BAB. I
PENDAHULUAN
I. 1. Profil Usaha
Usaha pembibitan merupakan usaha memperbanyak berbagai jenis tanaman
baik perbanyakan
secara vegetatif seperti stek, cangkok, okulasi (tempel), grafting (sambung) ataupun
kultur jaringan. Usaha di bidang perbanyakan tanaman bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan bibit tanaman bagi petani.
Usaha pembibitan tanaman
pada kegiatan fieldtrip kali ini terletak di Lokasi IKBH Batu Karopa Desa Tanah
Harapan Kec. Rilau Ale Kab. Bulukumba Prov. Sulawesi selatan. Usaha pembibitan
ini dikelolah perorangan yang bernama Hagudin. Bapak Hagudin bersama keluarga
sudah 1 tahun melakoni usaha pembibitan ini, mereka mendapat izin dari pihak
IKBH Batu Karopa untuk memanfaatkan lahan IKBH yang kosong.
Dengan kerjasama dan
bimbingan dari pihak IKBH, bapak Haguddin memulai usaha pembibitannya pada
tahun 2013 lalu. Berbagai jenis tanaman sudah dikembangkan oleh bapak Haguddin,
diantaranya yaitu, Durian, Rambutan, Mangga dan Cengkeh.
Berdasarkan hasil wawancara,
luas areal untuk usaha pembibitan bapak Haguddin yaitu + 1 Ha, dapat
menghasilkan produksi bibit tanaman sebanyak 10.000 pohon Durian, 10.000 pohon
Rambutan, 20.000 pohon Mangga dan 50.000 pohon Cengkeh tiap musimnya.
I. 2. Tujuan
Adapun
yang menjadi tujuan dari Laporan Fieldtrip ini, yaitu :
- Untuk mengetahui Profil usaha pembibitan
tersebut.
- Untuk mengetahui potensi dan peluang bisnis
usaha tersebut
- Untuk mengetahui lingkungan bisnis usaha tersebut.
- Untuk mengetahui kendala usaha tersebut
- Untuk mengetahui strategi dan pengelolaan
resiko usaha tersebut
- Untuk mengetahui bagaimana cara pengelolaan
produksi dan pemasaran usaha
tersebut
- Untuk mengetahui bagaimana cara pengelolaan
SDM usaha tersebut
- Untuk mengetahui bagaimana cara pengelolaan
keuangan usaha tersebut
- Untuk mengetahui penyerapan akses informasi
dan teknologi usaha tersebut
I. 3. Manfaat
Laporan ini diharapkan
dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
- Menjadi salah satu bahan informasi bagi
masyarakat secara umum.
- Dapat memberikan informasi ilmiah
bagi petani dan instansi terkait tentang Usaha Pembibitan
.
BAB. II
PEMBAHASAN
II. 1. Potensi dan Peluang Bisnis
Usaha Pembibitan
Usaha Pembibitan tanaman menjadi sebuah pasar tersendiri
dengan permintaan yang tinggi, namun sedikit penawaran. Tak banyak pelaku pasar
yang tertarik untuk menjadi penjual bibit. Sekilas memang usaha pembibitan
terkesan lebih rumit dan beresiko. Padahal dengan sedikit ketelatenan dan
kesabaran pembibitan tak beda sama sekali dengan perkebunan buah komersial.
Tak sedikit peluang hasil yang bisa anda keruk dari usaha
pembibitan. seperti halnya yang dilakoni oleh bapak Haguddin. Beliau menuturkan
bahwa sebuah bibit tanaman buah unggul, misalnya Rambutan biasanya berasal dari
satu indukan, yang bisa berkembang menjadi setidaknya 100 buah bibit perhari.
Pembibitan tak membutuhkan lahan yang luas, bahkan 1 ha bisa untuk menghasilkan
10 ribu bibit. Modal pembibitan juga tak besar, proses pembibitan paling tidak
hanya sekitar 3 bulan dan hasilnya sebuah bibit dengan modal hanya sekitar 1
juta rupiah bisa anda jual dengan harga setidaknya 10 juta rupiah.
Banyaknya permintaan bibit dari berbagai daerah di Sul
sel membuat potensi dan peluang bisnis usaha pembibitan di Batu Karopa pada
umumnya sangat besar.
II.
2. Lingkungan Bisnis Usaha
Besarnya potensi dan peluang bisnis usaha pembibitan
tidak menjadikan serta merta usaha tersebut bisa dilakukan di sembarang tempat.
Lingkungan bisnis usaha tersebut harus menunjang dengan pertimbangan berbagai
macam persyaratan, diantaranya :
a. Ketersediaan
air sepanjang tahun di lokasi pembibitan tersebut
b. Ketersediaan
pohon induk sebagai penghasil entris atau mata tempel untuk batang atas.
c. Ketersediaan
biji untuk bahan bawah
Irigasi di wilayah ini menggunakan sistem subak sehingga
memungkinkan air tersedia sepanjang tahun. Pada wilayah ini pohon induk
penghasil mata tempel yang tersedia adalah Durian Montong, Mangga Arumanis dan Golek,
Rambutan Lengkeng, Aceh, dan Lebak bulus. Oleh karena itu, jenis tanaman buah
yang dapat ditangkarkan di wilayah ini adalah Mangga (Mangifera indica) yang
terdiri dari dua kultivar Arumanis dan Golek, Durian (Durio zibethinus)
kultivar Montong dan Rambutan (Nephelium lappaceum) kultivar Lengkeng, Lebak
Bulus dan Aceh.
II.
3. Kendala Usaha Pembibitan Tanaman
Pada umumnya masyarakat di Batu Karopa dan Bapak Haguddin
pada khususnya, dalam menjalani usaha pembibitan tanaman menemui berbagai macam
kendala, salah satunya adalah modal usaha.
Modal usaha masyarakat setempat berkisar antara 5 juta –
10 juta rupiah, masyarakat setempat menganggap modal tersebut masih kurang
untuk mengembangkan usaha pembibitan dan memenuhi permintaan dari berbagai
daerah. Berbagai cara telah dicoba untuk mendapatkan modal usaha, mulai dari
meminjam uang para tengkulak, hingga mengajukan permintaan modal kepada bank,
namun sia-sia karena tidak adanya barang jaminan yang bisa digunakan sebagai
agunan. Kepemilikan sertifikat lahan masyarakat setempat masih sangat kurang,
sehingga perlu upaya dari pemerintah untuk membantu permodalan usaha pembibitan
masyarakat di Batu Karopa.
Selain kendala di sektor permodalan, kendala lain yang
dihadapi masyarakat yaitu, masih rendahnya harga jual bibit perkomoditi dan akses
informasi dan pasar masih rendah.
II.
4. Strategi dan Pengelolaan Resiko
Untuk mengantisipasi resiko kerugian yang akan dialami
oleh masyarakat dalam melaksanakan usaha pembibitan, mereka melakukan cara
–cara sebagai berikut :
-
Bibit yang tidak terjual, biasanya mereka
tanam sendiri.
-
Ketika permintaan jenis bibit komoditi
tertentu mengalami penurunan maka mereka hanya membibitkan komoditi tersebut
dalam jumlah yang sedikit bahkan tidak sama sekali.
-
Entris atau mata tunas berasal dari kebun
induk milik IKBH Batu Karopa, mereka menggunakan sistem bagi hasil. Dimana
pihak IKBH mendapatkan bibit dari penangkar + 10 % dari bibit yang mereka
hasilkan. Misalnya, dari 100 pohon bibit durian, masyarakat harus mengeluarkan
10 pohon bibit tersebut kepada pihak IKBH sebagai ganti dari entris yang mereka
ambil.
II.
5. Pengelolaan Produksi
Dilihat dari segi pengelolaan produksi, para pengusaha
pembibitan yang ada di Batu Karopa melakukan langkah – langkah sebagai berikut
:
-
Bibit yang tidak terjual biasanya mereka
tanam sendiri.
-
Umur bibit bervariasi, mulai dari umur 3
bulan hingga 1 tahun. Untuk umur yang masih 3 bulan biasanya mereka jual dengan
harga Rp 25.000/pohon dan untuk bibit yang umurnya 1 tahun keatas mereka jual
dengan harga Rp 100.000,- sampai dengan Rp 300.000,-/pohon.
-
Secara berkala, mereka mengganti polybag
dengan ukuran yang berbeda.
-
Penyemprotan Pestisida mereka lakukan untuk
mengantisipasi serangan hama, terutama jenis hama yang menyerang batang dan
daun.
-
Biasanya mereka menempatkan bibit pada tempat
berbeda berdasarkan pada jenis komoditi, umur dan tinggi tanaman.
-
Bibit yang siap jual biasanya mereka
pindahkan di sekitar pekarangan rumah yang berada di pinggir jalan raya,
tujuannya untuk dapat dilihat dengan mudah oleh para calon pembeli.
II.
6. Pengelolaan Pemasaran
Dalam aspek pemasarannya, mereka menggunakan 2 cara,
yaitu pembeli mengambil sendiri di lokasi pembibitan dengan harga yang lebih
murah dan diantarkan ke lokasi pembeli dengan menambahkan biaya angkutan.
Informasi tentang pangsa pasar bibit berbagai macam
komoditi masih kurang, informasi yang mereka dapat masih bersifat tradisional
yaitu dari mulut ke mulut.
Untuk pemasaran hasil produksi bibit yang mereka
hasilkan, sudah menjangkau hampir seluruh Kabupaten yang ada di Sul –sel.
Menurut, salah seorang responden kami yaitu bapak Haguddin. Bibit tanaman yang
beliau hasilkan dipasarkan ke berbagai daerah di Sulawesi selatan diantaranya
Kab. Bulukumba sendiri, Bantaeng, Sinjai, Bone, Soppeng, Wajo, Je’neponto,
Takalar, Gowa, Maros, Pangkep dan Sidrap. Untuk luar Sul-sel, mereka pasarkan
hingga ke Sul-bar yaitu Polman dan Mamuju serta ke Sul-teng, yaitu Kendari.
II.
7. Pengelolaan SDM
Menurut bapak Haguddin, beliau pernah bekerja di IKBH
Batu Karopa sebelum berdiri sendiri. Beliau memutuskan untuk mengelola usaha
pembibitan sendiri bersama keluarga. Usaha pembibitan yang beliau jalankan
mampu menyerap tenaga kerja lokal hingga 50 orang. Selain itu, beliau juga
rutin membina anak-anak usia sekolah untuk melakoni usaha pembibitan. Beliau
mengajarkan tentang teknik / cara perbanyakan tanaman secara vegetatif, di
antaranya stek, cangkok, okulasi (tempel) dan grafting (sambung).
Hampir seluruh masyarakat yang tinggal di sekitar IKBH
Batu karopa melakoni usaha pembibitan tersebut, bahkan sejumlah orang yang kami
temui berasal dari luar Kabupaten Bulukumba, yaitu Sinjai dan Bantaeng. Mereka
datang ke Batu Karopa untuk menjadi tenaga kerja di lokasi pembibitan. Mereka
menuturkan bahwa menjadi tenaga kerja di sektor pembibitan mempunyai keuntungan
tersendiri, selain mendapat upah tenaga kerja juga mendapat ilmu tentang teknik
perbanyakan tanaman yang baik dan bisa menjadi modal usaha di kemudian hari.
II.
8. Pengelolaan Keuangan
Usaha pembibitan yang ditekuni oleh masyarakat di Batu
Karopa pada umumnya tidak menggunakan sistem pengelolaan keuangan yang baku
sebagaimana pada usaha – usaha lainnya. Mereka hanya melakukan transaksi tanpa
adanya pencatatan keuangan baik dari segi modal yang dikeluarkan maupun
keuntungan setelah penjualan.
Pada dasarnya, usaha pembibitan yang dilakukan oleh
masyarakat setempat masih bersifat sederhana dari segi pengelolaan keuangan.
Berdasarkan informasi dari salah seorang narasumber kami, beliau mengatakan
bahwa dalam hal pengelolaan keuangan tidak ada proses pencatatan yang resmi,
yang mereka catat hanya jumlah bibit yang diproduksi, modal yang dikeluarkan
dan keuntungan yang diperoleh setelah penjualan itupun proses pencatatannya
hanya dikertas biasa saja.
II.
9. Informasi dan Teknologi
Untuk hal informasi baik mengenai informasi tentang pasar
bibit tanaman maupun informasi mengenai harga jual bibit setiap komoditi masih
sifatnya dari mulut ke mulut. Hanya saja, keberadaan IKBH Batu Karopa
menjadikan lokasi pembibitan milik masyarakat dikenal di berbagai daerah di
Sulawesi selatan.
Untuk teknologi pertanian pada lokasi pembibitan sudah
tergolong maju karena teknik perbanyakan tanaman sudah menggunakan metode stek,
cangkok, okulasi (tempel), grafting (sambung) sebagaimana yang dianjurkan.
Hanya saja, untuk teknik kultur jaringan ( in vitro ) masih belum digunakan
oleh masyarakat disana dengan pertimbangan biaya dan peralatan yang harus
disediakan.
BAB
III
KESIMPULAN
Menjalankan usaha di bidang
pertanian tidak akan habis seiring dengan pemenuhan kebutuhan manusia,
begitupula dengan usaha pembibitan tanaman. Seperti halnya yang digeluti oleh
sebagian besar masyarakat di Batu Karopa Desa Tanah Harapan Kec. Rilau Ale Kab.
Bulukumba.
Potensi dan peluang bisnis
usaha pembibitan sangat besar, hal tersebut terlihat dari banyaknya permintaan
bibit tanaman dari berbagai daerah. Jenis bibit yang banyak diminati oleh
masyarakat antara lain bibit tanaman buah - buahan, seperti Durian, Mangga dan
Rambutan dan bibit tanaman perkebunan, seperti Cengkeh, Pala, Kakao dan Kopi.
Untuk menjalankan usaha
pembibitan perlu kesesuaian lingkungan dan beberapa persyaratan, diantaranya
ketersedian air yang cukup, lokasi kebun induk yang tidak jauh dari lokasi
pembibitan sebagai bahan entris dan ketersediaan biji yang baik untuk bahan
bawah.
Besarnya potensi dan peluang
bisnis usaha pembibitan tanaman tidak serta merta menjadikan bebas dari kendala
dan resiko. Adapun yang menjadi kendala dalam usaha pembibitan tanaman, yaitu
perlu adanya inovasi demi persaingan di dunia usaha pembibitan tanaman, modal
yang cukup dan akses informasi dan teknologi yang up to date.
DAFTAR
PUSTAKA
- Anonymous. 2010. Data RPJM Desa Tanah Harapan Kec. Rilau Ale Kab.
Bulukumba
Searching Google :
- Yono Karyono, http://www.mangyono.com/2014/04/usaha-bibit-tanaman
adalah usaha.html.
di Akses pada tanggal 10 Januari 2015 pukul : 22.00 WITA - http://uptdbbthsulsel.blogspot.com/2010/02/ikbh-batukaropa-kab-bulukumba.html. di Akses pada tanggal 10 Januari 2015 pukul : 22.30 WITA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar