bintang jatuh

Rabu, 07 Januari 2015

Proposal Penelitian (Budidaya Tanaman Kapas dengan perlakuan pupuk daun cair )



I. PENDAHULUAN
I. 1. Latar belakang
Tanaman kapas sudah ada sejak ribuan tahun lalu, buktinya negara India telah melakukan budidaya kapas sejak 5000 tahun yang lalu. Tanaman ini semakin dikenal dan berkembang sampai ke China, selanjunya pengembangan tanaman kapas secara intensif dilakukan di benua Amerika.
Kapas mulai dikembangkan di Indonesia pada masa penjajahan negara Belanda, pada masa itu rakyat Indonesia dituntut kerja paksa untuk budidaya tanaman kapas. Setelah Belanda pergi, program ini dilanjutkan oleh penjajah Jepang. Pengembangan areal tanaman kapas dilanjutkan sampai saat ini.
Kapas adalah tanaman serat dari genus "Gossypium". di produksi untuk kebutuhan industri atau tekstil, seratnya dapat dijadikan sebagai benang, bahan dasar baju, kapas rumah sakit dan lain-lain.
Namun disisi lain tanaman kapas belum berkembang seperti halnya komoditi lain. Produktivitas dan produksi kapas hanya mampu memenuhi sekitar 1 % dari kebutuhan serat nasional artinya Indonesia masih mengimpor sekitar 99 % serat kapas.
Mengingat akan hal tersebut, perlu dilakukan usaha untuk membudidayakan kapas secara intensif dan komersial, sehingga kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produksinya pun dapat memenuhi standar permintaan konsumen ( pasar ). Caranya dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, misalnya dengan meningkatkan penggunaan pupuk, melakukan pengaturan jarak tanam atau menggunakan berbagai macam zat pengatur tumbuh untuk mengatur pertumbuhan dan produktivitas tanaman.
Pemberian pupuk organik cair adalah salah satu cara untuk meningkatkan produksi. Pengaplikasiannya harus memperhatikan konsentrasi atau dosis yang diaplikasikan terhadap tanaman. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian melalui tanah (Hanolo, 1997). Semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan maka kandungan unsur hara yang diterima oleh tanaman akan semakin tinggi, begitu juga dengan semakin seringnya frekuensi aplikasi pupuk daun yang dilakukan pada tanaman, maka kandungan unsur hara juga semakin tinggi. Namun, pemberian dengan dosis yang berlebihan justru akan mengakibatkan timbulnya gejalah kelayuan pada tanaman (Suwandi & Nurtika, 1987). Oleh karena itu, pemilihan dosis yang tepat perlu diketahui oleh para peneliti dan hal ini dapat diperoleh melalui pengujian-pengujian di lapangan (Rizqiani dkk, 2007.
Berdasarkan  hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap tanaman kapas yang dibudidayakan dengan perlakuan pengaturan dosis pemupukan dan interval waktu pengaplikasiannya. Karena diduga sampai batas tertentu kombinasi antara konsentrasi yang diberikan  dengan frekuensi aplikasi pupuk  daun yang dilakukan merupakan faktor yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kapas ( Gossypium sp.)
I. 2. Hipotesis.
1. Diduga ada pengaruh konsentrasi pemberian pupuk organik cair terhadap           pertumbuhan dan produksi tanaman kapas ( Gossypium sp ).
2. Diduga ada pengaruh interval waktu pemberian pupuk organik cair terhadap       pertumbuhan dan produksi tanaman kapas ( Gossypium sp ).
3. Diduga ada pengaruh interaksi konsentrasi dan interval waktu pemberian            pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kapas          (Gossypium sp).
I. 3. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan interval waktu pemberian Pupuk Organik Cair (POC) SUPERNASA terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kapas (Gossypium sp). Serta interaksi antara konsentrasi pupuk dengan interval waktu pemberian.
2. Kegunaan.
a. Sebagai bahan acuan dalam penyusunan skripsi sekaligus sebagai syarat      untuk menyelesaikan studi Starata Satu (S-1) pada Fakultas Pertanian     Universitas Islam Makassar ( UIM ) di Makassar.
b. Sebagai bahan informasi bagi semua pihak yang membutuhkan, khususnya bagi para petani yang membudidayakan tanaman kapas.









II. TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. Karakteristik Tanaman
Dalam sistematika ( taksonomi ) tumbuhan, kedudukan tanaman kapas diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom     : Plantae
Divisi           : Spermatophyta
Kelas           : Angiospermae
Sub kelas   : Dicotyledonae
Ordo            : Malvales
Famili          : Malvaceae
Genus         : Gossypium
Spesies       : Gossypium sp.
Tanaman kapas adalah tanaman atau tumbuh tumbuhan yang berbentuk semak - semak , dalam keadaan tertentu dapat tumbuh sampai beberapa meter tingginya, tetapi tergantung dari jenis, kesuburan tanah dan iklimnya.
Sistem perakaran tanaman kapas berupa akar tunggang, panjang akar dapat mencapai 0,75 – 1 meter.
Batang tanaman kapas berbentuk silindris dengan batang beruas-ruas, tiap ruas tumbuh daun dan cabang-cabang pada ketiak.
Bentuk daun normal ( palmatus ), pertulangan daun menjari, permukaan daun berbulu jarang, daun berwarna hijau dengan permukaan daun berbulu.
Bunga kapas berbentuk lonceng dan bunga kapas termasuk bunga sempurna dan tunggal. Warna bunga sebelum diserbuki berwarna putih dan setelai diserbuki berwarna merah muda.
Bentuk buahnya adalah bulat telur, dengan warna hijau, permukaan buah tidak berbulu, dengan jumlah tiap ruang setiap buahnya 4 – 5 ruang, serta memiliki biji yang banyak berbentuk ginjal, pipih, berlekuk, keras, warnanya coklat kehitaman
II. 2. Lingkungan Tumbuh
1. Iklim
- Curah hujan.
Pada masa pertumbuhan kapas memerlukan hujan, hujan yang lebat dapat merusak tanaman muda.selama pertumbuhan vegetatif memerlukan hujan sedikit. Pada waktu buah masak / merekah perlu keadaan yang lebih kering. Menghendaki curah hujan rata-rata 1500-1800 mm.agar tanah cukup lembab selama musim tanam menghendaki curah hujan minimum 175-200 mm.
-   Temperatur.
Tempat yang paling cocok terletak pada ketinggian 10 - 150 mdpl. Pertumbuhan yang optimal menghendaki suhu rata-rata 25-28 °c dengan lembab nisbi 70%.
-   Penyinaran.
Tanaman muda hingga berbunga memerlukan penyinaran. kurangnya penyinaran memperlambat masaknya buah.
2. Tanah
- Jenis tanah.
Dapat tumbuh pada berbagai tanah tetapi mempunyai kesanggupan mengikat air yang agak lama pada saat berbunga dan berbuah.
-   Struktur,tanah.
Berpasir berstuktur remah dan dalam. Cukup mengandung humus dan kapasitas mengikat air baik. / ranah lemoung yang berstruktur liat tetapi mengandung banyak humus serta tanah endapan yang cepat mengering dan tanah-tanah delta bagus buat kapas.
-   Bahan organik ( BO )
Tanah yang banyak mengandung BO, pertumbuhan menjadi subur dan rimbun, akhirnya umur akan menjadi panjang . Lapisan air / tanah, tanaman kapas mempunyai perakaran yang dalam maka tidak dapat di tanam di lapisan cadas yang dangkal.
II. 3. Obyek Perlakuan
1. Peranan Pupuk Organik Cair
            POC NASA adalah salah satu jenis pupuk organik cair yang merupakan formula khusus untuk tanaman juga peternakan dan perikanan yang dibuat murni dari bahan - bahan organik dengan fungsi multi guna yaitu: meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi tanaman serta kelestarian lingkungan (aspekK-3:Kuantitas-Kualitas-Kelestarian), menjadikan tanah yang keras berangsur - angsur menjadi gembur. Melarutkan sisa pupuk kimia ditanah (dapat dimanfaatkan tanaman), memberikan semua jenis unsur makro dan unsur mikro lengkap, dapat mengurangi penggunaan Urea, SP-36 dan KCl + 12,5% - 25%, setiap 1 liter POC NASA memiliki fungsi unsur hara mikro setara dengan 1 ton pupuk kandang, memacu pertumbuhan tanaman dan akar, merangsang pengumbian, pembungaan dan pembuahan serta mengurangi kerontokan bunga dan buah (mengandung hormon/ZPT Auksin, Giberllin dan Sitokinin), membantu perkembangan mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi tanaman (cacing tanah, Penicilium glaucum dll), meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit (Wunungga, 2009).
Untuk itu, dalam proses budidaya kapas peranan Hormon Organik dan Pupuk Organik Cair juga menentukan hasil produksi kapas. Dengan menggunakan Hormon Organik dan Pupuk Organik Cair NASA ini dapat memberikan hasil produksi yang lebih baik dari pada hanya menggunakan pupuk kimia yang biasa diberikan oleh petani.
Kegunaan daripada POC NASA adalah mempercepat proses pertumbuhan tanaman, memacu dan meningkatkan pembungaan, pembuahan, mengurangi kerontokan bunga dan buah, membantu pertumbuhan tunas, membantu pertumbuhan akar, memacu pembesaran umbi serta meningkatkan keawetan hasil panen. Pemberian pupuk lengkap cair POC NASA pada tanaman kapas dengan dosis 60 cc/tangki (15 liter air) per 1000 m2  disiramkan 1 - 2 minggu sekali.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Penguji Pupuk Organik Cair (POC) SUPERNASA terhadap tanaman kapas (Gossypium sp) menunjukkan bahwa hasil  tidak berbeda nyata pada parameter tinggi tanaman dan pada berat bowl / buah pertanaman. Untuk analisa usaha taninya yang menggunakan POC NASA lebih menguntungkan, karena dari segi produksinya lebih tinggi dibandingkan tanpa menggunakan Hormonik dan POC NASA (Yulianti, 2010).
2. Interval Waktu Pemberian Pupuk.
Tanaman kapas memerlukan pemupukan yang efektif sehingga pertumbuhannya dari masa tanam sampai menghasilkan produk dapat meningkat dan berkualitas tinggi. Maka dalam pemberian pupuk terhadap tanamman kapas  perlu mengatur interval waktu pemberian pupuk, metode dan aplikasi yang baik.
Bedasarkan hasil penelitian dari Rahmi dan Jumiati  (2007) tentang pengaruh konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk lengkap cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kapas (Gossypium sp) menunjukkan bahwa pengaruh waktu penyemprotan pupuk Super ACI berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 14, 28 dan 42 hari setelah tanam, umur tanaman saat keluar bunga jantan, umur tanaman saat keluar bunga betina, umur tanaman saat panen, banyak buah, diameter buah, berat buah, dan produksi serat kapas. Namun demikian, secara umum hasil penelitian memperlihatkan adanya kecenderungan bahwa perlakuan waktu penyemprotan pupuk Super ACI 15, 30 dan 45 hari setelah tanam menghasilkan tanaman yang lebih tinggi, umur tanaman saat keluar bunga betina dan umur panen yang lebih cepat, komponen buah yang besar dan lebih berat serta produksi serat kapas yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan waktu penyemprotan pupuk Super ACI 12, 24 dan 42 hari setelah tanam dan perlakuan waktu penyemprotan pupuk Super ACI 18, 36 dan 54 hari setelah tanam (Rahmi dan Jumiati, 2007).
3. Peranan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman.
            Tanaman memerlukan makanan yang sering disebut hara tanaman (plant nutrient). Tanaman membutuhkan bahan organik untuk mendapatkan energi dan pertumbuhannya, dengan menggunakan hara, tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya. Fungsi hara tidak dapat digantikan dengan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat suatu hara tanaman, maka kegiatan metabolisme akan terganggu atau berhenti (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Berdasarkan tanaman hidup terdiri atas bahan organik 27 %, air 70% dan mineral 3%. Analisis kimia menunjukkan bahwa pada tubuh tanaman adanya berbagai unsur mineral dan beberapa faktor. Faktor tersebut adalah perbandingan akan unsur hara yang berbeda, ketersediaan dalam medium yang berbeda dan juga tergantung pada organ tanaman dan umur tanaman (Samekto, 2008).
Daun memiliki mulut yang dikenal dengan nama stomata. Sebagian besar stomata terletak di bagian bawah daun. Mulut daun ini berfungsi untuk mengatur penguapan air dari tanaman sehingga air dari akar dapat sampai daun. Saat suhu udara terlalu panas, stomata akan menutup sehingga tanaman tidak akan mengalami kekeringan. Sebaliknya, jika udara tidak terlalu panas, stomata akan membuka sehingga air yang ada di permukaan daun dapat masuk dalam jaringan daun. Dengan sendirinya unsur hara yang disemprotkan ke permukaan daun juga masuk ke dalam jaringan daun.
Penyemprotan pupuk daun idealnya dilakukan pada pagi atau pada sore hari karena bertepatan pada saat membukanya stomata. Prioritaskan penyemprotan pada bagian bawah daun karena paling banyak terdapat stomata. Faktor cuaca termasuk kunci sukses dalam penyemprotan pupuk daun. Dua jam setelah penyemprotan jangan sampai terkena hujan karena akan mengurangi efektifitas penyerapan pupuk. Tidak disarankan menyemprotkan pupuk daun pada saat suhu udara sedang panas karena konsentrasi larutan pupuk yang sampai ke daun cepat meningkat sehingga daun dapat terbakar.
III. BAHAN DAN METODE
III. 1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini akan dimulai bulan Januari sampai bulan April 2016. Dilaksanakan di lahan pengembangan kapas Kabupaten Gowa yaitu di Desa Parangloe Kec. Biringbulu Kab. Gowa Provinsi Sulawesi selatan.
III. 2. Bahan dan Alat
1. Bahan :    -   Benih kapas varietas Kanesia 13.
                       -   Pupuk organik cair (POC) NASA,
                       -   Pupuk Urea, TSP, dan KCl (sebagai pupuk dasar),
                       -   Fungisida Dithane M-45, Insektisida Sevin 85 SP, air, serta                                                bahan-bahan lain yang diperlukan dalam penelitian.
2. Alat       :    -   cangkul,                               -     Hand Sprayer
                       -   Parang,                                -     Tali rafia
                       -   Babat,                                   -     meteran
                       -   Gembor,                               -     Gunting
                       -   Papan sampel,                    -     Timbangan,
                       -   Kalkulator,                           -     Alat tulis dan peralatan lainnya.
III. 3. Metode Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor perlakuan , yaitu :
1. Faktor pemberian dosis Pupuk Organik Cair NASA (N)
N0 = Tanpa perlakuan (kontrol)
N1 = 5 L/Ha (1,13 ml/l air/plot)
N2 = 10 L/Ha (2,26 ml/l air/plot)
N3 = 15 L/Ha (3,39 ml/l air/plot)
2. Faktor interval waktu pemberian Pupuk Orgnik Cair NASA (I)
I1 = Aplikasi 1 minggu sekali
I2 = Aplikasi 2 minggu sekali
I3 = Aplikasi 3 minggu sekali
Jumlah kombinasi perlakuan 4 x 3 = 12 kombinasi, yaitu :
N0I1                             N0I2                             N0I3
N1I1                             N1I2                             N1I3    
N2I1                             N2I2                             N2I3    
N3I1                             N3I2                             N3I3    
Jumlah ulangan                                      : 3 Ulangan
Jumlah tanaman per plot                        : 12 Tanaman
Jumlah tanaman sampel per plot           : 5 Tanaman
Jumlah plot percobaan                           : 36 Plot
Jumlah tanaman sampel seluruhnya    : 180 Tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya                  : 432 Tanaman
Luas plot percobaan                               : 150 cm x 100 cm
Jarak antar plot                                       : 50 cm
Jarak antar ulangan                                : 100 cm
Jarak tanam                                            : 25 cm x 50 cm.
Data hasil penelitian ini dianalisis dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan Uji Beda Rataan menurut Duncan (DMRT). Menurut Gomez dan Gomez (1995), model analisis data untuk Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial adalah sebagai berikut :
Yijk =  µ + βi + Jj + PK + (JP)jk + ∑ijk
Dimana :
Yijk      =  Nilai pengamatan karena pengaruh faktor N blok ke-i pada taraf         ke-j dan faktor I pada taraf ke-k.
µ         =  Efek nilai tengah
αi        =  Efek dari blok ke-i
Nj       =  Efek dari faktor N pada taraf ke-j
Ik        =  Efek dari faktor  I pada taraf ke-k
(NB)jk  =  Efek interaksi faktor N pada taraf ke-j dan faktor I pada taraf ke-k
ijk       =  Efek error dari Faktor N taraf ke-j, dengan faktor I pada taraf ke-k       pada    ulangan ke-i.
III. 4. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Lahan
Lahan atau areal yang telah diukur dibersihkan dari gulma-gulma dan sisa-sisa tanaman yang ada. Pembersihan lahan dilakukan secara manual, yaitu dengan menggunakan alat seperti parang, babat, cangkul, serta alat-alat lain yang mendukung.
2. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan sebanyak dua kali. Pengolahan pertama dengan mencakul secara kasar kemudian dibiarkan selama 2-3 hari agar gas-gas beracun yang ada di dalam tanah hilang. Pengolahan kedua penghalusan tanah supaya didapat tanah yang gembur.
3. Pembuatan Plot
Pembuatan plot dikerjakan setelah pengolahan tanah selesai, yaitu dengan membentuk plot-plot penelitian sebanyak 36 plot berukuran 1 m x 1,5 m, dan satu plot cadangan untuk tanaman sisipan. Adapun 36 plot ini dibagi menjadi 3 ulangan. Dalam pembuatan plot sekaligus dibuat jarak antar ulangan dan jarak antar plot masing-masing 100 cm dan 50 cm yang juga berfungsi sebagai pembuangan atau pengaliran air ketika terjadi hujan
4. Penanaman Benih.
Sebelum penanaman, dilakukan pemberian pupuk dasar Urea, KCl, dan TSP secara berimbang. kemuian penanaman dilakukan secara tugalan, yaitu dengan kedalaman tugalan 1 cm, kemudian setiap lubang diisi dengan 2 benih kapas  dan ditutup kembali dengan tanah. Adapun jarak tanam yang digunakan adalah 25 x 50 cm. Setelah penanaman benih selesai, dilakukan penyiraman pertama dengan menggunakan gembor secara merata.
5. Aplikasi Pupuk Organik Cair (POC) SUPERNASA
Pengaplikasian ini dilakukan setelah tanam sebelum panen dengan dosisi per aplikasi 5 tutup botol/tanki. Pemberian pupuk dilakukan pada pagi hari pukul 07.00 – 10.00 WITA atau sore hari pukul 15.00 - 18.00 WITA dengan menggunakan handsprayer. Pengaplikasian mulai dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam sampai pada saat tanaman sudah berbunga.
6. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan secara rutin setiap hari selama masa pertumbuhan tanaman, yaitu pada pagi dan sore hari dengan menggunakan gembor. Dan apabila terjadi hujan pada malam hari maka penyiraman pada pagi hari tidak dilakukan, jika hujan terjadi pada siang hari, maka penyiraman sore hari tidak dilakukan.


b. Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan dilakukan 7 HST dengan cara meninggalkan satu tanaman yang pertumbuhannya baik. Sedangkan penyulaman dilakukan apabila tanaman pada lubang tanam tidak ada yang tumbuh atau mati.
c. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma di sekitar tanaman. Penyiangan dilakukan satu minggu sekali. Penyiangan pada tanaman kapas yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut karena masih belum cukup kuat mencengkram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
d. Pembumbunan
Pembumbunan dimaksudkan untuk memperkokoh berdirinya tanaman dan mendekatkan unsur hara. Pembumbunan dilakukan secara bersamaan dengan penyiangan ke 2 yaitu pada umur 42 HST.
e. Pengendalian Hama dan Penyakit
Penggunaan pestisida hanya diperkenankan setelah terlihat adanya hama yang dapat membahayakan proses produksi kapas. Adapun pestisida yang digunakan yaitu pestisida Sevin 85 SP. Pelaksanaan penyemprotan hendaknya memperlihatkan kelestarian musuh alami dan tingkat populasi hama yang menyerang, sehingga perlakuan ini akan lebih efisien.
7. Panen
Panen kapas dilakukan sekitar umur 100 - 120 hst, dimana pada saat tersebut, buah tanaman sudah dikatakan masak secara fisiologis dengan ciri-ciri daun dan bowl sudah mengering(menguning), buah / bowl sudah mekar sempurna.
III. 5. Parameter Pengamatan
1. Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari pangkal tumbuh tanaman pada permukaan tanah yang sudah ditandai dengan menggunakan patok standar sampai pada ujung daun tertinggi. Pengukuran dimulai pada saat tanaman berumur 2 MST sampai muncul bunga jantan, dengan interval waktu pengukuran 1 minggu sekali.
2. Jumlah Daun (helai)
            Pengamatan atau penghitungan jumlah daun dilakukan pada daun yang telah membuka sempurna. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST sampai tanaman mengeluarkan bunga jantan, dengan interval waktu pengamatan 1 minggu sekali.
3. Diameter buah / bowl (cm)
            Pengukuran diameter buah / bowl dilakukan pada saat tanaman kapas mencapai puncak perkembangan bowl yaitu ditandai dengan perubahan warna pada kulit buah dari hijau menjadi kecokelatan. Pengukuran dilakukan pada bagian lingkar terbesar bowl dengan menggunakan meteran atau sejenisnya.
4. Berat buah / bowl Per Plot (g)
            Penghitungan dilakukan dengan menimbang buah / bowl tanaman kapas pada tiap-tiap plot, yaitu dengan meggunakan alat timbangan.


5. Produksi Per Plot (kg)
Penghitungan produksi per plot dilakukan dengan menimbang seluruh serat kapas pada tiap-tiap plot. Penimbangan serat kapas dilakukan dengan kondisi serat kering, yaitu + 15 % kandungan air.





















DAFTAR PUSTAKA
Akil, M., dan Dahlan, H. A., 2008. Budidaya Kapas dan Desimini Teknologi. Balai Penelitian Tanaman Serat. http://www.docstoc.com/docs/20905979/Wilayah-Produksi-dan-Potensi-Pengembangan-kapas/05/04/2011.
Dartius, 2001. Diktat Panduan Kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Sumatera   Utara. Medan.
Rahmi, A., dan Jumiati, 2007. Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan             Pupuk Organik Cair Super ACI terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman             Kapas. Fakultas Pertanian Universitas Tujuh Belas Agustus 1945 Samarinda
Rizqiani, N. F, Ambarawi, E, dan Yuwono, N. W., 2007. Pengaruh Dosis dan       Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan        Hasil Buncis (Phaseolus vulgaris L) Dataran Rendah. Jurnal Ilmu Tanah          dan Lingkungan. http://soil.faperta.ugm.ac.id/jitl/7.1%2043-   53%20Rizqiani.%20Pengaruh%20Dosis.pdf.
Rukmana, R.,  2004. Botani Kapas dalam Artikel TANI MUDA.                           http://wahyuaskari.wordpress.com/akademik/botani-kapas/05/04/2011.
Samekto R, 2008. Pemupukan. PT. Citra Aji Parama Yogyakarta. Penerbit             KANISIUS. Yogyakarta
Subandi, Pabbage, dan Zubachtirodin, 2005. Wilayah Produksi dan Potensi        Pengembangan Kapas, dalam penelitian Warsana dengan Judul Analisis       dan Efisiensi Keuntungan Tani Kapas.
Tim Karya Tani Mandiri, 2010. Pedoman Bertanam Kapas. PT. Sulawesi Cotton Industry di Bulukumba, Sulawesi selatan.
Prihandana, R., dan Hendroko, R., 2008. Energi Hijau Pilihan Bijak Menuju Negeri        Mandiri Energi. Penebar Swadaya. Bogor.
Purwono, M.S, dan Hartono, R. 2005. Bertanam Kapas Kanesia. Penebar Swadaya.      Bogor.
Warisno, 2007. Jagung Hibrida. Kanisius. Yogyakarta.
Wunungga, 2009. Pengaruh Macam dan Interval Waktu Pemberian Pupuk Lengkap     Cair Terhadap Pertumbuhan dan Bibit Kakao (Theobroma cacao L).             http://freedom-wunungga.blogspot.com/2009/11/penelitian-pengarauh-       macam-dan-interval.html. 07/04/2011
Yulianti, D., 2010. Pengaruh Hormon Organik dan Pupuk Organik Cair (POC) Super     Nasa Terhadap Produksi Tanaman Kapas (Gossypium sp)        http://penelitian-organik-penelitian.blogspot.com/2010/03/pengaruh-      hormon-organik-dan-          pupuk.html.05/04/2011.
Yusuf, T., 2010. Pemupukan dan Penyemprotan Lewat Daun. Tohari Yusuf’s      Pertanian Blog. http://tohariyusuf.wordpress.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar