bintang jatuh

Kamis, 22 Januari 2015

Laporan Fieldtrip" Usaha Pembibitan "




BAB. I
PENDAHULUAN
I. 1. Profil Usaha
Usaha pembibitan merupakan usaha memperbanyak berbagai jenis tanaman baik perbanyakan secara vegetatif seperti stek, cangkok, okulasi (tempel), grafting (sambung) ataupun kultur jaringan. Usaha di bidang perbanyakan tanaman bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bibit tanaman bagi petani.
Usaha pembibitan tanaman pada kegiatan fieldtrip kali ini terletak di Lokasi IKBH Batu Karopa Desa Tanah Harapan Kec. Rilau Ale Kab. Bulukumba Prov. Sulawesi selatan. Usaha pembibitan ini dikelolah perorangan yang bernama Hagudin. Bapak Hagudin bersama keluarga sudah 1 tahun melakoni usaha pembibitan ini, mereka mendapat izin dari pihak IKBH Batu Karopa untuk memanfaatkan lahan IKBH yang kosong.
Dengan kerjasama dan bimbingan dari pihak IKBH, bapak Haguddin memulai usaha pembibitannya pada tahun 2013 lalu. Berbagai jenis tanaman sudah dikembangkan oleh bapak Haguddin, diantaranya yaitu, Durian, Rambutan, Mangga dan Cengkeh.
Berdasarkan hasil wawancara, luas areal untuk usaha pembibitan bapak Haguddin yaitu + 1 Ha, dapat menghasilkan produksi bibit tanaman sebanyak 10.000 pohon Durian, 10.000 pohon Rambutan, 20.000 pohon Mangga dan 50.000 pohon Cengkeh tiap musimnya.
I. 2. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari Laporan Fieldtrip ini, yaitu :
-     Untuk mengetahui Profil usaha pembibitan tersebut.
-     Untuk mengetahui potensi dan peluang bisnis usaha tersebut
-     Untuk mengetahui lingkungan bisnis usaha tersebut.
-     Untuk mengetahui kendala usaha tersebut
-     Untuk mengetahui strategi dan pengelolaan resiko usaha tersebut
-     Untuk mengetahui bagaimana cara pengelolaan produksi dan pemasaran        usaha tersebut
-     Untuk mengetahui bagaimana cara pengelolaan SDM usaha tersebut
-     Untuk mengetahui bagaimana cara pengelolaan keuangan usaha tersebut
-     Untuk mengetahui penyerapan akses informasi dan teknologi usaha tersebut
I. 3. Manfaat
Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
-     Menjadi salah satu bahan informasi bagi masyarakat secara umum.
-     Dapat memberikan informasi ilmiah bagi petani dan instansi terkait tentang       Usaha Pembibitan





.




BAB. II
PEMBAHASAN
II. 1. Potensi dan Peluang Bisnis Usaha Pembibitan
Usaha Pembibitan tanaman menjadi sebuah pasar tersendiri dengan permintaan yang tinggi, namun sedikit penawaran. Tak banyak pelaku pasar yang tertarik untuk menjadi penjual bibit. Sekilas memang usaha pembibitan terkesan lebih rumit dan beresiko. Padahal dengan sedikit ketelatenan dan kesabaran pembibitan tak beda sama sekali dengan perkebunan buah komersial.
Tak sedikit peluang hasil yang bisa anda keruk dari usaha pembibitan. seperti halnya yang dilakoni oleh bapak Haguddin. Beliau menuturkan bahwa sebuah bibit tanaman buah unggul, misalnya Rambutan biasanya berasal dari satu indukan, yang bisa berkembang menjadi setidaknya 100 buah bibit perhari. Pembibitan tak membutuhkan lahan yang luas, bahkan 1 ha bisa untuk menghasilkan 10 ribu bibit. Modal pembibitan juga tak besar, proses pembibitan paling tidak hanya sekitar 3 bulan dan hasilnya sebuah bibit dengan modal hanya sekitar 1 juta rupiah bisa anda jual dengan harga setidaknya 10 juta rupiah.
Banyaknya permintaan bibit dari berbagai daerah di Sul sel membuat potensi dan peluang bisnis usaha pembibitan di Batu Karopa pada umumnya sangat besar.
II. 2. Lingkungan Bisnis Usaha
Besarnya potensi dan peluang bisnis usaha pembibitan tidak menjadikan serta merta usaha tersebut bisa dilakukan di sembarang tempat. Lingkungan bisnis usaha tersebut harus menunjang dengan pertimbangan berbagai macam persyaratan, diantaranya :
a.   Ketersediaan air sepanjang tahun di lokasi pembibitan tersebut
b.   Ketersediaan pohon induk sebagai penghasil entris atau mata tempel untuk     batang atas.
c.   Ketersediaan biji untuk bahan bawah
Irigasi di wilayah ini menggunakan sistem subak sehingga memungkinkan air tersedia sepanjang tahun. Pada wilayah ini pohon induk penghasil mata tempel yang tersedia adalah Durian Montong, Mangga Arumanis dan Golek, Rambutan Lengkeng, Aceh, dan Lebak bulus. Oleh karena itu, jenis tanaman buah yang dapat ditangkarkan di wilayah ini adalah Mangga (Mangifera indica) yang terdiri dari dua kultivar Arumanis dan Golek, Durian (Durio zibethinus) kultivar Montong dan Rambutan (Nephelium lappaceum) kultivar Lengkeng, Lebak Bulus dan Aceh.
II. 3. Kendala Usaha Pembibitan Tanaman
Pada umumnya masyarakat di Batu Karopa dan Bapak Haguddin pada khususnya, dalam menjalani usaha pembibitan tanaman menemui berbagai macam kendala, salah satunya adalah modal usaha.
Modal usaha masyarakat setempat berkisar antara 5 juta – 10 juta rupiah, masyarakat setempat menganggap modal tersebut masih kurang untuk mengembangkan usaha pembibitan dan memenuhi permintaan dari berbagai daerah. Berbagai cara telah dicoba untuk mendapatkan modal usaha, mulai dari meminjam uang para tengkulak, hingga mengajukan permintaan modal kepada bank, namun sia-sia karena tidak adanya barang jaminan yang bisa digunakan sebagai agunan. Kepemilikan sertifikat lahan masyarakat setempat masih sangat kurang, sehingga perlu upaya dari pemerintah untuk membantu permodalan usaha pembibitan masyarakat di Batu Karopa.
Selain kendala di sektor permodalan, kendala lain yang dihadapi masyarakat yaitu, masih rendahnya harga jual bibit perkomoditi dan akses informasi dan pasar masih rendah.
II. 4. Strategi dan Pengelolaan Resiko
Untuk mengantisipasi resiko kerugian yang akan dialami oleh masyarakat dalam melaksanakan usaha pembibitan, mereka melakukan cara –cara sebagai berikut :
-       Bibit yang tidak terjual, biasanya mereka tanam sendiri.
-       Ketika permintaan jenis bibit komoditi tertentu mengalami penurunan maka mereka hanya membibitkan komoditi tersebut dalam jumlah yang sedikit bahkan tidak sama sekali.
-       Entris atau mata tunas berasal dari kebun induk milik IKBH Batu Karopa, mereka menggunakan sistem bagi hasil. Dimana pihak IKBH mendapatkan bibit dari penangkar + 10 % dari bibit yang mereka hasilkan. Misalnya, dari 100 pohon bibit durian, masyarakat harus mengeluarkan 10 pohon bibit tersebut kepada pihak IKBH sebagai ganti dari entris yang mereka ambil.
II. 5. Pengelolaan Produksi
Dilihat dari segi pengelolaan produksi, para pengusaha pembibitan yang ada di Batu Karopa melakukan langkah – langkah sebagai berikut :
-       Bibit yang tidak terjual biasanya mereka tanam sendiri.
-       Umur bibit bervariasi, mulai dari umur 3 bulan hingga 1 tahun. Untuk umur yang masih 3 bulan biasanya mereka jual dengan harga Rp 25.000/pohon dan untuk bibit yang umurnya 1 tahun keatas mereka jual dengan harga Rp 100.000,- sampai dengan Rp 300.000,-/pohon.
-       Secara berkala, mereka mengganti polybag dengan ukuran yang berbeda.
-       Penyemprotan Pestisida mereka lakukan untuk mengantisipasi serangan hama, terutama jenis hama yang menyerang batang dan daun.
-       Biasanya mereka menempatkan bibit pada tempat berbeda berdasarkan pada jenis komoditi, umur dan tinggi tanaman.
-       Bibit yang siap jual biasanya mereka pindahkan di sekitar pekarangan rumah yang berada di pinggir jalan raya, tujuannya untuk dapat dilihat dengan mudah oleh para calon pembeli.
II. 6. Pengelolaan Pemasaran
Dalam aspek pemasarannya, mereka menggunakan 2 cara, yaitu pembeli mengambil sendiri di lokasi pembibitan dengan harga yang lebih murah dan diantarkan ke lokasi pembeli dengan menambahkan biaya angkutan.
Informasi tentang pangsa pasar bibit berbagai macam komoditi masih kurang, informasi yang mereka dapat masih bersifat tradisional yaitu dari mulut ke mulut.
Untuk pemasaran hasil produksi bibit yang mereka hasilkan, sudah menjangkau hampir seluruh Kabupaten yang ada di Sul –sel. Menurut, salah seorang responden kami yaitu bapak Haguddin. Bibit tanaman yang beliau hasilkan dipasarkan ke berbagai daerah di Sulawesi selatan diantaranya Kab. Bulukumba sendiri, Bantaeng, Sinjai, Bone, Soppeng, Wajo, Je’neponto, Takalar, Gowa, Maros, Pangkep dan Sidrap. Untuk luar Sul-sel, mereka pasarkan hingga ke Sul-bar yaitu Polman dan Mamuju serta ke Sul-teng, yaitu Kendari.
II. 7. Pengelolaan SDM
Menurut bapak Haguddin, beliau pernah bekerja di IKBH Batu Karopa sebelum berdiri sendiri. Beliau memutuskan untuk mengelola usaha pembibitan sendiri bersama keluarga. Usaha pembibitan yang beliau jalankan mampu menyerap tenaga kerja lokal hingga 50 orang. Selain itu, beliau juga rutin membina anak-anak usia sekolah untuk melakoni usaha pembibitan. Beliau mengajarkan tentang teknik / cara perbanyakan tanaman secara vegetatif, di antaranya stek, cangkok, okulasi (tempel) dan grafting (sambung).
Hampir seluruh masyarakat yang tinggal di sekitar IKBH Batu karopa melakoni usaha pembibitan tersebut, bahkan sejumlah orang yang kami temui berasal dari luar Kabupaten Bulukumba, yaitu Sinjai dan Bantaeng. Mereka datang ke Batu Karopa untuk menjadi tenaga kerja di lokasi pembibitan. Mereka menuturkan bahwa menjadi tenaga kerja di sektor pembibitan mempunyai keuntungan tersendiri, selain mendapat upah tenaga kerja juga mendapat ilmu tentang teknik perbanyakan tanaman yang baik dan bisa menjadi modal usaha di kemudian hari.
II. 8. Pengelolaan Keuangan
Usaha pembibitan yang ditekuni oleh masyarakat di Batu Karopa pada umumnya tidak menggunakan sistem pengelolaan keuangan yang baku sebagaimana pada usaha – usaha lainnya. Mereka hanya melakukan transaksi tanpa adanya pencatatan keuangan baik dari segi modal yang dikeluarkan maupun keuntungan setelah penjualan.
Pada dasarnya, usaha pembibitan yang dilakukan oleh masyarakat setempat masih bersifat sederhana dari segi pengelolaan keuangan. Berdasarkan informasi dari salah seorang narasumber kami, beliau mengatakan bahwa dalam hal pengelolaan keuangan tidak ada proses pencatatan yang resmi, yang mereka catat hanya jumlah bibit yang diproduksi, modal yang dikeluarkan dan keuntungan yang diperoleh setelah penjualan itupun proses pencatatannya hanya dikertas biasa saja.
II. 9. Informasi dan Teknologi
Untuk hal informasi baik mengenai informasi tentang pasar bibit tanaman maupun informasi mengenai harga jual bibit setiap komoditi masih sifatnya dari mulut ke mulut. Hanya saja, keberadaan IKBH Batu Karopa menjadikan lokasi pembibitan milik masyarakat dikenal di berbagai daerah di Sulawesi selatan.
Untuk teknologi pertanian pada lokasi pembibitan sudah tergolong maju karena teknik perbanyakan tanaman sudah menggunakan metode stek, cangkok, okulasi (tempel), grafting (sambung) sebagaimana yang dianjurkan. Hanya saja, untuk teknik kultur jaringan ( in vitro ) masih belum digunakan oleh masyarakat disana dengan pertimbangan biaya dan peralatan yang harus disediakan.










BAB III
KESIMPULAN
Menjalankan usaha di bidang pertanian tidak akan habis seiring dengan pemenuhan kebutuhan manusia, begitupula dengan usaha pembibitan tanaman. Seperti halnya yang digeluti oleh sebagian besar masyarakat di Batu Karopa Desa Tanah Harapan Kec. Rilau Ale Kab. Bulukumba.
Potensi dan peluang bisnis usaha pembibitan sangat besar, hal tersebut terlihat dari banyaknya permintaan bibit tanaman dari berbagai daerah. Jenis bibit yang banyak diminati oleh masyarakat antara lain bibit tanaman buah - buahan, seperti Durian, Mangga dan Rambutan dan bibit tanaman perkebunan, seperti Cengkeh, Pala, Kakao dan Kopi.
Untuk menjalankan usaha pembibitan perlu kesesuaian lingkungan dan beberapa persyaratan, diantaranya ketersedian air yang cukup, lokasi kebun induk yang tidak jauh dari lokasi pembibitan sebagai bahan entris dan ketersediaan biji yang baik untuk bahan bawah.
Besarnya potensi dan peluang bisnis usaha pembibitan tanaman tidak serta merta menjadikan bebas dari kendala dan resiko. Adapun yang menjadi kendala dalam usaha pembibitan tanaman, yaitu perlu adanya inovasi demi persaingan di dunia usaha pembibitan tanaman, modal yang cukup dan akses informasi dan teknologi yang up to date.





DAFTAR PUSTAKA
-       Anonymous. 2010. Data RPJM  Desa Tanah Harapan Kec. Rilau Ale Kab. Bulukumba
     Searching Google :
-       Yono Karyono, http://www.mangyono.com/2014/04/usaha-bibit-tanaman adalah usaha.html. di Akses pada tanggal 10 Januari 2015 pukul : 22.00 WITA 
-       http://uptdbbthsulsel.blogspot.com/2010/02/ikbh-batukaropa-kab-bulukumba.html. di Akses pada tanggal 10 Januari 2015 pukul : 22.30 WITA

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar