecil atau sangat kecil ). Sehingga
mendapatkan harga yang lebih tinggi.
6. Waxing atau
pelilinan.
Pada proses tahapan ini, masyarakat di Desa tersebut
hampir semua tidak pernah melakukan proses ini. Padahal proses pelapisan lilin
atau waxing dapat menekan laju respirasi sehingga perlakuan ini merupakan salah
satu alternatif untuk memperpanjang masa simpan buah-buahan. Pelilinan akan
menghambat proses respirasi sehingga perubahan kimiawi yang terjadi pada mangga
relatif terhambat.
Perlakuan pelilinan buah dilakukan dengan cara pencelupan
atau penyemprotan menggunakan emulsi lilin selama 10 - 30 detik. Kemudian dilakukan
penirisan dengan membiarkan kering angin atau menggunakan kipas angin guna mempercepat
proses pengeringan. Mangga yang diberi perlakuan pelilinan memiliki penampakan
yang lebih bagus dibandingkan dengan tanpa pelilinan. pada buah mangga dapat
menurunkan serangan antracnose dan buah memiliki penampakan yang lebih baik
secara fisik dan kimia dengan kerusakan minimal.
7. Pengemasan
Untuk tahapan ini masyarakat umumnya melaksanakan, namun
yang membedakan adalah bahan yang digunakan untuk proses pengemasan hasil panen
buah mangga. Masyarakat di Desa tersebut umumnya menggunakan karung atau wadah
yang terbat dari daun kelapa.
Tujuan utama pengemasan yaitu harus mampu melindungi
mangga dari kerusakan yang terjadi selama distribusi dan pemasaran.
Fungsi lain pengemasan adalah mempertahankan bentuk dan kekuatan kemasan dalam
waktu yang lama, termasuk dalam kondisi kelembaban nisbi yang mendekati jenuh
atau setelah terguyur air.
8. Penyimpanan
Pada tahapan ini, masyarakat umumnya sudah mengetahui
cara penyimpanan yang baik agar buah mangga tidak cepat rusak, biasanya mereka
menyimpannya jauh dari tempat lembab dengan menggunakan berbagai macam wadah
penyimpanan, salah satunya dengan menggunakan kardus yang besar dengan melapisi
bagian dalamnya dengan karung atau daun pisang, dll.
Berbeda dengan teknik yang lebih maju dan tujuan pasar
ekspor, penyimpanan buah mangga: dilakukan dalam suhu dingin. Penyimpanan
dingin buah klimakterik selain mengakibatkan tertundanya kematangan buah juga
berpengaruh pada respon jaringan terhadap etilen. Penyimpanan dingin bertujuan
untuk membatasi pembusukan tanpa menyebabkan terjadinyakematangan abnormal
atau perubahan-perubahan lainnya yang tidak diinginkandan
mempertahankan mutu sampai ke tangan konsumen dalam jangka waktu yang lama.
9. Pengangkutan
Umumnya, masyarakat menggunakan mobil pick up atau bak
terbuka untuk melakukan proses pengangkutan ke pasar. Penggunaan mobil bak
terbuka karena tujuan pasar hasil produksi buah mangga setempat tidak jauh
jarak dan waktu tempuhnya, sehingga tidak membutuhkan alat angkutan yang lebih
modern seperti mobil berpendingan
Pada pengangkutan buah mangga untuk tujuan ekspor maupun
domestik harus menggunakan mobil yang dilengkapi ruang pendingin. Hal ini untuk
menjaga rantai dingin selama transportasi. Rantai dingin diperlukan untuk
membatasi pembusukan tanpa menyebabkan terjadinya kematangan abormal atau
perubahan-perubahan lainnya yang tidak diinginkan dan mempertahankan mutu sampai
ke tangan konsumen. Suhu yang tepat untuk pengangkutan mangga adalah 10°C
III. Kesimpulan.
Dari hasil pengamatan dan survei kami dilapangan, dengan
menggunakan metode wawancara terhadap beberapa orang petani buah mangga yang
ada di Lokasi Fieldtrip dapat kami simpulkan, yaitu :
1. Hasil produksi
buah mangga di Desa tersebut hanya untuk tujuan pasar domestik saja.
2. Perlakuan pasca
panen untuk komoditi mangga masih menggunakan metode dan alat yang sederhana, mengingat tujuan pasar masih kepada pasar
lokal saja.
3. Melimpahnya
hasil produksi buah mangga di Desa tersebut tidak dibarengi dengan pengetahuan tentang informasi
pasar, sehingga harga buah mangga ditingkat
petani masih rendah.
4. Peran pemerintah diharapkan untuk menjembatani para
petani buah mangga di Desa tersebut
agar mampu mengakses pasar buah mangga yang lebih luas bahkan diharapkan mampu menembus pasar ekspor buah mangga.
5. Pengetahuan
tentang teknik pengelolaan pasca panen dan penerapan alat – alat modern untuk menunjang hasil produksi
buah mangga masih rendah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar